JAKARTA, MENARA62.COM – Untuk lebih membuka wawasan mahasiswa, Institut STIAMI tradisikan seminar nasional yang wajib diikuti oleh mahasiswa minimal dua kali dalam setahun. Tradisi akademik tersebut menghadirkan narasumber yang berkompeten dibidangnya. Tujuannya agar mahasiswa dapat berpikir out of the box sehingga lebih fleksibel saat memasuki dunia kerja.
“Ini budaya akademik yang dibangun oleh Institut STIAMI bertahun-tahun dan wajib diikuti oleh mahasiswa menjelang sidang akhir,” kata Rektor Institut STIAMI Prof. Dr. Ir. Wahyudin
Latunreng, M.M saat membuka Seminar Nasional bertema Profetik dan Agile Leadership dalam Perspektif Good Governance di Era 4.0 yang digelar oleh Pascasarjana Institut STIAMI secara virtual, Sabtu (20/2/2021).
Mahasiswa tidak hanya sekedar mengikuti setiap materi yang dipaparkan oleh narasumber, tetapi juga wajib untuk menyusun laporan dari kegiatan tersebut. Tujuannya agar transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari narasumber dapat lebih optimal ditangkap oleh mahasiswa.
Dalam tradisi akademik tersebut, Rektor juga menyatakan kebanggaannya karena hampir setiap even seminar nasional, jumlah artikel yang dibahas terus bertambah. Artikel ilmiah tersebut datang dari berbagai perguruan tinggi di tanah air baik negeri maupun swasta. Ini artinya, keberadaan Institut STIAMI dalam kancah akademik tingkat nasional semakin diperhitungkan.
“Untuk kali ini saya mendapat laporan ada 58 artikel yang dikirim oleh perguruan tinggi lain dari seluruh Indonesia. Artikel ini nanti akan dibahas dalam 5 room,” tambah Rektor.
Ia berharap ke depan, seminar nasional bisa menghadirkan artikel dari perguruan tinggi asing. Pelibatan perguruan tinggi asing dalam kegiatan akademik akan dilakukan guna meningkatkan mutu dan kualitas Institut STIAMI.
Senada juga disampaikan Direktur Program Pascasarjana Institut STIAMI Dr. Taufan Maulamin, S.E. Ak. MM. Seminar nasional menjelang sidang tesis menjadi budaya akademik yang dibangun oleh Institut STIAMI untuk memberikan wawasan berbeda terhadap mahasiswa yang akan lulus dari Institut STIAMI.
“Kami sudah lakukan budaya akademik seperti ini cukup lama dan hasilnya sangat bagus,” tutur Taufan.
Seminar kali ini lanjutnya sengaja mengambil tema terkait Profetik dan Agile Leadership dalam Perspektif Good Governance di Era 4.0. Tema ini sangat tepat untuk memberikan pemahaman lebih baik lagi terhadap semua lulusan Institut STIAMI. Karena sesungguhnya era 4.0 akan segera dilindas oleh era industri 5.0.
“Jadi jangan lagi hanya terpacu pada era 4.0. Kita harus segera bersiap diri menjadi bagian integral dari era 5.0,” katanya.
Sementara itu, Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid dalam keynote speech-nya mengatakan Profetik dan Agile Leadership dalam perspektif good governance menjadi sesuatu yang menarik untuk dibahas. Melalui pembahasan ini nantinya kita bisa melihat bagaimana insiprasi dan gaya kepemimpinan kenabian (spiritual leadership) dan aqil leadership berdinamika dengan zamannya. Sehingga bisa diadopsi atau diadaptasi oleh organisasi pemerintah, bisnis dan civil society guna menghadapi era 4.0 yang sangat kompleks.
Menurutnya agar Indonesia sukses memasuki era industri 4.0, maka seluruh khazanah kearifan kepemimpinan yang dimiliki oleh bangsa ini baik bersumber dari kearifan lokal, agama- agama, kepemimpinan adat, kepemimpinan Pancasila harus digunakan secara bersama-sama. Namun disisi lain, para pemimpin juga harus open minded terhadap praktik baik dari teori dan praktik kepemimpinan bangsa lain yang terbukti baik seperti agil leadership, transformative leadership dan lainnya.
“Metode ini dalam khasanah NU disebut sebagai prinsip al muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah yakni memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik,” tegasnya.
Seminar nasional tersebut menghadirkan pembicara Dr. Dadang Solihin, Deputi Gubernur DKI yang juga dosen Institut STAMI membawakan tema Profetik dan Agile Leadership dalam Perspektif Good Governance, Rudy Afandi, Chief of Human Capital Offcer PT XL Axiata, Tbk membawakan materi Mengembangkan Karakter dan Kompetensi yang diperlukan Pemimpin di Korporasi era 4.0. Lalu Budi Djatmiko, Ketum APTISI sekaligus Ketua Pembina APERTI yang membawakan materi Sumbangsih Akademisi dalam Profetik dan Agil Leadership dalam Perspektif Good Governance, dan Arief Pramuhanto – Direktur Utama PT Indofarma dengan materi Leadership for Sustainable Growth.