Dua putra kelahiran Lamakera, Dr. HM. Ali Taher Parasong dan Ahmad Yohan, kini sedang berada di kampung tercinta, Lamakera, Pulau Solor, Nusa Tenggara Timur. Lamakera, selain dirindukan, kampung halaman itu pula melukiskan memori panjang peradaban di timur Indonesia.
Sosio-historis Lamakera adalah salah satu perkampungan nelayan Islam di Flores, NTT. Ia juga di kenang dalam lembaran peradaban sebagai pusat pendidikan sekaligus penyebaran da’wah Islamiah.
Mereka, putra terbaik Lamakera, yang kini diberi kepercayaan rakyat sebagai anggota legislatif, DPR RI. Mereka datang menyapa kampung halaman. Kedatangan kali ini bersama Wakil Menteri Agama RI, KH Zainut Tauhid Sa’adi. Kunjungan mereka di Lamakera dalam rangkaian peresmian gedung Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 2 Flores Timur, sekaligus peletakan batu pertama pembangunan tahap kedua Kompleks MAN 2 Flores Timur di Lamakera.
Pembangunan tahap kedua pada kesempatan ini, turut menandai adanya eskalasi budaya dan sejarah, bahwa MAN 2 yang sebelumnya bernama Madrasah Aliyah Plus Tarbiyah Lamakera. Terhitung sejak berdirinya MAN 2 Flores Timur, lembaga pendidikan ini sudah memasuki usianya yang ke-10 tahun. MAN 2 Flores Timur, telah membuahkan sejumlah intelektual kesarjanaan. Lulusannya, sudah banyak yang melanjutkan pendidikan dan tamat dari berbagai kampus di Indonesia, seperti UIN, IAIN, STAIN maupun Perguruan Tinggi lainnya di tanah air. Sementara ini, sudah ada beberapa orang yang kembali mengabdi dan memperkuat almamaternya.
Percepatan pembangunan mengisyaratkan akan konsistensi masyarakat Lamakera, menjadikan Lewo Tanah Lamakera, sebagai Epicentrum Peradaban Islam. Seperti yang sering kali diperbincangkan oleh kaum intelegensia Lamakera, bahwa Lamakera menjadi mata air ilmu. Di sini tempat bersemi pembibitan ilmuwan Muslim, yang kelak atas taqdir Allah SWT, mereka tumbuh menjadi filsuf, teolog, ideolog, budayawan dan teknokrat yang mendasari ilmu dan profesinya pada al-Quran dan al-Hadits.
Pada waktunya, Lamakera akan terus menggeliat mengalirkan air jernih keilmuan ke berbagai tempat yang tak berbatas. Orang-orang akan berdatangan sebagai musyafir akan berteduh menggali dan menyusuri atmosfir peradaban ke ilmuan di Lamakera.
Mendukung ide Lamakera sebagai epicentrum peradaban Islam, telah datang sejumlah tokoh nasional mengunjungi Lamekera. Diantara mereka, Prof Dr HM Amin Rais, mantan Ketua MPR RI dan Tokoh Penggerak Reformasi Indonesia. Menteri Agama Lukman Hakim Syaifuddin, Menteri Sosial Agus Gumiwang Karta Sasmita, Menteri Perempuan dan Urusan anak, Prof Dr Yohana Susana Yembise, Wakil Ketua MPR RI yang kini menjadi Duta Besar Indonesia di Lebanon, Hajriyanto Tohari, dan sejumlah dirjen dari berbagai kementrian, dan Pimpinan Lembaga Tinggi Negara. Semua ini merupakan terobosan edukatif, peluang dan pembelajaran bagi orang Lamakera, agar selalu membangun kepercayaan diri untuk menjadi kekuatan dalam setiap gerak Perubahan.
Perkampungan Ilmu
Untuk itu penduduk Lamakera harus segera menata lingkungan sosial. Mereka perlu menyelaraskan diri untuk sanggup memahami dan mengerti serta menyikapi diri sebagai tuan rumah di perkampungan ilmu. Orang Lamakera, saatnya menyiapkan diri menjadi tuan rumah terbaik untuk menerima datangnya para mujahid, ibnu sabil pencari ilmu. Jadikan Lamakera tempat sejuk yang menjanjikan dan mengikat semua orang untuk merasakan kenikmatan sosial, dan spiritual selama menimba ilmu di Lamakera. Jadilah orang Lamakera, sebagai orang tua yang sanggup menjamin terwujudnya kedamaian dan kesejahteraan setiap pelajar mengenyam ilmu di Lamakera.
Secara sosiologis orang Lamakera ingin menggeser Lamakera hari ini menuju Lamakera sebagai “Daru al Ulum“.
