JAKARTA, MENARA62.COM– Daya serap industri terhadap inovasi yang dihasilkan lembaga penelitian seperti Universitas, Lembaga Penelitian dan Pengembangan, serta Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) masih sangat rendah dan kurang optimal. Karena itu Kementerian Ristek dan Dikti terus berupaya menjalin kerjasama dengan dunia industri, satu diantaranya Mark Plus Inc.
“Kami berupaya terus mempromosikan produk inovasi dari lembaga penelitian yang berada dibawah kelola Kemenristek Dikti kepada industri,” kata Menristek Dikti Mohammad Nasir, Kamis (09/03/2017).
Rendahnya daya serap industri terhadap inovasi dan hasil penelitian diakui Nasir membuat banyak hasil penelitian pada akhirnya berujung di lemari perpustakaan. Padahal penelitian tersebut dilakukan dengan menghabiskan biaya tak sedikit, proses yang panjang dan tenaga yang melelahkan.
Menurut Nasir, selain rendahnya daya serap hasil inovasi, hal lain yang menjadi masalah besar dalam persoalan riset adalah banyaknya hasil penelitian yang tidak sesuai dengan kebutuhan dunia industri. Akibatnya banyak hasil riset tidak diminati dunia industri.
Lebih lanjut Nasir mengingatkan bahwa daya saing suatu bangsa dapat dicapai salah satunya dengan inovasi. Dan inovasi ada harus melalui tahapan riset. Riset akan bisa lebih baik dan akan menghasilkan inovasi yang baik, tenaga kerja yang baik, harus didorong dari sumberdaya manusia yang kompeten, yakni salah satunya para peneliti dan dosen.
Kemenristek Dikti sendiri terus berupaya melakukan banyak inisiatif untuk memperkuat inovasi nasional seperti dengan memberikan reward kepada peneliti, memfasilitasi pendanaan inovasi, dan pengembangan inovasi konsorsium. Tujuh bidang yang menjadi fokus utama penelitian adalah bidang teknologi pangan dan pertanian, bidang kesehatan dan obat-obatan, bidang teknologi informasi dimana sekarang dunia borderless alias tidak ada batasan lagi.
Lalu bidang teknologi transportasi, material maju, pertahanan, dan energi. Untuk bidang energi, sumber-sumber energi baru terbarukan seperti solar cell akan terus dikembangkan, dan tidak menutup kemungkinan tenaga nuklir yang juga saat ini digunakan oleh berbagai negara.
Meski meningkatkan kualitas inovasi sangat penting tetapi menurut Menristek Dikti, inovasi yang telah dihasilkan tidak akan sampai kepada pengguna apabila tidak ada investor. Investor akan melihat inovasi dari biaya yang harus dikeluarkan serta laba ruginya.
“Kalau inovasi bagus tapi cost mahal tidak akan dilirik. Â Oleh karena itu, kita menginisiasi terbentuknya Innovator- Investor Forum yang akan menjadi tempat kolaborasi keduanya,” tandas Nasir.