32.9 C
Jakarta

Imran Hanafi : Kebebasan Berfikir harus sesuai Budaya Bangsa

Baca Juga:

Menuntut ilmu di luar negeri itu bagaikan kawah candradimuka, yakni sebagai wadah untuk mengasah diri pribadi hingga menjadi orang yang memiliki karakter pribadi yang kuat, terlatih dan cerdas.

Hal ini juga dapat dipandang proses bagi seorang mahasiswa agar dapat memiliki mental yang berani dan berjiwa besar. Mahasiswa itu diharapkan menjadi orang yang memiliki arti penting bagi bangsa dan negara, pun menyalurkan energi yang kuat dan pengaruh yang positif bagi lingkungan sekitar.

Bagaimanapun, terdapat pola pikir bagi mereka yang pernah studi di luar negeri yang lebih memiliki wawasan luas dalam berbagai aspek, termasuk dari segi akademik dan sikap. Sehingga mahasiswa Indonesia yang sudah belajar di luar negeri diharapkan segera kembali ke tanah air. Tentu, setelah mereka melaksanakan studinya di berbagai universitas atau lembaga pendidikan lainnya, memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara dengan jalan mengimplementasikan ilmu yang diperoleh.

Demikian antara lain pokok pikiran yang disampaikan oleh Dr H M Imran Hanafi MA, Atase Pendidikan dan Kebudayaan Kantor Kedutaan Republik Indonesia di Canberra, Australia, tadi siang (Sabtu, 21/12/19). Ia menyampaikan itu dalam pertemuan dengan masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Mc. Kinnon, Building, the University of Wollongong, NSW, Australia.

Dalam bagian lain, mantan Atdikbud KBRI Kuala Lumpur yang juga masih tercatat sebagai dosen Jurusan Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin Makassar ini mengatakan, aura dan kebebasan berpikir yang selama ini didapatkan selama studi di luar negeri, haruslah yang sesuai dengan nilai-nilai budaya bangsa Indonesia. Pembelajaran dan pengalaman yang akan dibawa ke Indonesia tentunya adalah semangat yang dapat membawa perubahan positif demi kemajuan bangsa dan negara. Jangan sampai kembali ke Indonesia dengan membawa kesan yang sebaliknya.

Pertemuan tersebut terselenggara atas kerjasama oleh pengurus JPI (Jamaah Pengajian Illawara) dan PPIA (Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia) Wollongong. Acara ini juga sebagai rangkaian pengajian rutin masyarakat Indonesia di kota kecil berjarak sekitar delapan puluh kilometer dari Sydney ini. Juga diadakan pelepasan empat orang mahasiswa yang sudah menyelesaikan studinya.

Keempatnya adalah Panji Agung Nugroho dan Aris Puji Antoro, yang mengambil program magister. Mereka adalah anggota TNI Angkatan Laut dari Surabaya yang mendapat beasiswa dari Kementerian Pertahanan Australia. Kemudian Raden Wirawan Kartono, pegawai Kementerian Luar Negeri RI, Jakarta. Serta Amalia Syafarani program magister dalam bidang akuntansi, beliau berasal dari Malang Jawa Timur.

Wollongong, Sabtu (21/12/2019)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!