28.2 C
Jakarta

Allah Melihat Usahamu, Bukan Hasilnya!

Baca Juga:

Shamsi Ali
Imam Shamsi Ali

Sesungguhnya Allah tidak peduli dengan kesuksesan yang engkau telah hasilkan. Toh itu bukan milikmu. Itu adalah amanah sementara yang dititipkan kepadamu. Juga itu semua memungkinkan karena Dia yang di atas sana berkehendak.

Dalam hidup seringkali manusia bersikap ibarat superman atau superwoman. Merasa hebat dan mampu melakukan, bahkan merasa menentukan hasil akhir dari perjalanan usahanya.

Sekali-kali tidak!
Mungkin itu ungkapan sederhana untuk merespon perilaku seperti itu. Bahwa hidup ini ada pemiliknya. Hidup ini dicipta, dikelola, diarahkan dan ditentukan oleh Yang Maha Berkuasa.

“Inna lillahi wa inna ilaihi rajiuun” bukanlah slogan kosong yang diucapkan di saat ada kematian di sekitar kita. Tapi sebuah ekspresi konsep dasar hidup seorang Mukmin.

Bahwa aku, hidup aku, bahkan semua yang aku rasa menjadi bagian dariku dari hidup ini adalah milik Allah. Dan aku mau, ridho atau tidak, semuanya akan kembali kepada Pemilik Sejati itu.

Semua yang terjadi itu berada pada satu komando. Komando Dia yang “di tanganNya segala kuasa dan Dia berkuasa atas segala sesuatu”.

“Tidak ada yang terhambat ketika Dia inginkan terjadi. Dan tidak ada yang terjadi jika Dia yang menghambatnya”.

“Sungguh Dia yang memiliki segala kerajaan dan kekuasaan. Dia memberikan kekuasaan itu kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia pula yang mencabut kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki. Di tanganNyalah segala kebaikan, seraya berkuasa atas segala sesuatu”.

Kuasa Allah berlaku di awal, di tengah maupun di akhir perjalanan usaha manusia. Maka di awal niatkan karenaNya. Di tengah ikhtiarkan denganNya. Dan di akhir serahkan untukNya semata.

Bismillah, billah, lillah. Mungkin itulah tiga ekspresi yang harus terbangun dalam melanjutkan langkah-langkah kaki di lorong-lorong kehidupan ini. Dengan NamaNya kita mulai, dengan kuasaNya kita jalani, dan demi ridhoNya kita akhiri.

Kesadaran seperti inilah yang menjadi energi positif luar biasa bagi seorang Mukmin dalam menggerakkan ayunan kaki perjalanan hidupnya. Menjadi kekuatan dahsyat dalam menghadapi ragam duri dan kerikil tajam kehidupan.

Usahamu yang dinilai!

Jika semua memang karena “Qadar Allah” dalam menentukan warna akhir dari usaha itu, lalu di mana “nilai” dari perjuangan itu?

Sejatinya memang Allah yang menentukan. Dan manusia tidak punya menentukan akhir. Manusia tidak akan bisa mendikte Allah dalam menentukan akhir perjalanan juang hamba-hambaNya.

Bahkan sebuah yang paling krusial dari kehidupan itu sendiri. Keselamatan atau kesengsaraan abadi seorang hamba.

Diriwayatkan bahwa ada seorang hamba yang saleh, taat, hingga dalam beberapa saat sebelum kematiannya dia melakukan sesuatu yg menjadikannya tergelincir dan masuk neraka.

Sebaliknya ada seorang hamba yang sepanjang hidupnya ingkar dan penuh dosa. Namun sesaat sebelum menghembuskan nafas terakhir dia taubat dan bertahlil (laa ilaaha illah Allah-Muhammad Rasul Allah). Dan dia masuk syurga karena kasih sayang Allah itu.

Riwayat itu untuk mengingatkan “kemaha kuasaan Allah” yang tak mungkin diintervensi oleh hamba-hambaNya.

Bahkan Rasul dalam memperjuangkan misi kerisalahan (dakwah). Allah dalam berbagai kesempatan mengingatkan: “Tugasmu wahai Muhammad tidak lebih dari menyampaikan”. Bukan memberikan hidaya (Taufiq). Hidayah ada pada hak mutlak sang Pencipta.

Berbagai contoh dari Al-Quran maupun sirah Rasul Allah mengajarkan dengan jelas bahwa kewajiban sekaligus nilai dari usaha juang manusia itu ada pada prosesnya. Jangan bangga dengan hasil karena itu ketentuan takdirNya. Tapi banggalah dengan “ikhtiarmu” karena itulah bagianmu.

Oleh karena itulah Al-Quran menegaskan: “dan berkaryalah (beramallah)! Niscaya Allah akan melihat (menilai) amalmu, juga rasulNya dan orang-orang beriman”.

Bahkan Al-Quran membatasi penilaian itu pada amal: “maka barangsiapa yang berbuat kebaikan walau sebesar dzarroh,niscaya Allah akan melihatnya (menilainya). Dan barangsiapa yang melakukan kejahatan, walau sebesar dzarroh, niscaya Allah akan melihatnya (menilainya)”.

Maka lakukan yang terbaik dan Sungguh-sungguh dan profesionalitas. Jangan pernah mengenal lelah karena di situ nilai juangmu.

Ikhtiar sungguh-sungguh yang dibarengi dengan doa, tawakkal dan penuh optimisme, Insya Allah semua akan indah pada akhirnya.

Keindahan hasil, apapun bentuk dan warnanya, ada pada niat, kerja keras, tawakkal, dan keyakinan penuh akan “Qadar Ilahi” yang terbaik.

Selamat berjuang memburu ridho Allah!

Penulis: Imam Shamsi Ali, Presiden Nusantara Foundation, New York, 11 Pebruari 2019

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!