32.8 C
Jakarta

Buku Eureka di Negeri Seberang, Mengupas Dunia Pendidikan dengan Gaya Ringan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Menulis buku tidak harus menunggu menjadi siapa. Tidak harus menjadi menteri dulu, atau CEO sebuah perusahaan besar. Bahkan tidak harus menjadi sarjana sastra dahulu untuk menghasilkan sebuah bacaan bermutu.

Menulis buku bisa dilakukan oleh siapa saja, dengan modal pengalaman keseharian. Tidak rumit, tidak sulit, tidak perlu muluk-muluk. Mengalir dan tulis apa saja yang dijumpai dari aktivitas keseharian.

Itulah yang dilakukan seorang Indy Hardono, Koordinator Tim Beasiswa Nuffic Neso Indonesia. Melalui buku berjudul Eureka di Negeri Seberang, Indy membuktikan bahwa menulis buku bukan pekerjaan sulit. Ia memulai tahapan menulis dari pengalaman keseharian, baik sebagai koordinator tim beasiswa, sebagai dosen maupun pengisi rubrik tetap pada kolom edukasi Kompas.com.

“Saya bekerja mengurus beasiswa pelajar Indonesia yang akan studi ke Belanda. Saya menjumpai begitu banyak orang, bercerita dengan mereka, sharing pengalaman dan kadang menjadi konsultan atas mereka,” kata Indy usai peluncuran buku Eureka di Negeri Seberang, Ahad (29/9/2019).

eurika di negeri seberang
Berbagi buku Eureka di Negeri Seberang dengan para pembicara bedah buku

Dari interaksi dengan para penerima beasiswa itulah, lantas Indy mencoba menuangkan dalam banyak tulisan, yang kemudian disusun menjadi sebuah buku. Eureka di Negeri Seberang, tak ubahnya bunga rampai pemikiran Indy terkait dunia pendidikan, sebuah pemikiran tentang pendidikan tak bergaris batas dari seorang perempuan dengan latar belakang keilmuan sarjana tehnik kimia Universitas Indonesia.

Buku yang terbagi dalam 7 jendela tersebut disusun Indy dalam waktu 1 tahun. Ini adalah pencapaian waktu yang cukup baik untuk seorang penulis buku pemula. Terlebih buku Eureka di Negeri Seberang merupakan buku yang sarat akan filosofi, data dan histori. Membutuhkan waktu khusus, kepiawian dan kerja keras untuk merangkum serta menyajikan begitu banyak pengetahuan dan catatan sejarah.

Meski memuat banyak sejarah, buku Eureka di Negeri Seberang tampil sebagai bacaan yang ringan. Pemilihan dan penggunaan kata, penyusunan kalimat dan gaya penuturan yang kontemplatif menjadikan buku ini mudah dicerna. Penyajiannya yang ceria juga membuat buku ini tidak melelahkan otak dan mata.

“Saya berharap buku ini menarik kaum milenial untuk kembali ke budaya baca buku. Tentu sedikit berlebihan, tetapi memang harus ada yang memulai,” tambah Indy.

Tingkatkan literasi

Indy mengaku budaya di Indonesia lebih kepada mendongeng yang kemudian menghasilkan ketrampilan bicara. Ini berbeda dengan budaya masyarakat negara maju termasuk Belanda, dimana mereka lebih suka membaca dibanding mendengar sehingga budaya menulis pun jauh lebih baik.

Listening pasangannya tentu speaking. Kalau reading pasangannya adalah writing. Di Indonesia listening lebih menonjol, di Negara maju reading lebih menonjol,” jelasnya.

Indy Hardono, penulis buku Eurika di Negeri Seberang
Indy Hardono, penulis buku Eureka di Negeri Seberang

Celakanya budaya listening dan kemudian menghasilkan speaking acapkali tidak disertai dengan kegemaran reading. Akibatnya data-data yang disajikan pada saat orang bicara menjadi tidak kuat. Kondisi tersebut kemudian tercermin pula pada budaya posting di media sosial. Juga tergambar pada sebagian besar mahasiswa Indonesia yang melanjutkan studi ke Belanda.

“Mahasiswa Indonesia rata-rata jeblok pada reading dan writing. Padahal kegiatan akademik di sana lebih kepada reading dan writing. Ini luput dari perhatian banyak orang,” tukas Indy.

Melalui buku ini, Indy ingin berkontribusi dalam hal meningkatkan budaya literasi pelajar Indonesia. Karena baginya, literasi bukanlah membangun gedung perpustakaan dengan koleksi ribuan buku. Literasi adalah bagaimana membudayakan membaca buku.

“Saya berharap dengan gaya penulisan yang ringan dan ceria tetapi kaya akan data dan fakta, pembaca dapat jatuh cinta pada buku saya,” katanya.

