JAKARTA, MENARA62.COM — Harapan Baru Bagi Perbaikan Stem Cell Untuk Penderita Diabetes. Ini tentu menjadi kabar menggembirakan bagi penderita diabetes melitus (DM) yang makin meningkat. Peningkatan jumlah pasien ini, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga terjadi di dunia. Peningkatan jumlah pasien ini, menjadikan penyakit ini masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius.
“Bahkan, badan kesehatan dunia WHO menempatkan DM sebagai penyakit nomor 4 penyebab kematian terbanyak di dunia setelah penyakit kardiovaskular, kanker dan penyakit pernafasan kronis,” ujar Dr. dr. Karina, SpBP-RE, seusai prosesi wisuda doktoral di Balairung Universitas Indonesia pada Sabtu (1/2/2020).
Terapi stem cell, menurut Karina, menimbulkan harapan baru bagi penderita DM. Namun rupanya stem cell yang berasal dari tubuh penderita itu sendiri (autologus), ternyata memiliki kualitas dan kuantitas yang lebih rendah dibanding stem cell yang berasal dari orang sehat.
Karina menjelaskan, terapi sel yang teraman tetap saja yang berasal dari tubuh penderita itu sendiri. “Dalam dunia medis, kami berpegang pada prinsip utama, do no harm to patients. Terapi sel yang teraman dan diterima 100% oleh tubuh pasien, adalah yang berasal dari tubuh pasien itu sendiri, atau disebut dengan istilah terapi autologus“.
Karina terlihat berada di urutan pertama dari para wisudawan. Doktor yang lulus dari Program Doktoral Ilmu Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dengan indeks prestasi 3,97 ini, mengusung disertasi yang berjudul “Efek Pemberian Platelet-Rich Plasma terhadap Angiogenesis Adipose-Derived Mesenchymal Stem Cell Penderita Diabetes Melitus Tipe 2: Tinjauan In Vitro pada VEGF”. Disertasi ini sendiri sudah dituangkan dalam 5 publikasi ilmiah, dan tiga diantaranya di lingkup internasional yang terindeks Scopus.
“Disertasi saya merupakan riset awal bagi perbaikan stem cell penderita diabetes, dengan cara yang sederhana yaitu menggunakan darah dari tubuh penderita itu sendiri, yang di dalam trombositnya mengandung konsentrat growth factors. Tehnik ini sering disebut sebagai platelet-rich plasma atau PRP, yang dalam konsentrasi tertentu ditambahkan ke dalam medium kultur stem cell. Ternyata kualitas stem cell membaik, dan keseluruhan terapi adalah murni dari tubuh pasien sendiri. Saya harap tehnik ini dapat menjadi terapi yang efektif dan tentunya aman pada para penderita diabetes. Dan dengan dimuatnya hasil-hasil penelitian saya di jurnal-jurnal internasional, semoga dapat menjadi acuan terapi bagi para periset dan dokter di luar negeri, tidak hanya di Indonesia,” tutur Dr. Karina sambil mengakhiri wawancara.