28.8 C
Jakarta

Muncul 7000 Tahun Lagi, Pekan Ini Komet Neowise Mendekati Bumi

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Komet Neowise akan mendekati planet bumi dengan jarak terdekat pada tanggal 23 Juli 2020. Komet yang pertama kali ditemukan pada 27 Maret 2020 melalui teleskop luar angkasa Near-Earth Object Wide-field Infrared Survey Explorer (NEOWISE) tersebut dapat dilihat di Indonesia dengan mata telanjang mulai tanggal 19 hingga 25 Juli 2020 setelah matahari terbenam.

“Jarak terdekat komet dengan bumi terjadi pada tanggal 23 Juli pukul 09.41.30 WIB dengan jarak 103,5 kilometer,” kata Kepala Humas, Ir. Jasyanto, M. M dalam siaran persnya Ahad (19/7/2020).

Meskipun akan terlihat secara kasat mata, komet akan semakin sulit dilihat di daerah yang memiliki polusi cahaya tinggi. Dengan panjang angular ekor yang cukup besar, komet dapat terlihat dengan binokuler, teleskop, atau kamera digital dengan kepekaan cahaya yang tinggi.

Menurut Jasyanto, waktu terbaik untuk mengamati komet Neowise yaitu pada tanggal 23 Juli 2020. Komet mulai sulit dilihat dengan mata telanjang pada tanggal 26 Juli 2020 pada lokasi berpolusi cahaya tinggi. Sedangkan langit yang bersih bebas dari polusi cahaya akan sulit dilihat mulai dari sekitar tanggal 5 Agustus 2020.

Komet Neowise merupakan komet dengan orbit bergerak mundur (retrograde) dengan orbit yang hampir parabolik. Pada 3 Juli 2020 pukul 23.20.06 WIB, Komet Neowise berada pada titik terdekat dengan Matahari dengan jarak 44,1 juta km. Sedangkan titik terdekat komet dengan bumi akan terjadi pada 23 Juli 2020 pukul 09.41.30 WIB dengan jarak 103,5 juta km.

Observasi terakhir oleh COBS (Coma Database Observer) menunjukkan bahwa nilai magnitudo komet ini sudah mencapai +1,5. Diameter koma (ekor komet) ini mencapai 17,7 menit busur atau sedikit lebih besar dari jejari tampak Bulan. Komet ini paling terang ketika berada pada titik terdekat dengan Matahari dengan magnitudo tampak +1,4.

Untuk daerah DKI Jakarta dan sekitarnya, lanjut Jasyanto, pada 23 Juli waktu kenampakan komet ini pada pukul 18.42-19.40 WIB dengan azimuth 318° – 314,9° (Barat Laut). Daerah Bandung, Sumedang, Garut, dan sekitarnya, pada pukul 18.38-19.34 WIB dengan azimuth 318,2° – 315° (Barat Laut). Di Padang, Sumatera Barat waktu kenampakan komet ini pada pukul 19.17-20.30 WIB dengan azimuth 316,4° – 313,9° (Barat Laut).

Lalu untuk wilayah Pasuruan, Jawa Timur pada pukul 18.17-19.10 WIB dengan azimuth 318,4° – 315,2° (Barat Laut). Pontianak, Kalimantan Barat akan Nampak pada pukul 18.41-19.54 WIB dengan azimuth 316,3° – 314° (Barat Laut). Di Parepare, Sulawesi Selatan pukul 18.54-19.57 WITA dengan azimuth 317,4° – 315,9° (Barat Laut). Tomohon, Sulawesi Utara akan nampak pada pukul 18.41-19.56 WITA dengan azimuth 316° – 313,9° (Barat Laut). Di Tilong, Nusa Tenggara Timur pukul 18.29-19.14 WITA dengan azimuth 319° – 315,9° (Barat Laut).

Sedangkan di Biak, Papua pada pukul 18.52-20.01 WIT dengan azimuth 316,7° – 314,2° (Barat Laut). Seluruhnya memiliki magnitude +4,16 hingga +4,17 dengan konstelasi Ursa Mayoris.

LAPAN akan mulai mengamati pada tanggal 21 Juli 2020. Pada hari tersebut, bertepatan dengan pengamatan hilal bulan Zulhijjah dan akan terus mengamati hingga mendapatkan hasil terbaik. Selain Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN di Bandung, ada juga Balai LAPAN yang akan mengamati diantaranya : Balai Pengamatan Antariksa dan Atmosfer (BPPA) LAPAN Agam, BPAA LAPAN Pontianak, BPAA LAPAN Sumedang, BPAA LAPAN Pasuruan, Balai Uji Teknologi dan Pengamatan Antariksa dan Atmosfer Garut (BUTPAAG) LAPAN Garut, dan Balai Kendali Satelit, Pengamatan Antariksa dan Atmosfer, dan Penginderaan Jauh Biak.

Beberapa tips untuk mengamati Komet C/2020 F3 (NEOWISE) ini adalah silakan pilih lokasi pengamatan arah Barat Laut yang bebas obstruksi, bebas dari polusi cahaya dan perhatikan jendela pengamatan, menggunakan instrument pengamatan dengan medan pandang luas, jika mengamati saat lintasan obyek sangat redup gunakan instrument berfitur go-to dan tracking/guiding yang bagus, gunakan kecepatan rana (shutter speed) yang tidak terlalu panjang, jika komet redup maka ambil citra yang sama berulang kali dan ambil citra kalibrasi (bias, dark, flat) kemudian ditumpuk (stack), dan tidak lupa gunakanlah penyangga kaki tiga (tripod).

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!