JAKARTA, MENARA62.COM – Pameran Adiwastra Nusantara kembali hadir untuk memperkenalkan dan memasarkan aneka kreasi wastra Indonesia baik tenun, batik, sulam, jumputan, dan produk fesyen terkait lainnya. Adiwastra Nusantara ke-14 kalinya yang berlangsung 15-19 Mei 2024 di Jakarta Convention Center (JCC) tersebut diikuti lebih dari 200 produk UMKM wastra adati dari berbagai wilayah Indonesia.
Mengambil tema “Ragam Wastra Indonesia, Pesona Budaya Nusantara”, pameran Adiwastra Nusantara ke-14 dibuka resmi oleh Wakil Ketua DPR RI Rachmat Gobel pada Rabu (15/5/2024). Hadir pemrakarsa pameran Adiwastra Nusantara, Edith Ratna Soerjosoejarso dan ketua pelaksana Adiwastra Nusantara Helga Kumontoy.
Dalam sambutannya, Rachmat Gobel mengemukakan bahwa wastra menjadi salah satu produk industry berbasis budaya yang harus terus diperkuat. Karena basis dari produk wastra adalah UMKM yang diharapkan bisa menopang ekonomi nasional.
“Ada tiga alasa mengapa industry berbasis budaya harus kita perkuat, yakni karena pelakunya adalah UMKM, berada di desa-desa dan bahan bakunya ada di Indonesia,” ujar Rachmat Gobel.
Diakui, ditengah era globalisasi, industry berbasis budaya menghadapi tantangan yang tidak ringan, terutama terkait masuknya produk budaya asing ke pasar domestic. Misalnya saja makanan tradisional dan produk fesyen negara Korea, Jepang dan lainnya yang kini banyak digandrungi generasi muda. “Tidak sedikit generasi muda kita yang lebih bangga dan menyukai produk budaya negara lain,” tegasnya.
Ia mencontohkan ketika berkunjung ke pengrajin batik di Cirebon, banyak pelaku UMKM batik di daerah tersebut yang mengeluhkan membanjirnya produk tekstil impor. Jika ini dibiarkan terus tidak menutup kemungkinan akan menggeser produk tekstil dalam negeri.
Karena itu Rachmat Gobel mengajak semua pihak, baik kementerian/Lembaga, maupun swasta untuk bersama-sama menyelamatkan dan mendukung pertumbuhan produk industry berbasis budaya. Mulai dari produk makanan tradisional, aksesoris hingga produk fesyen Indonesia. “Saya mengimbau instansi terkait seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dan Kementerian Koperasi dan UMKM untuk bersama-sama membuat kebijakan untuk melindungi industry berbasis budaya,” ujar Rachmat Gobel.
Sebab jika tidak segera dilakukan, Rachmat Gobel khawatir ke depan, generasi muda Indonesia tidak lagi mengenal batik asli Indonesia, batik tulis dan produk budaya adati asli Nusantara. “Jadi mendukung produk berbasis budaya bukan hanya fokus pada bisnis, tetapi adalah upaya melestarikan produk asli Indonesia. Jangan sampai ada produk budaya Indonesia yang kemudian diklaim milik negara lain,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Pelaksana Adiwastra Nusantara 2024 Helga Kumontoy dalam sambutannya mengatakan bahwa pameran Adiwastra Nusantara telah digelar sejak tahun 2008 dan kali ini merupakan pameran Adiwastra Nusantara ke-14 setelah sempat vakum dua tahun akibat pandemic Covid-19.
“Pameran Adiwastra Nusantara sejak pertama kali digelar telah mendapatkan sambutan positif dari para perajin, perancang wastra dan juga UMKM yang bergerak di bidang wastra adati. Terbukti dari tahun ke tahun, peserta Adiwastra Nusantara terus meningkat dengan ragam jenis produk wastra yang semakin banyak. Tahun ini ada 200 produk UMKM yang ambil bagian,” ujarnya.
Berbagai jenis wastra dipamerkan mulai dari batik, tenun, jumputan dan sulam dari berbagai daerah di Indonesia serta produk fesyen berbasis wastra dan produk pendukung seperti aksesoris dan perhiasan.
Adiwastra Nusantara 2024 juga menggelar 2 stand display yang ikonik yaitu kain tenun Uis Karo koleksi desainer dan perancang wastra dari Sumatera Utara, Torang Sitorus. Dan batik peranakan koleksi Hartono Sumartono, seorang kolektor batik dan penulis berbagai buku tentang batik Indonesia.
Selain itu digelar pula Lomba Rancang Wastra bertajuk Adikarya Wastra Nusantara. Lomb aini bertujuan menggugah serta merangsang para perancang wastra untuk terus berkreasi dalam melestraikan dan mengembangkan wastra adati Indonesia agar semakin dicintai dan digemarioleh berbagai kalangan masyarakat termasuk generasi Z, bahkan diharapkan dapat menembus pasar internasional. Lomb aini diikuti hampir 100 perancang wastra dari seluruh wilayah Indonesia terdiri dari wastra dengan teknik batik, wastra dengan teknik tenun dan wastra dengan teknik jumputan dan kombinasi.
Pagelaran pameran yang digelar selama 5 hari tersebut juga dimeriahkan oleh berbagai kegiatan seperti peragaan busana berbasis wastra dari para desainer nasional, talkshow, pelatihan dan workshop tentang wastra, pagelaran seni tradisional dan lainnya.