Fenomena HM Ali Taher dan Ahmad Yohan, generasi cemerlang, bagai bintang Lamakera di langit yang mencahayakan belahan bumi NTT. Terobosan yang dilakukan oleh kedua putra terbaik Lamakera ini, merupakan wujud dari impian dan kontiniutas cita-cita besar yang telah lama tertanam dan digoreskan oleh para tokoh penggagas pendahulu Lamakera. Dari Lamakera terpancar cahaya untuk semua.
Oleh karena itu, orang Lamakera tidak saja sibuk menyiapkan kemeriahan ritual sambutan. Tetapi lebih dari itu, mereka perlu meningkatkan kualitas syukur kepada Allah SWT atas kemurahan rahmat yang telah dianugerahkan kepada Lamakera, dengan meridhai dua putra terbaiknya menembus kesakralan Gedung Parlemen Indonesia. Syukur, dengan cara itulah akan memberi manfaat atas lahirnya nikmat baru yang lebih sempurna di masa depan.
Putra Lamakera
Dr HM Ali Taher Perasong meskipun putra asli Lamakera, daerah pemilihan politiknya bukan NTT 1 dan 2, melainkan daerah pemilihannya di Provinsi Banten. Tetapi dalam tugas sebagai anggota parlemen, penyelenggaraan negara di bidang legislatif, Ali Taher tetap peduli dengan memberikan kontribusi besar bagi kemajuan Lamakera, bumi Lamaholot dan NTT, pada umumnya adalah daerah tanah kelahirannya.
Kita semua mencatat, beberapa waktu lalu atas nama jabatan sebagai anggota parlemen, Ketua Komisi VIII DPR RI, ia telah bekerja sama dengan mitra kerjanya Kementrian Agama, menegerikan puluhan MI, MTs dan MA se-Propinsi NTT. Ini adalah kebijakan dan prestasi luar biasa. Langkah ini, besar manfaatnya bagi kemajuan peradaban Muslim dinNTT.
Jujur harus diakui kebijakan distributif seperti ini, belum pernah terjadi sebelumnya dilakukan oleh legislatif yang berasal dari daerah pemilihan NTT. Dan lebih mengagumkan lagi, pada saat itu bersama Mentri Agama Lukman Syaifuddin datang ke NTT, tepatnya di Kampung Lamakera. Kehadirannya secara simbolik untuk menyerahkan SK penegerian madrasah, sekaligus peletakan batu pertama pembangunan gedung MAN 2 Flores Timur di Lamakera.
Pada momentum yang penting itu, Kakanwil Kementrian Agama NTT, bersama perangkat Kandepag Se-NTT ikut hadir di Lamakera. Kehadiran pejabat kementrian Agama ini, sekaligus mengingatkan pada kita akan perjuangan tokoh Lamakera Abd Syukur ID yang pertama kali membuka Kantor Kementrian Agama Sunda kecil di Lamakera pada awal tahun 1950-an
Sesungguhnya, langkah mendirikan dan menegerikan Madrasah Aliyah, baik yang berada di Lamakera dan NTT pada umumnya, merupakan ikhtiar politik Dr HM Ali Taher Psrasong. Langkah ini dilakukan guna menggeser air mata dan derita kemiskinan, dengan senyum kebahagiaan. Inilah kebijakan yang mengagungkan sebagai upaya meningkatkan kesetaraan dan kesederajatan status sosial sebagai sesama anak bangsa.
Dalam agenda kunjungan Wakil Mentri Agama ketika itu, selain ke Lamakera, juga melakukan dialog kerukunan umat beragama di kota Larantuka yang merupakan basis umat Katolik. Juga Wamen, untuk meletakan batu pertama pembangunan masjid di desa Rianbawo Kabupaten Lembata. Sebelumnya, menteri agama juga berdialog dengan tokoh agama di Lewoleba Lembata. Desa Riangbao Lembata juga desa yang tergolong miskin, di tempat inilah, Ali Taher pernah mengenyam ilmu di SDK (Sekolah Dasar Katolik) El Tari Riangbao.
Kunjungan
Sebelum tiba, rombongan Ali Taher dan Wakil Mentri Agama, Ahmad Yohan sudah mendahului berada di Flores Timur melakukan kunjungan dan silaturahim di daerah basis konstituen. Ahmad Yohan, melakukan berbagai kegiatan bersilaturahim dan merawat relasi politik dengan masa pendukung di sejumlah kampung.
Rangkaian kegiatan itu antara lain dilakukan dengan mengunjungi kediaman Uskup, pimpinan spiritual umat katholik. Ini menjadi kunjungan pertama, Ahmad Yohan bersama kolega Pimpinan PAN di daerah pemilihan, konstituen Flores Tiimur. Kunjungan pada orang tua panutan umat katholik seraya menghadiahkan bantuan 1 unit mobil jenazah untuk kesusteran agar bisa digunakan untuk menjalani pelayanan umat Katholik.
