SUKOHARJO, MENARA62.COM – Majelis Dikdasmen dan Pendidikan Nonformal (PNF) Pimpinan Pusat Muhammadiyah bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) menggelar Bimbingan Teknis (Bimtek) Pembelajaran Mendalam, Koding AI, dan Penguatan Pendidikan Karakter Region Jawa Tengah 3.
Kegiatan ini diselenggarakan di Sukoharjo, 12–16 November 2025, dan diikuti oleh ratusan guru serta kepala sekolah Muhammadiyah dari berbagai daerah di Jawa Tengah.
Acara pembukaan berlangsung meriah dan khidmat dengan kehadiran serta sambutan langsung dari dr. Agus Taufiqurrahman, M.Kes., Sp.S., Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah, yang secara resmi membuka kegiatan tersebut.
Dalam pidatonya yang penuh makna dan inspirasi, dr. Agus menegaskan bahwa ilmu adalah jalan utama untuk memajukan umat dan membangun peradaban.
“Maka Muhammadiyah salah satunya memilih jalur ilmu. Barang siapa yang ingin sukses di dunia, fa’alaihi bil ‘ilmi — dia harus tahu ilmunya. Semua dengan ilmunya,” ujarnya.
Guru, Profesi Mulia Penuntun Generasi
Dalam suasana penuh semangat, dr. Agus mengajak para guru untuk bersyukur dan berbangga dengan profesinya. Ia menekankan, guru menempati posisi mulia sebagai pewaris ilmu dan pembentuk karakter bangsa.
“Ada yang menyesal jadi guru? Monggo tunjuk tangan,” ujarnya disambut tawa peserta. “Kalau Imam Syafi’i, dua profesi yang sangat mulia itu adalah guru dan tabib. Keduanya menolong manusia — satu dengan ilmu, satu dengan pengobatan.”
Ia juga menyoroti pentingnya keikhlasan dan integritas guru dalam mendidik. “Kalau jadi guru hanya untuk mencari uang, sampai pensiun pun tidak akan menyaingi para pengusaha. Tapi kalau diniati ibadah, insyaallah rezeki datang dari jalan yang tak disangka-sangka,” pesan dr. Agus.
Belajar Sebagai Ibadah dan Sumber Kebahagiaan
Dalam bagian lain sambutannya, Ketua PP Muhammadiyah ini menekankan bahwa pembelajaran yang menggembirakan harus menjadi ruh di sekolah Muhammadiyah.
“Ketika guru dan murid ke sekolah dengan niat ibadah, maka langkahnya menuju surga. Rasulullah bersabda, man salaka thariqan yaltamisu fiihi ‘ilman, sahhalallahu lahu thariqan ilal jannah,” tutur dr. Agus.
“Belajar dan mengajar dengan hati yang gembira akan membuka jalan keberkahan.”
Ia juga menegaskan bahwa pendidikan yang baik harus menggembirakan, memudahkan, dan mencerahkan, sebagaimana pesan Nabi: “Basyiru wala tunaffiru, yassiru wala tu’assiru” — Gembirakan, jangan bikin lari; mudahkan, jangan persulit.
Tiga Pilar Lulusan Muhammadiyah: Moral, Intelektual, dan Sosial
Menutup sambutannya, dr. Agus mengutip pesan almarhum KH. AR Fahrudin, tokoh Muhammadiyah yang sederhana namun visioner, tentang tiga keunggulan lulusan Muhammadiyah:
- Unggul moral-spiritual,
- Unggul intelektual, dan
- Unggul dalam peran sosial.
“Pak AR Fahrudin meletakkan moral spiritual di posisi pertama. Karena sehebat apa pun IP tinggi, kalau karakternya lemah, itu bukan kesuksesan sejati. Maka pendidikan Muhammadiyah harus melahirkan insan berkarakter dan berperan sosial,” tegasnya.
Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah dan Transformasi Digital Pendidikan
Bimtek yang berlangsung selama lima hari ini menjadi bagian dari program nasional Muhammadiyah dalam menyiapkan transformasi pendidikan berbasis teknologi dan karakter.
Selain penguatan pembelajaran mendalam, peserta juga mendapatkan pelatihan Koding AI (Artificial Intelligence) untuk mendukung literasi digital di sekolah-sekolah Muhammadiyah.
Program ini merupakan tindak lanjut kerja sama strategis antara Majelis Dikdasmen dan PNF PP Muhammadiyah dengan Kemendikdasmen dalam rangka menghadirkan guru yang adaptif terhadap teknologi, inovatif dalam pembelajaran, serta kokoh dalam nilai-nilai Islam berkemajuan.
Menutup dengan Semangat “Islam Mencerahkan, Muhammadiyah Memajukan”
Acara pembukaan ditutup dengan seruan penuh semangat dari dr. Agus:
“Tolong digas ya, Bapak Ibu — Islam mencerahkan, Muhammadiyah memajukan, Indonesia jaya-jaya-jaya!”
Dengan dibukanya kegiatan ini secara resmi, diharapkan para peserta dapat menjadi agen perubahan pendidikan Muhammadiyah yang unggul, kreatif, dan berkarakter, sebagaimana cita-cita Persyarikatan sejak didirikan KH. Ahmad Dahlan lebih dari satu abad silam. (*)