Sebab sejatinya bahasan tentang apa saja, termasuk pendidikan dan kebangsaan dapat disajikan lebih ‘seru’ dengan menggunakan diski yang tidak normative dan mudah dipahami oleh semua kalangan termasuk generasi muda.

Senada juga dikemukakan Prof. Bondan Tiara Sofyan, Dirjen Potensi Pertahanan Kementerian Pertahanan RI. Saat pertama membaca buku Eureka di Negeri Seberang, Bondan mengaku terkagum-kagum dengan gaya penulisan dan kelengkapan data buku tersebut.

“Membacanya enak, kata dan kalimatnya indah. Padahal yang disajikan adalah sebuah alur sejarah,” kata Bondan.

Menurutnya buku ini tepat untuk menjadi bahan bacaan dan referensi pengetahuan generasi milenial. Termasuk mereka yang berkecimpung dalam urusan bela Negara. Itu sebabnya, Bondan berjanji dalam kegiatan edukasi terkait bela Negara, buku tulisan Indy ini akan menjadi salah satu referensi bacaan yang disarankan kepada peserta sosialisasi.

Evolusi buku

Era digitalisasi telah membuat buku sedikit terabaikan. Jika dulu pendapat umum yang berlaku adalah don’t judge the book by ist cover, maka dimasa membanjirnya informasi seperti sekarang ini, justeru keadaan menjadi terbalik. Beratus buku di rak toko buku harus bertarung dengan informasi tak berbatas di media social dan juga ranah digital yang lebih menarik.

Tuhu Nugraha, konsultan komunikasi digital mengatakan saat ini buku seharusnya bukan hanya sebuah suguhan pemikiran namun juga sajian pengalaman membaca yang memanjakan.

“Buku harus membuat ‘nyaman’ pembaca dengan tampilan warna dan desain yang ciamik. Juga memberikan ruang kosong untuk memberikan komentar, kesan dan bahkan kritik. Dengan demikian buku dapat menjadi media interaksi yang hidup,” katanya.

Buku Eurika di Negeri Seberang: pendidikan tak bergaris batas
Buku Eureka di Negeri Seberang: pendidikan tak bergaris batas

Karena itu, diluncurkannya buku Eureka di Negeri Seberang diharapkan menjadi alternatif bagi milenial yang haus akan bacan-bacaan bermutu untuk mengimbangi membanjirnya bacaan-bacaan ‘keras’ di media sosial.

Sementara itu Dekan Fisip UI Arie Setiabudi menyampaikan apresiasinya terhadap peluncuran buku Eureka di Negeri Seberang. Buku yang memuat beberapa topik yang kekinian, bisa menjadi referensi bagi siapa saja yang memang membutuhkan informasi yang sesuai dengan konten buku.

“Data yang disajikan valid, lengkap dengan catatan sejarah dan perkembangan kekinian,” katanya.

Karena itu ia berharap buku setebal 153 halaman tersebut dapat menarik kaum milenial untuk kembali mencintai buku. Sebab buku dan berita yang banyak di media social jelas memiliki perbedaan nyata. Buku adalah informasi valid yang kebenarannya sudah melalui proses kajian dan penelitian panjang.

Buku ini terbagi dalam 7 jendela, dimana masing-masing jendela membahas materi yang berbeda. Pembagian dalam sub judul tersebut memudahkan pembaca untuk mencari materi yang diinginkan. Ke-7 jendela atau sub judul tersebut adalah Eureka di Negeri Seberang, Berpikir Nano, Bacalah!, Leiden is Lijden, Kemerdekaan Berpikir, Pendidik Sejati Bernama Perempuan, dan Pemuda Indonesia: Sebuah Cerita Bersambung.

Meski sekilas terbagi dalam sub yang berbeda, tetapi intinya bermuara pada satu tujuan, yakni memberikan informasi terkait pendidikan dan kebangsaan. Mulai dari sejarah pendidikan Indonesia zaman Ki Hajar Dewantara, semangat para tokoh nasional dalam proses pembelajaran, negeri Belanda dengan kemajuan pendidikan, bagaimana peran perempuan dalam sebuah proses pendidikan, tentang manusia sebagai khalifah di bumi, tentang bagaimana proklamasi telah melahirkan semangat kebangsaan hingga catatan sejarah bagaimana hiruk pikuk gedung DPR RI saat lahirnya era reformasi yang digagas para mahasiswa.

Semua diulas dengan bahasa yang menarik, santai tetapi serius, dan pemilihan kata yang elok. Sehingga siapapun tak akan kuasa untuk menolak membaca satu bab demi bab hingga selesai.

Untuk tahap pertama, buku Eureka di Negeri Seberang dicetak 2000 eksemplar. Masyarakat yang ingin menikmati karya tersebut bisa membelinya di sejumlah toko online maupun offline.

Peluncuran buku tersebut juga dihadiri oleh Ketua Alumni Universitas Indonesia (ILUNI) Andre Rahardian.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!