Selain itu, Ahmad Yohan juga menghadiri acara peletakan batu pertama pembangunan salah satu gereja di Larantuka. Bersama mitra BI Corner, Ahmad Yohan juga menyumbang satu perangkat perpustakaan berbasis digital untuk Sekolah Tinggi Pastoral Lantuka. Di tempat lain, Ahmad Yohan mendukung dan memberikan perhatian proyek pengadaan air bersih di kecamatan Ile Boleng Pulau Adonara.
Dari sisi sosio-kultural tugas politik, apa yang dilintasi Ahmad Yohan ini sungguh mulia. Langkah itu, sangat membangkitkan dan mempertemukan akar kelamaholotan warga, yang sudah jauh tertimbun. Ini merupakan jalan penting yang sungguh indah untuk meretas berbagai kendala yang selama ini mengusik keharmonisan antar umat beragama, Islam dan Katolik di Flores Timur.
Hubungan antara agama
Meretaskan hubungan antar umat beragama, saya istilahkan dengan Proyek Passing Over, atau tembus batas. Proyek yang menjadi gagasan para ideolog dan pemikir agama, dimaksudkan untuk membangun atmosfir baru kemanusiaan anak-anak Lamaholot yang selama ini disergapi oleh relasi sosial yang tak harmonis berdampingan.
Perbedaan agama bagi warga Lamaholot adalah sesuatu yang nyata ada. Namun perbedaan atas dasar iman relegius itu tidak seharusnya dianggap sebagai kendala, melainkan bisa menjadi titik temu sebagai energi positif untuk membangun Flores Timur di masa depan. Perbedaan iman relegius sepatutnya dirawat dan dibangun agar kelak tumbuh otentitas iman relegius sebagai identitas keberagamaan kita masing-masing menjadi fondasi moralitas pembangunan.
Dengan begitu suatu saat nanti diharapkan terlahir formulasi baru yang meletakan kesetaraan sosial budaya, meski kita secara geniun berada dalam identitas agama yang berbeda. Namun sebagai warga Lamaholot kita memiliki tanggung jawab moral yang sama untuk memperindah atmosfir dan khazanah sosial budaya Lamaholot kita.
Warna baru itu dalam perspektif ke depan, bahwa perbedaan identitas agama yang selama ini membelah hubungan psikologi, tidak lagi menjadi hambatan dalam pembangunan di Flores Timur. Sebab diskriminasi kualitatif sumber daya manusia, akan berdampak pada menurunnya kualitas pembangunan.
Selain itu Ahmad Yohan dan rombongan juga bertandang ke Pondok Pesantren Madinatunnajah, Kesultanan Mananga. Mereka berdialog dengan keluarga besar Masyarakat Muslim Kesultanan Menanga. Dalam kesempatan itu Ahmad Yohan memberikan bantuan untuk 22 UKM dan Kelompok Masyarakat Nelayan. Seperti di tempat lain, di tengah suasana dialog dengan para warga masyarakat setempat, Ahmad Yohan memberi sumbangan pemugaran Masjid Kesultanan Mananga senilai Rp. 100 juta, –
Pembangunan adalah upaya yang terencana, sistemik dan bertanggung jawab untuk pembebasan masyarakat bangsa dari delima kemiskinan dan ketak-berdayaan. Sebab, kemiskinan dan ketakberdayaan merupakan hal yang serius menerpa kehidupan rakyat di negeri ini.
Dilema yang pelik ini, selain disebabkan oleh faktor mentalitas, juga disebabkan oleh struktur kekuasaan politik yang tidak adil. Kekuasaan negara yang tidak memihak pada kaum papa, membiarkan rakyat bergumul dengan kemiskinan adalah sebuah bentuk pembiaran, dan hal demikian itu, sama seperti penindasan yang dilegalkan. Atau masyarakat tanpa negara.
Untuk itulah perlu kerja strategis, politik yang konstitusional. Orang Lamaholot Flores Timur, Flores, Lembata dan Alor, perlu punya perwakilan sebagai anggota parlemen pusat atau DPR RI yang berkarakter dan berintegritas. Dengan posisi sebagai anggota DPR RI, adalah jabatan politik yang sangat strategis, bisa bekerja secara langsung merumuskan dan mengendalikan kebijakan pembangunan untuk kesejateraan rakyat NTT di basis Pemilihan.
Ahmad Yohan dan Ali Taher telah bekerja secara konstitusional, melakukan ikhtiar politik yang sangat strategis. Mereka berhasil “memindahkan uang” dari Jakarta ke NTT, khusus di daerah pemilihannya. Tugas konstitusional DPR RI, ialah mendistribusikan anggaran belanja pembangunan dari Pusat ke pelosok Daerah, termasuk di NTT. Hal itu, agar secara langsung bisa bersentuhan dengan kebutuhan dasar rakyat setempat, yang sebelumnya menjadi problem masyarakat.
Oleh: MHR Shikka Songge, Peneliti Sosial Keagamaan CIDES, dan Presiden Pergerakan Muballigh Indonesia (PMI), Ciputat, 24 Oktober 2020.