27.3 C
Jakarta

Rasa Syukur Menjadi Orang Indonesia di Rusia

Baca Juga:

SAMARA, Menara62.com– Berkelana ke luar negeri, mendapatkan beasiswa pendidikan yang dibiayai oleh negara, adalah impian bagi sebagian orang di Indonesia. Terutama, bagi bara anak muda yang mungkin lelah dengan kondisi bangsa Merah Putih, dan mencoba merantau.

Bukan sekadar berinvestasi, menyiapkan masa depan yang lebih baik untuk diri sendiri. Tapi juga menenggak sebanyak banyaknya, pengetahuan dan pengalaman untuk di bawa ke Indonesia. Berharap bisa memberi kontribusi bagi Tanah Air tercinta.

Tentu saja, tanah perantauan bukan hal yang mudah untuk dihadapi. Pribahasa kita mengajarkan, di mana Bumi dipijak, di situ Langit dijunjung. Kita harus beradaptasi, dan menghorati semua yang ada di tanah rantau, lalu bertahan hidup dengan baik tanpa menyakiti siapapun di tanah orang lain.

Perantauan di Rusia, istimewa. Perantauan ini memberikan pelajaran yang membuat seharusnya kita bersyukur menjadi orang Indonesia.

Pelajaran pertama, yang membuat kita harus bersyukur adalah iklim. Indonesia dianugerahkan Allah cuaca yang nyaman dengan dua musim saja. Sehingga tubuh kita tumbuh dengan beradaptasi hanya pada dua musim itu saja.

Di Rusia, kita harus beradaptasi pada empat musim yang berbeda kondisinya. Ekstrem perbedaan suhunya, berbeda tekanan udaranya, dan berbeda cara menghadapinya. Gagal beradaptasi dengan cepat di empat musim ini, risikonya adalah gagal bertahan hidup.

Selain itu, iklim di Indonesia juga menjadi berkah karena banyak jenis varietas tanaman dapat tumbuh subur di tanah kita. Sementara di Rusia, petani-petaninya hanya punya waktu kurang dari enam bulan dalam setahun untuk bercocok tanam. Itupun dengan varietas tanaman yang terbatas dan risiko gagal panen yang besar.

Pelajaran ke dua yang membuat kita harus bersyukur menjadi orang Indonesia adalah, kehangatan. Budaya luhur, agama, adab, adat istiadat, dan norma kesopanan mengajarkan kita untuk hidup dengan orang lain.

Di Rusia, tidak. Terlalu dingin cuaca di luar untuk sekadar ngobrol atau nongkrong di pinggir jalan. Terlalu dingin suhu udara untuk jalan pelan-pelan sambil ngobrol dengan teman atau dengan saudara. Terlalu dingin, itu sampai menjadi karakter mereka.

Bahkan, kalau kita senyum pada orang yang tidak kita kenali, sebagaimana lumrah terjadi di Indonesia. Kita akan dianggap orang gila, minimal orang yang aneh. Karena di Rusia, senyumlah hanya pada orang yang kau kenal dekat saja. Jangan buat gigimu kedinginan karena senyum sembarangan.

Pelajaran ke tiga, yang membuat kita seharusnya bersyukur menjadi orang Indonesia adalah, kebebasan berpendapat. Orang bilang hidup di Eropa itu enak. Sangat demokratis, orang bisa berpendapat dan berekspresi sesukanya.

Tapi tidak juga di Rusia. Kau boleh saja berpendapat dan berekspresi terhadap sesuatu, tapi jangan memberikan pendapat negatif pada pemerintah, atau punya pandagan lain tentang gender, atau mengusik keyakinan orang lain. Berpendapat semacam itu di sini, risikonya adalah keselamatan.

Rusia adalah salah satu negara paling proteksionis di dunia. Hampir semua lini kehidupan masyarakatnya, terawasi. Jika ada yang sedikit menyenggol pemerintah, bersiaplah.

Sementara di Indonesia. Masih aman saja orang yang berpendapat negatif terhadap pemerintah. Perbedaan pendapat politik walaupun kadang sudah tidak sehat, namun tidak digebuk “serepresif itu” dibanding di Rusia.

Pelajaran ke empat, yang membuat seharusnya kita sangat bersyukur menjadi orang Indonesia adalah, Kita adalah NKRI. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aceh itu Indonesia, Papua juga Indonesia, Jawa juga Indonesia, semuanya Indonesia. Orang aceh, bisa bebas merantau ke Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua. Kemanapun di Indonesia, tanpa harus repot mengurus berkas imigrasi.

Di Rusia, tidak bisa begitu. Moscow itu Rusia, Samara itu Rusia, Vladivostok itu juga Rusia, juga wilayah-wilayah lainnya, memang semuanya Rusia. Tapi mereka berbeda negara bagian. Berbeda aturan imigrasi, tiap orang di Rusia memegang dua paspor, paspor Rusia paspor negara bagian.

Analoginya, “Kita sesama orang Rusia, tapi kamu bukan bagian dari kami. Jadi kamu tidak bisa tinggal seenaknya di sini”.

Ribet. Berpergian antar Negara Bagian di Rusia itu tidak leluasa. Anda harus mengurus imigrasi dan kartu registrasi di negara bagian baru, jika tidak mau ditangkap polisi.

Bayangkan kalau itu terjadi di Indonesia. Hilanglah keakraban kita sebagai bangsa yang majemuk. Dan pasti kaum-kaum rebahan yang sangat santuy akan sangat terganggu, bahkan berdemo siang malam.

Kita rakyat Negara Kesatuan Republik Indonesia. KTP kita, berlaku seumur hidup dan kita bebas mencari peruntungan, merantau, mencari pendidikan, atau bahkan mencari jati diri, di manapun. Selama masih di Indonesia, kamu masih saudaraku. Dan tak perlu repot menjadi orang Indonesia.

Itulah sedikit rasa syukur yang bisa dipelajari jika menjadi orang Indonesia, di Rusia.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!