JAKARTA, MENARA62.COM – Dewan Kota Jakarta Timur menyelenggarakan rapat kerja dan seminar yang diikuti oleh masyarakat se-Jakarta Timur diantaranya Camat, Lurah, RT, RW, LMK, FKDM, Dasa Wisma, Karang Taruna, PKK, Jumantik yang berjumlah 1000 orang, Sabtu (29/01/2022). Acara yang dilakukan secara hybrid ini dibuka oleh Walikota Jakarta Timur, M. Anwar, S.Si, M.AP, yang sekaligus memberikan arahannya.
Seminar ini bertajuk Optimalisasi Peran Serta Masyarakat Dalam Membangun Jakarta Timur Yang Mandiri dan Sejahtera. Menjadi narasumber dalam acara ini adalah Anis Byarwati- anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Eko Hendro Purnomo- anggota DPR RI dari Fraksi PAN, Sylviana Murni- anggota DPD RI, Andi Anzhar-Ketua penasehat dewan kota DKI Jakarta, M. Taufik-wakil ketua DPRD DKI Jakarta, H. Muhayar dan Karyatin Subiantoro-anggota DPRD DKI Jakarta.
Menyampaikan paparannya, Anis mengatakan bahwa dari judul yang diberikan, ia memberikan perhatian pada kata mandiri dan sejahtera. Dalam konstitusi Indonesia, kemandirian sebuah daerah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa. Walaupun DKI bukan desa, namun indicator kemandirian desa dapat dipakai sebagai ukuran.
Ia menjelaskan bahwa terdapat 4 aspek yang harus terpenuhi dalam pembangunan untuk menjadi Jakarta Timur yang mandiri. Keempat aspek tersebut adalah kebutuhan dasar, pelayanan dasar, lingkungan, dan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
“Dalam konteks desa, ketika ingin mandiri maka desa mandiri adalah desa yang mempunyai ketersediaan dan akses terhadap pelayanan dasar yang mencukupi, infrastruktur yang memadai, aksesibilitas/transportasi yang tidak sulit, pelayanan umum yang bagus, serta penyelenggaraan pemerintahan yang sudah sangat baik. Jadi desa mandiri itu punya beberapa indicator tersebut,” ulas Anis.
“Desa mandiri juga adalah desa yang memiliki Indeks Pembangunan Desa (IPD) lebih dari 75. Kalau Jakarta Timur ingin mandiri dan sejahtera, maka mandirinya dahulu dipenuhi. Indikator-indikator ini perlu kita penuhi,” tambah Anis.
Kemudian tentang sejahtera, Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi dan Keuangan ini juga menjelaskan bahwa sejahtera memilki indicator sendiri. Indicator kesejahteraan menurut Sunarti (2012) adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan social, material, maupun spiritual yang diliputi rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir batin yang memungkinkan setiap warga negara untuk mengadakan usaha-usaha pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan social yang sebaik-baiknya bagi diri, rumah tangga serta masyarakat.
“Jadi kesejahteraan ukurannya tidak hanya pada pencapaian ekonomi, tetapi lebih utuh dilihat lahir dan batin, jasmani dan rohani, diri, rumah tangga serta masyarakat. Kita melihat indicator ini harus terus diupayakan untuk Jakarta Timur,” kata Anis.
Lebih lanjut, wakil ketua Badan Akuntabilitas Keuangan Negara (BAKN) DPR RI ini memaparkan data-data terkait dengan Jakarta Timur. Pada tahun 2020, data menunjukkan populasi penduduk Jakarta Timur berjumlah 3 juta orang. Sebanyak 70,01% dari jumlah penduduk merupakan penduduk dengan usia produktif yaitu usia 15-54 tahun. Penduduk tidak produktif yaitu dibawah 15 tahun dan diatas 54 tahun berjumlah 29,99%.
“Angka ini menunjukkan bahwa Jakarta Timur memiliki asset sumber daya manusia yang muda, produktif dan harusnya bisa membuat pembangunan berjalan lebih cepat. Di negara-negara lain, hal seperti ini disebut bonus demografi yaitu ketika satu daerah memiliki penduduk usia produktif jauh lebih banyak dibanding usia non produktif,” jelas Anis.
Kemudian, politisi senior PKS ini melanjutkan penduduk Jakarta Timur yang berusia 10 tahun keatas dengan status kawin sebanyak 59,51%. Dengan kata lain, separuh lebih penduduk di Jakarta Timur sudah menikah. Dari sisi status Pendidikan yang meliputi kemampuan membaca menulis dan keikutsertaan di sekolah/literasi, sebanyak 99,69% penduduk usia 15 tahun keatas sudah mampu membaca dan menulis huruf latin.
Adapun terkait angka partisipasi sekolah, 99,74% untuk usia 7-12 tahun, 99,43% untuk usia 13-15 tahun, 77,04% untuk usia 16-18 tahun. Dan yang masih menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah Jakarta Timur, sebanyak 22,83% usia 7-24 tahun belum pernah mengenyam bangku sekolah. “Ternyata di Jakarta Timur masih ada kurang dari ¼ penduduknya yang belum pernah sekolah,” kata Anis.
Demikian juga dengan kepemilikan rumah dan fasilitasnya, kondisi ekonomi dan dan yang lainnya, masih membutuhkan banyak peningkatan.
Dalam paparan penutupnya, Anis menekankan pada empat basis yang harus diupayakan oleh Jakarta Timur untuk menjadi mandiri dan sejahtera. Keempat basis itu adalah basis social yaitu masyarakat dengan berbagai lapisan dan segmentasinya. Lapisan grassroot, lapisan menengah maupun lapisan atas. Kedua, Basis operasional yaitu tokoh masyarakat, aktivis masyarakat, tokoh agama, karang taruna, PKK, Dasawisma dan lain-lain. Ketiga, Basis Konsepsi yaitu kademisi, ilmuwan, cendikiawan dan ulama dan keempat, Basis kebijakan dan keputusan yaitu legislative dan eksekutif.
“Semua elemen yang ada di Jakarta Timur harus bersatu padu. Harus bekerja sama untuk bisa memperbaiki yang belum baik dan mempertahankan serta meningkatkan untuk menjadi lebih baik,” tegas Anis.
“Keempat basis ini harus berkolaborasi. Jika Jakarta Kota Kolaborasi maka Jakarta Timur juga bisa menjadi kota kolaborasi. Dimana basis sosialnya, basis operasionalnya, basis konsepsinya dan basis kebijakan dan keputusannya dilakukan dengan kolaborasi untuk mewujudkan Jakarta Timur yang mandiri dan sejahtera,” tutupnya