24.5 C
Jakarta

Kepulangan Warga Pakistan Yang Menyayat Hati

Baca Juga:

Sedih memang rasanya ditinggal oleh orang yang kita senangi. Orang yang selama ini memperlihatkan kebersamaan dan persaudaraan. Orang yang mungkin kita sudah jatuh cinta kepadanya. Kepergiannya tentu sangat memilukan. Meninggalkan duka lara. Duka yang tak kelihatan namun sangat terasa dalam jiwa.

Rumahnya satu kompleks dengan apartemen kami. Mereka berada di lantai satu. Dekat dengan pintu dan akses baik ke lantai tiga, tempat tinggal kami. Setiap kami keluar rumah atau baru tiba akan masuk rumah, selalu harus lewat dari samping pintu rumahnya. Sekali-kali kami mendengar mereka sekeluarga bersendau gurau dalam ruang tamunya.

Istrinya bapak ini, sangat baik kepada nyonyaku. Sudah bagaikan saudara sendiri. Dialah orang pertama yang dikenal nyonyaku di Kompleks flats ini. Suka memberi makanan dan minuman khas Pakistan. Kedua putriku ikut mengaji Al Qur’an di rumah ibu ini setiap malam antara Magrib-Isya.

Mereka punya dua anak. Satu lelaki sekolah di sini, seumuran kelas tiga SMP. Satu perempuan sudah kembali ke Pakistan kuliah di Fakultas Kedokteran. Anaknya biasa saya temui di Masjid Omar atau berpapasan di komplek flats. Jika pintu terkunci, dia yang datang membuka.

Sedangkan sang Bapak adalah dosen tamu di University of Wollongong. Dalam bidang biologi. Saya biasa ketemu di Masjid MAWU UoW atau Masjid Omar. Dia sangat aktif di lingkungan ini, bertindak sebagai semacam ketua RW. Ada masalah apa saja, bisa melaporkan kepadanya.

Di Masjid Omar selalu aktif berjamaah subuh, Magrib dan Isya. Jika ada buka puasa bersama, dia aktif meladeni jamaah. Bahkan, ia turut memasak kari sapi di dapur masjid. Saya sudah biasa menikmati hidangannya. Termasuk saat idul fitri lalu kami dijamu di rumahnya.

Dalam dua minggu ini, istrinya selalu menelepon nyonyaku. Menanyakan apa mau barang ini dan barang itu. Tentu nyonyaku mau. Mulai dari pakaian, alat-alat masak dan sepatu berbagai jenis. Semuanya masih bagus dan bahkan ada yang masih punya merk, artinya belum sempat dipakai. Pokoknya, hampir tiap hari kami disuruh ambil ini dan itu. Jika bukan nyonyaku, anak-anak yang pergi mengambilnya.

Bahkan siang ini, sepulang shalat duhur di Masjid MAWU, depan rumah kudapati setumpuk pakaian dalam koper. Istrinya sempat datang mengatakan bahwa itu untuk kami. Anaknya juga pernah bawa sepatu baru untuk anakku. Jika dihitung semuanya, mungkin sudah belasan juta Rupiah nilai barang mereka yang diserahkan ke kami.

Pulang

Sore ini, mereka akan kembali ke Pakistan. Setelah semua urusan suaminya selesai di kampus UoW sejak tahun 2012. Mereka akan menjalani kehidupan yang baru lagi di negaranya. Kepulangan mereka adalah yang terbaik untuk mereka. Akan tetapi bagi kami, itu cukup “menyayat hati”, bagaikan digores sembilu. Ditinggal oleh orang yang sangat baik dan berbudi pekerti luhur.

Entah kapan kami bisa bertemu kembali dengan saudara seiman dan sekeyakinan ini. Hanya Yang Maha Kuasa yang mengetahuinya. Insya Allah.

Penulis: Haidir Fitra Siagian/Masjid MAWU UoW, Kamis (7/11/2019) ba’da duhur

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!