BANYUMAS, MENARA62.COM – Suasana pagi, Selasa (19/8) di TK Abas Two benar-benar berbeda. Dari halaman sekolah, terdengar lantunan ayat suci Al-Qur’an yang dibaca bersama-sama anak-anak dengan suara polos penuh ketulusan. Setelah itu, dengan tertib mereka mengambil wudhu lalu menunaikan shalat dhuha berjamaah. Pemandangan ini menjadi bukti bahwa pembiasaan ibadah sejak dini bisa ditanamkan dengan cara yang menyenangkan.
Rangkaian kegiatan tersebut bukan sekadar rutinitas, melainkan bagian dari upaya sekolah membentuk karakter anak yang beriman sekaligus berakhlak mulia. Wajah-wajah mungil penuh semangat itu seolah ingin mengajarkan bahwa ibadah bukanlah kewajiban yang berat, melainkan kebahagiaan yang lahir dari hati yang tulus.
Usai shalat dhuha, kegiatan belajar dilanjutkan dengan apersepsi yang penuh warna. Salah satu momen menggelitik terjadi ketika guru mengajak anak-anak bernyanyi riang: “Apa kata jari telunjuk sayang?” Tiba-tiba seorang murid menjawab polos, “Tidak boleh acung-acung.” Jawaban sederhana namun jujur itu membuat suasana kelas semakin cair, sekaligus menunjukkan kecerdasan alami anak usia dini yang berani mengekspresikan pikirannya tanpa takut salah.
“Anak-anak ini adalah anugerah. Mereka belajar bukan hanya lewat buku, tapi lewat pengalaman, nyanyian, bahkan ibadah yang mereka lakukan setiap hari. Dari situlah lahir generasi qurrota a’yun, penyejuk hati bagi keluarga dan masyarakat,” ujar salah seorang guru dengan mata berbinar.
Dengan pembiasaan ibadah, belajar kreatif, dan suasana penuh keceriaan, TK Abas Two berharap mampu melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara spiritual dan emosional. Sebuah langkah kecil, namun menjadi investasi besar untuk masa depan bangsa. (*)


