26.4 C
Jakarta

Sebelum Memulai Hafalan Al Qur’an, Wajib Hukumnya Menguasai Ilmu Tajwid

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Bekerja sama dengan Rumah Tahsin Baytut Tarbiyah, Adara Relief International mengadakan Kelas Motivasi Al-Qur’an dengan tema ”Mengapa Harus Belajar Al-Qur’an dengan Metode Bersanad”. Acara ini dihadiri oleh 330 orang peserta melalui di zoom dan 113 orang melalui kanal Youtube Adara.

Narasumber utama pada kajian ini adalah Syekh Muhammad Saleh Abu Tayoun, yang merupakan perwakilan resmi lembaga Asy Syatibi di Asia Tenggara, dengan penerjemah Ustadzah Hasanah Ubaidillah, Lc, M.Phil. yang merupakan pengurus Adara.

Syekh Muhammad bercerita tentang perjuangannya menyelesaikan hafalan Al-Qur’an hingga mendapat sanad di pengungsian Lebanon. Mulai belajar saat kelas akhir SMA dengan terlebih dahulu menghafal Juz Amma.

“Waktu itu, syekh yang membimbing hafalan Juz Amma saya bilang mengapa tidak lanjut hafalan Al Qur’an 30 juz saja?” katanya bercerita.

Ia kemudian merasa tertantang untuk menghafal Al Qur’an secara keseluruhan. Ini dimulai saat awal tahun kuliah.

Syekh Muhammad menyadari bahwa kemampuan menghafal Al-Qur’an adalah karena taufik dari Allah subhanahu wa ta’ala. Tanpa ridhoNya, tak mungkin orang bisa menghafalkan Al-Qur’an 30 juz. Untuk mencapai tingkatan derajat tinggi sebagai penghafal Al-Qur’an, dibutuhkan usaha dan kerja keras, terlebih harus membagi waktu dengan kuliah.

“Para penghafal Al-Qur’an harus terus melatih dan  meningkatkan kemampuan menghafalnya, dan terus belajar dengan musyrif (pembimbing)  yang bacaannya mutqin dan menguasai ilmu tajwid,” lanjutnya.

Mempelajari hukum tajwid menurutnya adalah wajib sebelum seseorang memulai hafalan Al Qur’an. Barangsiapa yang tidak membetulkan bacaannya (Al-Qur’an), maka ia berdosa. Sebagaimana turunnya Al-Qur’an kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka seharusnya sampai kepada kita seperti itu juga (dengan tajwid).

“Bila tidak mengucapkan sesuai haknya maka akan ada kesalahan makna,” tambah Syekh Muhammad.

ISaat ini, jarak kita dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah 30 generasi. Bila tiap generasi mengabaikan 1% saja hukum tajwid, maka sudah 30% berkurang akibat melalaikan hukum tajwid. “Jangan pernah menyepelekan hukum tajwid. Al-Qur’an harus diajarkan dengan detil dan teliti,” katanya.

Pemilik sanad hafalan ke-28 ini menyatakan bahwa tidak ada kemuliaan yang lebih besar daripada jika nama kita tersambung kepada nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika kita memiliki sanad, maka nama kita digandengkan dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan itu adalah suatu kemuliaan yang tidak terhingga. Selain itu, karena tidak hanya ingin belajar Al-Qur’an, tetapi juga mengajarkan Al-Qur’an, maka kebutuhan untuk mendapat sanad atau belajar dengan pemegang sanad menjadi sangat penting. Dengan sanad,kita bisa memastikan bahwa bacaan kita adalah benar, tidak ada kekurangannya.

Ada beberapa syarat mendapat sanad hafalan yang disampaikan Syekh Muhammad, yaitu orang yang mengambil sanad, harus sudah hafal mutqin dalam hukum tajwid, merupakan orang yang soleh dan bertaqwa, karena tidaklah  mungkin seorang penghafal Qur’an merupakan orang-orang yang bermaksiat, serta mengambil sanad dari Syekh yang juga telah mendapat ijazah sanad.

Sri Vira Candra, Ketua Adara Relief Internasional

Ia juga mengingatkan bahwa perjalanan membersamai Al-Qur’an tidak mungkin selamat dari godaan setan. Mereka berusaha memalingkan santri-santri Al-Qur’an, menebarkan berbagai godaan dan rintangan, membisiki kita dengan berbagai rayuan agar kita berhenrti belajar dan menghafal Al-Quran.

“Tanya pada diri sendiri, kenapa kita menghafal Al-Qur’an. Bila kita bisa menjawab dengan tegas, maka kemauan kita pasti besar. Bila tidak, maka kita perlu berjuang untuk mendapatkan alasan yang tepat,” katanya.

Syekh menutup motivasinya dengan mengajak peserta banyak memohon pertolongan Allah dengan berdoa, dan mengingatkan diri kita masing-masing tentang urgensi belajar Al-Qur’an, dan terus menjaga keikhlasan.

Sejak zaman dulu, wilayah Syam (Suriah, Lebanon, Yordania, dan Palestina) sangat terkenal dengan ulama Al-Qur’an. Kemudian datangnya Prancis dan Inggris dengan pengaruh Barat. Seiring dengan kebangkitan Islam, maka semakin banyak penghafal Al-Qur’an, baik dengan ijazah maupun tanpa ijazah. Begitu juga dengan di Libanon Selatan (pengungsian) yang serba kekurangan.

Syekh Muhammad juga berharap akan semakin banyak orang yang peduli kepada para penghafal Al-Quran khususnya di Palestina dan Lebanon.  Asy Syatibi memiliki program Tatsbit Al-Qur’an yang bertujuan memberi dukungan materi kepada anak-anak  para penghafal Al-Qur’an yang sedang memantapkan hafalannya untuk mendapatkan sanad hafalan Al-Qur’an.

Sementara itu Ketua Adara Relief Internasional Sri Vira Candra dalam sambutannya mengingatkan bahwa membaca Al Qur’an dengan benar sesuai tajwid adalah wajib. Karena dengan tajwid, Allah turunkan Al Qur’an.

“Membaca Al Qur’an sesuai tajwid berarti pula kita memberikan hak dari masing-masing huruf Al Qur’an, tidak mendzolimi Al Qur’an,” katanya.

Karena itu Sri Vira mengajak mereka yang hendak menghafal Al Qur’an untuk belajar tajwid dahulu. Seperti yang sudah diberlakukan di Rumah Tahsin Baytut Tarbiyah.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!