Oleh : Neni Nurachman
Nasyiah merupakan perkumpulan perempuan usia dari 17 tahun sampai dengan 40 tahun, berdasarkan AD dan ART organisasi ini. Nasyiah, merupakan organisasi otonom dari persyarikatan Muhammadiyah. Jelas nampak yang terkumpul di dalam nasyiah adalah perempuan muda dan produktif. Karena menurut WHO, manusia produktif adalah dari 14 tahun hingga 64 tahun. Walaupun kategori pemuda menurut Undang-Undang Kepemudaan adalah dari 17 tahun sampai dengan 30 tahun. Kiprah Nasyiah adalah mewujudkan puteri Islam yang sebenar-benarnya, dengan fokus kegiatan pada pendidikan, keperempuanan dan perlindungan anak.
Apakah penghuni perkumpulan ini hanya mengurusi organisasi ini saja? Tentu tidak. Perempuan muda dalam Nasyiah adalah perempuan super. Mereka cerdas mengatur waktu secara optimal, waktu untuk tanggung jawab rumahtangga, pekerjaan dan organisasi. Berorganisasi bukan sisa waktu, tetapi menyisihkan waktu. Nasyiah adalah wadah untuk menampung puncak produktivitas perempuan Muslim. Mereka berbagi manfaat untuk umat dan bangsa Indonesia.
Kesamaan usia dan agama, menjadi ikatan yang mengumpulkan kader perempuan muda untuk terus berkiprah. Setelah lulus dari IMM dan IPM, perempuan tidak berhenti berkreasi untuk negeri. Mereka bergabung di dalam Nasyiah, mempersiapkan diri untuk terus bergerak dan berjuang dalam dakwah, sebagai penerus Aisyiyah.
Bukankah Nasyiah adalah ortom Muhammadiyah? Mengapa menjadi penerus Aisyiyah? Aisyiyah adalah organisasi otonom khusus untuk perempuan dewasa dari warga Muhammadiyah. Kepengurusan juga terpisah dari Muhammadiyah. Namun tetap dalam satu garis organisasi, yaitu Muhammadiyah. Posisi Nasyiah tetap ortom dari Muhammadiyah. Secara tidak langsung, sebagai tangga kader dari kalangan pelajar. Jika pelajar laki-laki menuju jenjang Pemuda Muhammadiyah, maka perempuan masuk ke tangga Nasyiah yang akan berlanjut menuju Aisyiyah.
Usia dalam Nasyiah heterogen, namun berada pada rentang yang sama. Maka setiap anggota Nasyiah menikmati berorganisasi secara unik. Bernasyiah dapat dijadikan ajang curhat. Mereka bisa saling mendengar dan memberi solusi. Anggota Nasyiah yang lebih muda diayomi oleh yang lebih tua. Mereka yang telah berpengalaman, dapat membimbing dan merangkul yang lainnya. Diantara anggota, dapat saling berbagi cerita permasalahan hidup, serta dapat saling memberi solusi satu sama lain.
Fase Kehidupan
Permasalahan pribadi kader Nasyiah amat heterogen. Karena rentang usia 17 tahun hingga 40 tahun mengalami beragam fase. Keberagaman fase inilah yang dapat saling melengkapi Nasyiah, sehingga menjadi kokoh dan kuat. Fase usia remaja, beranjak dewasa masa kuliah atau mencari pekerjaan. Fase proses menikah, pasca menikah dan membesarkan serta mendidik anak-anak. Keragaman inilah yang dapat membuat banyaknya program dan kegiatan. Berdasarkan kebutuhan, yang semula berdasarkan saling curhat.
Penyelesaian permasalahan akan usai apabila diberi solusi berdasarkan ilmu. Pengamalan pengetahuan yang dilandasi iman tentunya. Untuk memperoleh keilmuan ini dapat diperoleh dalam kegiatan Nasyiah. Berlatar belakang kebutuhan, ditindaklanjut menjadi sebuah kegiatan dapat berupa seminar atau workshop. Semakin banyak kebutuhan, agenda kegiatanpun akan semakin bertambah. Pengetahuan nasyiah pun membuncah. Melalui Nasyiah, dapat dijadikan ajang pencarian ilmu pengetahuan praktis, sebagai bekal untuk tugas menjalani hidup di tempat bekerja, di rumah dan di masyarakat. Terutama dapat bermanfaat saat mengemban amanah dalam rumah tangga. Jika kader-kader telah matang terdidik dalam Nasyiah, maka kelak saat berada di Asiyiyah semakin matang dan maju.
Beranjak dari usia remaja menuju dewasa, kemandirian sangat dituntut dari lingkungan. Baik sebelum atau setelah berumahtangga. Kemandirian mental, kemandirian fisik, kemandirian psikis dan kemandirian perekonomian patut dimiliki oleh kader Nasyiah. Menempa dan memupuk kader menuju perempuan mandiri, dilakukan dalam Nasyiah. Berbagai kemampuan hidup dikaji dan dilakukan dalam berorganisasi. Melalui Nasyiah, perempuan produktif dapat belajar dan menjadi mandiri. Kaum perempuan mandiri akan menopang pembangunan bangsa ini menjadi lebih bermartabat.
Apabila sistem kaderisasi dan pola berorganisasi dalam bernasyiah optimal. Maka isu bonus demografi di Indonesia, yang diprediksi akan terjadi tahun 2020-2035, tidak menghawatirkan. Karena Indonesia memiliki perempuan muda terdidik, gemar bekerja dan senantiasa mencari kemulyaan Islam. Sedangkan peran perempuan secara umum, dalam pembentukan karakter dan pendidikan anak dalam keluarga sangat dominan, untuk kultur kebanyakan di Indonesia. Anggota Nasyiah menyiapkan anak-anak di keluarga dan masyarakat, untuk menjadi generasi super. Berbekal pengetahuan dan segala hal solusi yang diperoleh dalam Nasyiah, maka persiapan generasi unggul pun telah dilakukan. Denga langkah ini, Indonesia siap menyongsong generasi keemasan bangsa ini. Tentu saja, langkah ini tidak menafikan keterlibatan dari lini lain di negeri ini.
Jadi, Nasyiah adalah tempat pengkaderan perempuan muda Muhammadiyah. Nasyiah itu rumah bagi kader penerus Aisyiyah. Masa muda harus produktif, sensitif dan solutif. Jiwa muda tentu akan selalu riang dan gembira. Bernasyiah tentu akan membahagiakan, karena Nasyiah tempat curhat, tempat mencari ilmu dan tempat menempa kemandirian. Sepatutnya, perempuan muda yang peduli pada negueri, berkiprah melalui Nasyiah. (Neni Nurachman, salah seorang aktivis Nasyiatul Aisyiyah Kabupaten Tasikmalaya)