JAKARTA, MENARA62.COM– Akses masyarakat terhadap persediaan air bersih dan sanitasi yang baik hingga kini masih menjadi problem besar yang dihadapi bangsa Indonesia. Berbagai program yang dilakukan oleh pemerintah belum membuahkan hasil yang menggembirakan.
Terbukti, ada 6 juta ton kotoran manusia dibuang langsung ke sumber air seperti sungai, pekarangan dan saluran air. Imbasnya 100.00 anak Indonesia meninggal karena diare dan 120 juta lainnya terkena penyakit. Disisi lain, kasus stunting (anak bertubuh pendek) juga masih tinggi.
Karena itu melalui kolaborasi aksi STBM (sanitasi terpadu berbasis masyarakat), Kemenkes berupaya menggandeng pihak-pihak lain untuk bersama-sama mengatasi persoalan akses air bersih dan sanitasi masyarakat ini.
“Kita bergandengan tangan dengan Kementerian Pekerjaan Umum, dengan Bappenas, dengan Kemendagri dan Pemda juga pihak lain. Tujuannya agar program kita bisa saling mengisi, saling mendukung,” papar Imron Agus, Direktur Kesehatan Lingkungan Kemenkes, Jumat (17/03/2017).
Kolaborasi aksi STBM ini intinya adalah bagaimana mengubah perilaku masyarakat terkait air, higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat dengan metode pemicuan. Harapannya, program ini akan lebih efektif dan memberikan hasil lebih cepat.
Program STBM itu sendiri memiliki lima pilar utama. Yakni berhenti buang air besar sembarangan, cuci tangan pakai sabun, pengelolaan air minum/makanan rumah tangga, pengelolaan sampah rumah tangga dan pengelolaan limbah cair rumah tangga.
Imron mengatakan kondisi akses air bersih dan sanitasi masyarakat antara kota dan desa tidak memiliki banyak perbedaan. Masyarakat desa hingga saat ini masih banyak yang memiliki perilaku buang air besar sembarangan. Meski dari Pemda sudah ada program jambanisasi.
“Budaya mereka buang air besar sembarangan harus diubah. Tetapi mengubah perilaku tersebut tidak mudah,” tukas Imron.
Pun di perkotaan, masalah air dan sanitasi tak kalah rumitnya. Hal-hal yang banyak dijumpai antara lain saluran pipa air bersih bocor di dalam got, limbah WC dibuang ke sungai atau saluran air, keterbatasan ruang untuk membangun tengki septik dan lainnya. Intervensi terhadap masyarakat kota ini malah jauh lebih sulit mengingat masyarakat perkotaan dianggap dekat dengan sumber daya pendukung.
Meski tergolong sulit, pemerintah sendiri menargetkan 2019 semua masyarakat Indonesia bisa mengakses kebutuhan air bersih yang baik dan sanitasi lingkungan yang sehat.