Oleh : Afita Nur Hayati *)
MENARA62.COM-Segan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti merasa malu (takut, hormat). Sedangkan segan yang ditambah awalan dan akhiran ke dan an menjadi keseganan memiliki sinonim dengan kerikuhan, ketakutan, atau keengganan. Merasa malu, merasa takut ataupun merasa hormat itu masuk ke dalam diri seseorang karena berinteraksi dengan orang lain.
Merasa yang berada di ranah afeksi berarti memiliki perasaan. Sebuah ranah yang hadir setelah kita paham dan tahu. Karena paham dan tahu tentang seseorang maka kemudian kita memutuskan untuk merasa malu, merasa takut, atau merasa hormat kepadanya atau malah berusaha menghindarinya. Segan disematkan oleh orang yang menyegani kepada siapa yang diseganinya.
Orang Jawa mengatakan rikuh atau pekewuh. Menurut persepsi penulis, segan kepada seseorang atau sesuatu lebih dalam maknanya dari hormat dan berusaha lepas dari rasa takut. Ketakutan berkurang dan keberlimpahan pada rasa hormat.
Merasa malu. Karena perasaan malu maka kita tidak akan berbuat sesuatu diluar nilai dan norma yang hidup di masyarakat dan disepakati bersama. Karena perasaan malu maka kita akan bersyukur akan segala kenikmatan yang diberikan Sang Pencipta.
Merasa takut. Karena perasaan takut akan dosa maka kita akan selalu berbuat baik dan menghindarkan diri dari berbuat jahat kepada orang lain sesuai tuntunan agama. Karena perasaan takut menyakiti hati orang lain maka kita bertutur dan bertindak sehingga orang lain akan tetap merasa nyaman dengan kita.
Merasa hormat. Siapa yang harus dihormati? Orang tua, guru, dan mereka yang mendarmabaktikan hidupnya bagi agama, nusa, dan bangsa, pada pekerjaannya, pada jabatan yang diembannya. Perasaan hormat mendalam kepada seseorang akan hadir dalam diri kita karena orang yang kita hormati menurut persepsi kita layak untuk dihormati. Pimpinan misalnya, yang terdiri dari beberapa pemimpin akan dihormati oleh yang dipimpin ketika menurut yang dipimpin antara kata dan laku sejalan. Tidak pilih kasih, mengerjakan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya, percaya kepada yang di pimpin akan menyelesaikan pekerjaan yang dilimpahkan kepada yang dipimpin. Arahan dan kontrol tetap dilakukan agar pekerjaan diselesaikan tepat sasaran dan tepat waktu. Pimpinan harus mampu menjadi penopang, peyangga, dan panutan bagi yang dipimpinnya.
Pimpinan sebagai penopang. Siapa yang ditopang? Sekumpulan orang yang dipimpinnya. Kenapa harus ditopang? Agar kumpulan itu tetap kokoh dan mampu bertahan. Kapan harus ditopang? Setiap saat terpaan bisa datang dan perlu ditahan agar semua tetap pada posisinya dan dipastikan tidak ada yang jatuh. Layaknya sekumpulan orang ini adalah buah pisang yang masih ada di pohon dan lebat maka pohon yang ada harus ditopang dengan semacam kayu agar pisang ini mampu tetap berada di pohon sampai masak dan layak untuk di panen.
Pimpinan sebagai penyangga. Orang-orang yang dipimpin dipastikan memiliki tempat untuk bersandar, artinya bisa berdiskusi tentang peningkatan mutu kerja dan capaiannya atau tentang kehidupan pribadi mereka. Pimpinan memang bukan recycle bin tetapi mampu menjadi penengah bagi perbedaan yang hidup dan berkembang di kelompok yang dipimpinnya, mengingat banyak karakter yang berkumpul didalamnya sehingga orang-orang yang dipimpinnya merasakan kehadiran pimpinannya. Pemimpin mampu mengayomi dan mengkolaborasikan ragam karakter yang ada yang bersifat melengkapi satu sama lain dengan output performa kinerja optimal.
Pimpinan sebagai panutan. Seseorang dikatakan pemimpin oleh orang yang dipimpinnya karena sempurna kehidupannya. Persepsi tersebut tidak salah karena hal itu hidup dari pengalaman sebelumnya yang pernah dimiliki. Pemimpin adalah teladan bagi yang dipimpin. Segan, rikuh atau pekewuh sebagai ajaran etika bagi orang Jawa akan terlihat. Sepanjang untuk tujuan pengendalian diri dari masing-masing pihak yang terlibat dalam pergaulan tidak masalah. Terkadang karena pemimpin dianggap sebagai teladan maka rasa takut jikalau menyinggung perasaan, rasa malu untuk mengingatkan akan muncul dari yang di pimpin.
Mekanisme kontrol dari orang-orang yang dipimpin harus terus terjaga agar pada waktunya pimpinan perlu diberikan masukan dan bahkan diingatkan tetap muncul secara maksimal. Ilmu yang paling berharga menurut arif bijak adalah kerendahan hati. Setinggi apapun disebut pemimpin tetap perlu mengikuti prinsip air mengalir ke tempat yang lebih rendah.
Pemimpin juga manusia yang ada kalanya juga berbuat salah dan khilaf. Ketika pemimpin bertindak kurang bisa di terima menurut kepatutan orang banyak maka tidak perlu segan untuk mengingatkan agar simbol pimpinan sebagai panutan tetap lestari. Proses tabayyun perlu dilakukan untuk memastikan agar sistem kembali pada keselarasan dan pemimpin kembali bisa dijadikan contoh. Pemimpin tidak perlu tabu untuk mengucapkan terima kasih dan meminta maaf agar orang-orang yang dipimpinnya tetap merasa berharga dan kehormatan pemimpin pun terjaga.
Dan akhirnya mari kita ingat kembali pesan Rasulullah bahwa setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Sebaik-baik para pemimpin kamu adalah orang-orang yang kamu mencintai mereka dan mereka mencintaimu, mereka mendoakanmu dan kamupun mendoakan mereka. Selamat menjadi pemimpin yang pertolongan-Nya selalu menyertai langkah kita.
*) Afita Nur Hayati bekerja di IAIN Samarinda, Kabid Kader PWNA Kaltim