BANDUNG, MENARA62.COM – Prof. Dr Alex L. Suherman, Biotechnologi & Seed Manager Crop Life Indonesia mengatakan pangan adalah hak moral bagi semua orang yang lahir di dunia. Semua orang yang lahir berhak menerima pangan yang sehat, yang cukup, yang aman dan bertanggung jawab, tidak berbahaya bagi kesehatan tubuh dan juga lingkungan.
Karena itu penting untuk memastikan bahwa pasokan pangan yang dihasilkan oleh sektor pertanian memadai. Sebab jika pertanian gagal maka sektor-sektor yang lainnya juga akan gagal, karena antar sektor sejatinya saling bersinggungan.
“Pangan yang sehat dibutuhkan untuk mendukung pengembangan-pengembangan perekonomian yang lainnya. Tanpa adanya kekuatan pangan yang cukup dan memadai maka ketahanan nasional kita akan melemah,” kata Alex, dalam webinar Peran Bioteknologi dalam Mendukung Ketahanan Pangan, Senin (12/10).
Tetapi pada kenyataannya fakta berkata lain, di satu sisi kita membutuhkan pangan yang cukup, yang sehat yang melimpah, tetapi fakta berkata bahwa jumlah penduduk semakin hari semakin meningkat. Tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia sekitar 260 juta jiwa dan menduduki posisi 5 dari sekitar 7,6 miliar penduduk dunia.
“Di satu sisi ini menjadi ironis karena keterbatasan lahan, kita juga harus mencukupi kebutuhan seluruh pangan yang dibutuhkan. Di lain pihak tingginya harga dan kebutuhan pangan saat ini yang terjadi dimana-mana itu bisa berpotensi adanya kekacauan dan perselisihan antar negara di seluruh dunia,” lanjut Alex.
Alex menjelaskan adanya perubahan iklim dunia yang membawa berbagai efek negatif bagi pertanian, seperti hama dan penyakit tanaman karena adanya perubahan iklim yang tidak menentu. Ada juga potensi banjir, potensi kekeringan, dan lebih parah lagi banyaknya alih fungsi lahan untuk industri, perumahan, dan lain sebagainya. Akhirnya alam terbatas, alam mengalami gangguan, tetapi manusia juga turut memperburuk keadaan dengan adanya alih fungsi lahan. Akibatnya banyak terjadi kekurangan produktivitas tanaman.
“Pengaruh perubahan iklim terhadap hama dan penyakit yang akan bermunculan, mungkin juga adanya virus-virus baru yang bermunculan yang menyerang pertanian juga populasi mahluk hidup, dan berpotensi pada kegagalan panen,” ungkap Alex.
Solusi yang dibutuhkan adalah inovasi-inovasi teknologi pertanian yang out of the box yang tidak hanya menerapkan pola-pola konvensional saat ini.
“Kami menawarkan solusi baru yaitu Bioteknologi Tanaman, sebagai salah satu opsi, ini pilihan tidak ada suatu kewajiban, namu ini menjadi pilihan,” tambah Alex.
Menurutnya, bioteknologi bukan hal baru, namun kemajuan ilmu pengetahuan membuat potensinya semakin besar. Bioteknologi tanaman menjadi suatu pilihan untuk mengatasi hal tersebut. Bioteknologi salah satu opsi untuk mencapai ketahanan pangan dimasa depan. Tanpa kita sadari kita selalu menemukan bioteknologi, seperti pada singkong, tape, roti, keju, makanan ini merupakan produk dari bioteknologi tradisional.
“Bioteknologi modern tentunya dengan beberapa inovasi di dunia saat ini bisa dihasilkan dari obat-obatan pestisida, hama, buah-buahan yang tahan hama dan penyakit, golden rice, ini merupakan produk bioteknologi tanaman, yang memungkinkan potensi pangan tersebut akan semakin besar,” tukasnya.
Ketua Program Studi Teknologi Pangan Universitas Pasundan Dr. Ir Yusep Irawan mengatakan jika dilihat dalam peran bioteknologi dalam mendukung ketahanan pangan, ada 2 aspek yaitu aspek produksi dan aspek konsumsi. Aspek produksi kita bisa lihat dari budidaya atau pertanian, aspek konsumsi dari proses pengolahan sehingga dapat memberikan kontribusi sebagai makanan bermutu, bergizi, aman, dan murah. Implementasi bioteknologi dalam mendukung aspek produksi adanya pengembangan varietas unggul peningkatan produktivitas dan pengembangan pupuk hayati yang berperan untuk perbaikan unsur hara pada lahan.
“Ilmu pangan dan bioteknologi itu merupakan satu hal yang tak bisa dipisahkan . dengan adanya sumber pangan lokal dan diversifikasi pangan, insyaallah ketahanan pangan kita bisa terpenuhi,” tutup Yusuf.