JAKARTA, MENARA62.COM — Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho menyebutkan telah terjadi banjir bandang yang menerjang sembilan kelurahan di Kecamatan Sentani, Kabupaten Jayapura, Sabtu (16/3/2019) pukul 21.30 WIT. Kondisi ini menyebabkan sembilan unit rumah hanyut dan tiga jembatan mengalami kerusakan, 1 pesawat jenis Twin Otter di Lapangan Terbang Adventis Doyo Sentani mengalami kerusakan, 42 orang dinyatakan meninggal dunia, dan 21 orang luka-luka. Sementara di wilayah BTN Bintang Timur Sentani dikabarkan sekiranya 150 rumah terendam banjir.
Merespons bencana banjir bandang yang terjadi di Kecamatan Sentani, Aksi Cepat Tanggap (ACT) bersama Masyarakat Relawan Indonesia (MRI) bergerak melakukan evakuasi. Evakuasi ini menjadi bukti siaga para tim ACT di manapun berada, termasuk di daerah. Berdasarkan laporan terakhir, tim ACT dan MRI telah menyelamatkan enam warga dan membawa ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan penanganan.
“Kondisi saat ini air masih menggenang, sebagian ada yang hanya becek, namun kami terus melakukan penyisiran untuk mengevakuasi para korban,” jelas Haryono, anggota MRI dalam rilisnya yang diterima Menara62 hari ini, Senin (18/3/2019).
Hingga saat ini jumlah korban diperkirakan akan terus bertambah, ACT sebagai lembaga kemanusiaan terdepan masih terus melakukan proses pendataan dan evakuasi. Tidak hanya siaga dalam melakukan proses evakuasi, ACT pun terus menggalang bantuan dari para donator dan telah mendistribusikannya agar kebutuhan primer para korban selamat dapat segera terpenuhi.
“Sudah sejak semalam, relawan kami yang kebetulan tinggal di daerah Sentani melakukan aksi bantuan. Selain evakuasi, mereka juga melakukan pendataan dan pembersihan material banjir. Alhamdulillah, mereka juga sudah membagikan 1.000 makanan siap santap untuk para korban terdampak yang selamat. Insya Allah, kami juga akan mendirikan Posko Kemanusiaan ACT sekaligus dengan Dapur Umum. Sehingga, kami pun bisa bantu meringankan beban mereka, baik yang sudah mengungsi maupun yang masih bertahan di rumah walau air atau lumpur masih menggenang,” pungkas Kusmayadi, koordinator Tim Disaster Emergency Response Aksi Cepat Tanggap. (lak)