30.5 C
Jakarta

Allahu Akbar bukan Ana Akbar; Refleksi Idulfitri

Baca Juga:

oleh: Sapto Suhendro, S.Ag.,M.Pd.

 

 

JAKARTA,MENARA62.COM – Hari Raya IdulFitri telah tiba, mari kita sambut dengan penuh kegembiraan. Gembira dengan pakaian baru ataupun aneka macam makanan yang ada di meja makan dan meja tamu. Tidak ada masalah lebaran kita sambut dengan hal-hal semacam itu. Firman Allah SWT dalam QS. Al-Baqoroh:185 yang artinya: “… Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu agar kamu bersyukur”.

 

Kementerian Agama RI menetapkan 1 Syawwal 1446 H pada Senin, 31 Maret 2025. Keputusan ini setelah dilakukan siding isbat tertutup di Auditorium Haji Mohammad Rasjidi Kemenag RI di Jakarta Pusat, Sabtu sore, 29 Maret 2025, pukul 19.05 WIB. Sehingga Hari Raya Idhul Fitri tahun ini bisa dirayakan bersama-sama antara Pemerintah, Muhammadiyah dan NU.

 

Dalam hal ini, sebagai ummat Islam di Indonesia telah mencukupkan bilangan puasa Ramadhan selama 30 hari, sejak 1 Maret sampai dengan 30 Maret 2025, tanpa ada perbedaan hari khususnya bagi mayoritas organisasi Islam terbesar di Indonesia. Ini perlu kita syukuri bersama. Maka mari kita gunakan momentum IdulFitri ini dengan memupuk ukhuwwah, persatuan dan kesatuan sehingga lebih baik daripada sebelumnya.

 

Setelah ibadah Ramadan kita jalani, apa yang harus kita lakukan sesuai dengan petunjuk dari Al-Qur’an? Adalah mengagungkan Allah SWT dengan melantunkan takbiran setelah terbenamnya matahari akhir Ramadhan, waktu maghrib sampai dengan Imam Sholat Idhul Fitri berdiri melaksanakan sholat Id. Dengan lafadz takbiran seperti yang kita ketahui : “Allahu akbar Allahu akbar kabiiraa, walhamdu lillahi katsira, wa subhanallahi bukratan wa ashila, la ilaha illallahu wa la na’budu illa iyyahu mukhlishina lahud dina wa law karihal kafirun, la ilaha illallahu wahdah, shadaqa wa’dah, wa nashara ‘abdah, wa a’azza jundahu wa hazamal ahzaba wahdah, la ilaha illallahu wallahu akbar. Allahu akbar walillahilhamd.”

 

Artinya: ” Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan sebanyak-sebanyak puji, dan Maha suci Allah sepanjang pagi dan sore, tiada Tuhan(yang wajib disembah) kecuali Allah dan kami tidak menyembah selain kepada-Nya, dengan memurnikan agama Islam, meskipun orang-orang kafir, orang-orang munafik, orang-orang musyrik membencinya.

 

Tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dengan keesaan-Nya, Dia dzat yang menepati janji, dzat yang menolong hamba-Nya dan memuliakan bala tentaraNya dan menyiksa musuh dengan keesaan-Nya. tiada Tuhan (yang wajib disembah) kecuali Allah dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar dan segala puji hanya untuk Allah.”

 

Takbiran ini akan lebih meresap maknanya jika kita mengetahui arti dan maksud tiap katanya. Dan dilafadzkan dari hati, keluar dari lisan kita. Dimanapun dan selama waktu yang ditentukan tersebut. Bukan hanya dengan memutar takbiran lewat media seperti youtube, mp3, tape, radio dan lain sebagainya. Jika ingin agar suasana di rumah kita atau dalam berkendara, diperbolehkan memutar takbiran lewat media tersebut akan tetapi jangan sampai lisan kita terlewatkan dari bunyi takbiran.

 

Akan kita rasakan atas keagunggan Sang Pencipta Allah SWT, yang telah memberikan kita taufiq dan hidayah-Nya kepada kita. Kita mampu berpuasa selama Ramadhan karena Allah, kita mendirikan sholat wajib dan sunnah taraweh karena Allah, kita menunaikan zakat, infaq dan shodaqoh karena Allah, kita membaca Al-Qur’an juga karena Allah, dan apapun yang kita lakukan dalam hal kebaikan, tidak lain karena kasih sayang Allah berupa hidayah atau petunjuk-Nya.

 

Sudah sepantasnya memasuki bulan Syawwal ini, kita mengumandangkan takbir tahlil dan tahmid, mengagungkan Allah, mengesakan dan memuji-Nya.

Dengan bertakbir, kita semakin paham bahwa selain Allah adalah kecil, termasuk kita sebagai hamba-Nya tidak akan merasa diri hebat, tidak akan merasa diri kuat, tidak merasa diri super. Allah-lah yang Maha Besar, bukan kita yang besar. Allahu Akbar bukan Ana Akbar. Allah yang Maha Besar bukan saya yang maha besar. Kita adalah kecil tanpa Allah, kita adalah lemah tanpa Allah, kita adalah miskin tanpa Allah, kita adalah bukan siapa-siapa tanpa Allah.

 

Di hari raya ini, kita dianjurkan untuk lebih bersyukur atas segala kenikmatan yang Allah berikan. Maka pakaian baru, aneka makanan adalah ungkapan rasa syukur kepada-Nya. Dalam QS.Adh-Dhuha :11; “Wa amma bini’mati Robbika fa haddist”, artinya: Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu syiarkan (kabarkan).

 

Selamat Hari Raya IdulFitri, 1 Syawwal 1446 H, TAqobbalAlloh Minna Waminkum, Minal ‘Aidin wal Faizin, Mohon maaf lahir dan Bathin.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!