SERANG, MENARA62.COM – Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah (NA) yang berlangsung di Banten menghadirkan suasana penuh semangat kebangsaan. Pada hari kedua pelaksanaan, Jumat malam (5/9/2025), Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Republik Indonesia (Mendikdasmen RI), Abdul Mu’ti, menyampaikan pidato kebangsaan yang menyoroti pentingnya sinergi semua pihak dalam membangun pendidikan bermutu untuk masa depan bangsa.
Di hadapan para kader perempuan muda Muhammadiyah itu, Abdul Mu’ti menggarisbawahi bahwa pendidikan bermutu menjadi kunci utama melahirkan generasi unggul yang mampu menjawab tantangan zaman. Menurutnya, generasi berkualitas tidak cukup hanya menguasai keterampilan teknis (hard skill), tetapi juga harus memiliki keterampilan nonteknis (soft skill) yang bersifat transformatif.
“Soft skill itu yang memang harus mendapatkan porsi lebih dalam pendidikan karena sifatnya transformatif dan dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda,” ujarnya.
Kebijakan Deep Learning untuk Pendidikan Relevan
Lebih jauh, Mu’ti menjelaskan bahwa Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah tengah menyiapkan kebijakan deep learning. Konsep ini, kata dia, menekankan kajian yang mendalam, terintegrasi lintas disiplin ilmu, serta relevan dengan persoalan nyata yang dihadapi masyarakat.
Menurutnya, pendekatan ini menjadi jalan untuk melahirkan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis, tetapi juga kritis, adaptif, serta memiliki kesadaran sosial tinggi.
Pendidikan Usia Dini sebagai Fondasi
Dalam pidatonya, Abdul Mu’ti juga menekankan pentingnya pendidikan usia dini. Ia menyebut fase prasekolah bahkan sejak dalam kandungan sebagai fondasi pembentukan mutu pendidikan nasional.
“Fondasi pendidikan itu ada pada pendidikan pra sekolah. Bahkan sebelum lahir, itu bisa diberi pendidikan. Pendidikan dimulai sejak ditiupnya ruh, sampai dengan dicabutnya ruh,” jelasnya.
Pernyataan ini menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses panjang yang tidak berhenti di ruang kelas, tetapi berlangsung sepanjang hayat.
Peran Strategis Perempuan
Abdul Mu’ti juga menyoroti peran penting perempuan dalam pendidikan. Ia mengkritik pandangan sebagian masyarakat yang masih menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua (second class gender). Menurutnya, persepsi ini harus diubah karena kenyataannya perempuan justru menjadi pilar utama dalam pendidikan anak, terutama pada fase usia dini.
“Sebenarnya perempuan telah menjadi bagian penting dalam pendidikan usia dini dan membangun pendidikan bermutu bagi semua,” tegasnya.
Sinergi dengan Nasyiatul Aisyiyah
Menutup pidatonya, Abdul Mu’ti menyatakan optimisme bahwa Nasyiatul Aisyiyah mampu menjadi mitra strategis pemerintah dalam mewujudkan pendidikan bermutu. Sebagai organisasi perempuan muda Muhammadiyah yang memiliki jaringan luas hingga akar rumput, NA diyakini dapat memainkan peran signifikan dalam mendidik generasi bangsa sejak usia dini.
“Bagaimana kita mendidik generasi yang mempunyai kesadaran sosial itu harus dimulai dari tingkat dasar, dan inilah peran dari NA untuk bersinergi menyukseskan pendidikan bermutu untuk semua dan untuk masa depan bangsa,” tandasnya.
Momentum Tanwir II
Tanwir II Nasyiatul Aisyiyah di Banten tidak hanya menjadi forum konsolidasi organisasi, tetapi juga ruang strategis untuk memperkuat gagasan dan aksi nyata di bidang pendidikan, sosial, serta pemberdayaan umat. Kehadiran Abdul Mu’ti dalam forum ini kian menegaskan posisi NA sebagai bagian penting dari gerakan perempuan muda yang berkomitmen bagi kemajuan bangsa.
Dengan ajakan sinergi yang disampaikan Mendikdasmen, NA diharapkan terus memperluas kontribusi, melahirkan kader-kader unggul, sekaligus menjadi garda depan dalam membangun pendidikan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan berakhlak mulia. (*)
