Oleh Ashari, SIP*
Al-Quran diturunkan oleh Allah melalui malaikat Jibril yang suci kepada Nabi Muhammad Saw, selama 23 tahun berangsur-angsur, bukan tanpa sebab dan alasan. Salah satunya misalnya bisa kita baca dalam QS.Al-Baqarah, ayat 185 – Bahwa Al-quran diturunkan kepada manusia sebagai petunjuk dan pembeda mana yang baik dan mana yang batil. Dari sini jelas bahwa Al-Quran memberikan tool-pedoman, bagaimana tahapan-tahapan menuju kehidupan yang di ridhai Allah.
Lebih jelasnya firman Allah dalam QS.Al-Baqarah-185, ayat awal : Bulan Ramadhan adalah bulan yang didalamny -diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang benar dan yang batil.
Sebagai analogi sederhana: Jika kita mempunyai sepeda motor/mobil merk tertentu, ketika motor/mobil itu kita beli, pihak dealer akan memberikan buku petunjuk agar motor/mobil “awet muda” atau tidak mudah rusak. Itu yang di dunia, perjalanan pendek, terbatas saja ada petunjuknya. Apalagi kita akan menjalani kehidupan yang kekal abadi selama-selamanya. Akherat. Alamatnya jelas: Surga atau Neraka. Maka sudah seharusnya kita persiapan yang matang dan banyak. Agar di kemudian hari tidak ada lagi penyesalan yang dalam. Maka sudah seharusnya kita siapkan bekal itu dari sekarang.
Bekal apa saja yang musti kita siapkan? Konon Al-quran adalah sebaik-baik bekal. Maka sudah selayaknya kalau kita mencintai kita suci ini untuk kita pelajari. Agar kita tidak tersesat. 4 M : Memiliki, Membaca, Mempelajari, Mengamalkan dan Mengajarkan kepada orang lain.
Apa yang kita lakukan antara maghrib hingga isya? Nonton teve, baca koran, dengarkan radio, begadang di pinggir jalan? SMS-an, WA-an ? Atau malah kita belum pulang kerja? Terjebak rutinitas dan kemacetan? Atau kita sudah terbiasa mengaji, di rumah atau di masjid? Pertanyaan-pertanyaan tersebut jawabnya bebas. Tergantung kita sendiri-sendiri. Tidak ada sanksi sosial yang berlebihan. Yang ada adalah catatan amal yang sifatnya nafsi-nafsi. Hasil dari catatan itu dapat kita lihat kelak, ketika kita sudah dipanggil oleh-Nya. Mau menerima catatan dengan tangan kanan atau tangan kiri, tergantung dari amal yang kita lakukan di dunia ini. Hakim di akhirat tidak bisa disuap, disogok dengan segepok dolar. Dia adalah hakim yang seadil-adilnya. (QS. At-Tiin, 8 ). Artinya : Bukankah Allah, hakim yang seadil-adilnya? Tidak ada yang tercecer dari amatan-Nya. Di ayat lain disebutkan Allah Maha Teliti.
Sesungguhnya upaya meningkatkan dan membangkitkan kembali semangat mempelajari Al-Quran, di samping untuk memakmurkan masjid melalui gerakan sholat berjamaah, adalah untuk diri kita sendiri. Bukan untuk orang lain. Maka tidak ada ruginya. Dengan mempelajari Al-Quran maka kita menjadi mengerti dan paham, mana yang boleh dilakukan dan mana yang harus kita tinggalkan. Memang melihat kontent acara rentang maghrib-isya bagus-bagus. Namun semua tergantung kita. Toh TV, HP, Radio adalah benda mati, tergantung pemiliknya mau diapakan. Keputusan untuk matikan HP, TV, Radio untuk diisi dengan sholat berjamaah dan mengaji – ada di tangan kita.
Konon sholat berjamaah dilanjutkan dengan mengaji dan mengkaji adalah terapi mujarab untuk beberapa penyakit. Terlebih di era pandemi covid-19 ini dan penerapan PPKM Darurat yang terus diundur.
Pertama – Keutuhan rumah tangga, yang tadinya renggang, dengan manajemen ini, akan kembali nyaman. Karena masing-masing merasa mendapatkan hak-nya. Suami atau istri juga anak-anak bisa saling ketemu dan membangun komunikasi yang intensif. Kenakalan remaja/pelajar yang sampai pada batas meresahkan masyarakat, disinyalir bermuara pada runtuhnya bangunan komunikasi antar anggota keluarga. Masing-masing merasa sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri. Akibatnya tidak ada waktu untuk bertemu. Bahkan untuk sekedar sholat bersama dan makan bersama. Jadwal untuk pergi keluar selalu ada. Rumah/masjid tidak lagi menjadi tempat untuk saling bertemu.
Kedua, Sekaligus upaya pemberantasan baca tulis Al-Quran (BTAQ). “Hari gini” ternyata masih banyak teman-teman kita yang belum bisa membaca kitab sucinya sendiri. Angkanya besar. Justru dari kalangan anak muda, remaja. Alasannya malu kalau harus belajar dengan adik-adiknya yang di bangku TPA. Maka biar tidak malu, belajar BTAQ dengan keluarganya sendiri. Insya Allah kalau serius, belajar BTAQ tidak lama, bisa. Bahkan lo sekarang ini ada Methode Iqra dan sebagainya yang sangat membantu.
Ketiga, Latih juga diri kita untuk tidak melakukan komunikasi yang sifatnya duniawi. SMS, Twitter, BB apalagi FB. Hentikan. Jika ada teman atau saudara yang sekadar bertanya kabar atau semacamnya di jam tersebut, maka tunda untuk menjawabnya. Setelah ba’da Isya. Sediakan waktu khusus, Maghrib Isya untuk berkomunikasi dengan Allah Swt. Mereka lama-lama akan tahu kebiasaan kita. Sehingga mereka tidak akan WA di jam tersebut.
Epilog :
Ada seseorang yang bertanya kepada Rasulullah SAW, ”Wahai Rasul, amalan apakah yang dicintai Allah swt? Rasul menjawab: Al-hal, wal murtahal. Orang itu bertanya lagi: Apa itu al hal wal murtahal ? Rasul menjawab : yaitu yang membaca Al-Quran dari awal hingga akhir. Setiap selesai ia mengulangi lagi dari awal – HR. Tirmidzi.
Semoga kita dimasukkan oleh Allah kedalam golongan orang-orang yang gemar membaca Al-quran, mempelajarinya, mengamalkan dan akhirnya mengajarkan kepada orang lain. Mari kita tundukkan kepala dan hati kita. Untuk memohon ridha-Nya, semoga kita senantiasa berada di jalan yang lurus. (Sekian)
Penulis: Mengajar di SMP Muh Turi dan Muh 1 Sleman DIY