Ibn ‘Abbas r.a., salah seorang sahabat terdekat Rasulullah SAW, yang juga sepupu beliau, karena ia adalah putra dari paman Rasulullah SAW, Abbas ibn Abdul Muthallib. Suatu ketika ditanya oleh seorang tabi’in tentang tanda kebahagiaan. Atas pertanyaan tersebut, beliau menyebut sejumlah tanda kebahagiaan. Dan yang paling utama menurut beliau adalah “Hati yang Selalu Bersyukur” (Qalbun Syakirun).
Apa yang disampaikan oleh sahabat terdekat yang juga kerabat Rasulullah SAW tersebut patut kita renungkan secara mendalam. Mengapa rasa syukur menjadi salah satu tanda kebahagiaan? Mari kita kaji.
Al-Raghib al-Ashfahani, seorang pakar bahasa Al-Qur’an, dalam karyanya “Mu’jam Mufradat Alfadz al-Qur’an” menjelaskan bahwa kata “syukur” mengandung arti “gambaran dalam benak tentang nikmat dan menampakkannya ke permukaan.”
Adapun mengenai macam-macam syukur, Al-Raghib menjelaskan bahwa syukur ada tiga macam: Pertama, syukurnya hati (syukr al-qalb) berupa penggambaran nikmat; kedua, syukurnya lisan (syukr al-lisan) berupa pujian kepada pemberi nikmat; dan ketiga, syukurnya anggota tubuh yang lain (syukr sa’ir al-jawarih) dengan mengimbangi nikmat itu menurut kadar kepantasannya.
Senada dengan Al-Raghib, Al-Ghazali dalam Mukasyafat al-Qulub menjelaskan bahwa syukur itu mencakup tiga hal: Pertama, syukur dengan hati, yaitu niat melakukan kebaikan untuk seluruh makhluk; kedua, syukur dengan lisan, yaitu menampakkan syukur kepada Allah dengan segala bentuk pujian kepada-Nya; dan ketiga, syukur dengan anggota badan, yaitu menggunakan nikmat Allah itu di jalan yang diridlai-Nya dengan ketaatan kepada-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.
Sikap syukur
Dari penjelasan ulama tentang pengertian serta macam-macam bentuk syukur tersebut, dapat disimpulkan bahwa rasa syukur adalah sebuah bentuk pengakuan atas nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita. Pengakuan itu dengan mengakui dalam hati, menyatakan dengan lisan melalui kalimat tahmid, dan membuktikan dengan perbuatan melalui aktivitas positf (amal saleh).
Sikap syukur adalah salah satu sikap orang-orang bertakwa (muttaqin). Dalam sejumlah ayat al-Qur’an disebutkan bahwa cara untuk menggapai kebahagiaan (al-falah) adalah dengan menjadi orang-orang yang bertakwa.
Dari keterangan ini dapat dipahami ungkapan Ibn ‘Abbas r.a. yang menyatakan bahwa salah satu tanda kebahagiaan adalah hati yang selalu bersyukur. Artinya, bahwa ketika hati bersyukur, lisan bersyukur, serta seluruh anggota badan pun bersyukur, maka kebahagiaan akan hadir dalam kehidupan seseorang.
Mensyukuri nikmat sehat, nikmat sempat, nikmat hidup, dan seluruh nikmat yang kita alami dan rasakan akan menjadikan hidup kita berlimpah berkah.
Ya, syukur tak terukur, tanpa batas adalah salah satu cara untuk menggapai bahagia tanpa jeda, bahagia sepanjang masa.
Ruang Inspirasi, Selasa, 2 Maret 2021