28.2 C
Jakarta

Redam Demo, Pasukan Irak Lancarkan Penangkapan dan Penembakan

Baca Juga:

BAGHDAD, MENARA62.COM –Internet diblokir di Baghdad, ibukota Irak, sejak Senin (4/11/2019) malam. Pada saat bersamaan pasukan keamanan melancarkan operasi penangkapan besar-besaan dan penembakan mematikan ke arah kerumunan demonstan anti-pemerintah korup.

Penangkapan menargetkan penduduk daerah Salhiya dan Allawi di Baghdad tengah. “Mereka dituduh melindungi demonstran,” kata saksi mata kepada Arab News.

Aksi represif pasukan keamanan Irak juga menewaskan sedikitnya lima orang pengunjuk rasa di Baghdad. Hal ini menambah panjang daftar korban tewas, yang sebelumnya 250 orang, di tengah gelombang unjuk rasa terbesar di Irak dalam dua dekade terakhir yang bergulir sejak awal Oktober 2019.

Juru kamera Reuters melihat seorang pria ditembak mati di sekitar Jembatan Ahrar, yang mengarah ke pusat pemerintahan dan gedung-gedung kedutaan besar asing di Zona Hijau Baghdad, Senin (4/11/2019). Tubuhnya dibawa pergi oleh sesama pengunjuk rasa. Dia juga melihat setidaknya empat orang lainnya terbunuh.

Sumber-sumber keamanan dan medis menyebutkan korban tewas empat orang dan 34 orang luka-luka. Satu korban tewas dipastikan akibat tembakan langsung, sementara dua korban tewas akibat peluru karet dan gas air mata. Satu korban lainnya adalah seorang perwira polisi yang terkena peluru nyasar.

Seorang juru bicara kantor Perdana Menteri (PM) Irak mengatakan, sekelompok pengunjuk rasa telah menyeberangi jembatan dan membakar sebuah restoran, dan penegak hukum “berurusan” dengan mereka. Dia tidak menguraikan.

Diberitakan pula bahwa tiga orang tewas dari pihak sekelompok pengunjuk rasa yang menyerang gedung Konsulat Iran di kota suci Syaih, Karbala, Ahad (3/11/2019) malam. Iran ikut menjadi sasarana karena dianggap telah ikut campur dalam pemerintahan Irak yang bobrok.

Salah satu tuntutan penting pengunjuk rasa adalah mundurnya PM Adel Abdul Mahdi. Ia sudah bersedia lengser, namun menunggu kepastian koalisi parpol dalam pemerintahannya menentukan penggantinya.

Irak, yang memiliki cadangan minyak terbesar keempat di dunia, menghadapi realita kebanyakan rakyatnya hidup dakam kemiskinan. Layanan punlik bagi mereka serba kritis, seperti akses terbatas pada air bersih, listrik, perawatan kesehatan, dan pendidikan.

Para pengunjuk rasa menyalahkan sistem politik yang berbagi kekuasaan di antara partai-partai sektarian, dengan dominasi Syiah dukungan Iran, yang membuat korupsi merajalela.

“Pemuda telah hidup melalui kesulitan ekonomidan penindasan. Kami ingin membasmi elite politik ini sepenuhnya,” kata seorang pengunjuk rasa yang berkemah di Lapangan Tahrir, Baghdad.

Para pengunjuk rasa melihat Iran sebagai kekuatan utama di belakang partai-partai politik Syiah. Merema memegang kekuasaan di Irak pasca invasi pimpinan AS.

“Iran dan partai-partai yang berafiliasi dengan Iran membahayakan kita. Tidak ada orang Iran yang akan tetap di Karbala atau di seluruh Irak ” kata seorang pengunjuk rasa di Karbala, kota suci kaum Syiah.

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!