26.2 C
Jakarta

Aneurisma Otak, Kenali Gejala dan Risikonya!

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Banyak orang belum memahami apa itu aneurisma otak. Padahal gangguan berupa melebarnya atau menonjolnya (ballooning) dinding pembuluh darah otak tersebut dapat berakibat fatal berupa perdarahan otak (subarachnoid) dan kerusakan otak bahkan kematian.

Data menyebut 1 orang dalam setiap 18 menit mengalami kasus aneurisma dengan angka kematian diperkirakan sekitar 500.000 orang setiap tahunnya. Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) Jakarta menangani lebih dari 100 kasus aneurisma setiap tahunnya.

Kepala Bedah Saraf RS PON dr. Abrar Arham, SpBS menyebut aneurisma otak dapat terjadi pada siapa saja. Beberapa orang terkenal pernah mengalami pecah aneurisma otak diantaranya, Sharon Stone, Emilia Clarke (Game of Throne), Dr. Dre, Neil Young.

“Umumnya sebelum pecah aneurisma tidak bergejala. Karena itu untuk mencegahnya sangat dianjurkan untuk melakukan brain check- up secara rutin,” kata dr Abrar, Kamis (1/9/2021).

Beberapa hal dapat meningkatkan risiko kejadian aneurisma yakni hipertensi, usia di atas 40 tahun, perempuan, merokok dan genetik

Gejala yang mungkin perlu diwaspadai antara lain nyeri di sekitar mata, mati rasa di salah satu sisi wajah, pusing dan sakit kepala, kesulitan berbicara, keseimbangan terganggu, sulit berkonsentrasi atau memiliki daya ingat yang lemah dan gangguan penglihatan atau melihat ganda

Sedang tanda pecahnya aneurisma antara lain penglihatan terganggu, mual dan muntah, kehilangan kesadaran, kejang, sulit berbicara dn lumpuh atau kelemahan pada tungkai atau salah satu sisi tubuh

Ia mengatakan aneurisma otak memang tidak selalu berujung pada kematian. Tetapi gangguan ini tidak boleh diabaikan, karena dampak yang ditimbulkan tidak bisa dibilang ringan. Misalnya kualitas hidup penderita menurun, terjadi kecacatan,perlunya perawatan intensif dengan biaya besar.

Itu sebabnya, pada tahun 2021 ini, Brain Aneurysm Awareness Month yang jatuh setiap bulan September setiap tahunnya, mengangkat tema ‘Raising Awareness, Supporting Survivors, Saving Lives’.  Tema ini diangkat selain untuk meningkatkan awareness masyarakat akan aneurisma otak ini, juga perlunya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Indonesia agar dapat mendeteksi dini, melakukan edukasi pencegahan, dan penanganan komprehensif aneurisma terutama pada penderita yang telah mengalami pecahnya aneurisma otak.

Menurut dr. Abrar Arham, penanganan kasus aneurisma otak ini membutuhkan kolaborasi multidisiplin melibatkan dokter bedah saraf, neurointervensionist, neurologist, intensivist, dan lain sebagainya. Disamping itu diperlukan berbagai peralatan dan fasilitas penunjang yang memadai dan mutakhir agar dapat menangani kasus aneurisma otak dengan tingkat keberhasilan yang cukup baik.

Penanganan aneurisma dapat dilakukan dengan beberapa metode, antara lain operasi bedah mikro (clipping aneurisma) atau dengan teknik minimal invasif endovaskular (coiling aneurisma). “Untuk mengevaluasi secara detail kelainan pembuluh darah otak ini, seringkali kita membutuhkan pemeriksaan DSA (Digital Subtraction Angiography), yang hasilnya dapat membantu menentukan jenis terapi terbaik untuk menangani kasus aneurisma ini,” lanjutnya.

Dokter Abrar juga memaparkan teknologi minimal invasif (endovaskular) untuk tatalaksana aneurisma ini sudah mengalami perkembangan yang sangat pesat. Salah satu perkembangan terkini yaitu pemasangan Cerebral Flow Diverter untuk pengobatan aneurisma yang angka keberhasilannya sangat tinggi (hingga 95%). Metode ini sudah mulai diterapkan di rumah sakit PON dalam beberapa tahun ke belakang.

Adapun keunggulan teknologi ini adalah prosedur relatif cepat, pasca-tindakan tidak perlu perawatan ICU, mengurangi lamanya rawat inap, lebih nyaman untuk pasien, dan tidak ada luka sayatan.

“Dengan hadirnya Aneurysm Awareness Month ini, saya berharap masyarakat lebih aware akan penyakit ini dan mau melakukan pemeriksaan brain check-up secara rutin, sehingga kasus-kasus aneurisma otak di Indonesia dapat ditangani sebelum pecah dan membantu mencegah kecacatan dan kematian akibat penyakit ini,” tandasnya.

Dallas Pratama, Aktor FTV pernah mengalami koma akibat pecahnya pembuluh darah otak bagian kiri atau aneurisma di tahun 2015.  Aneurisma yang dideritanya kemungkinan disebabkan oleh tekanan darah tinggi atau hipertensinya.

Dallas dalam akun instagramnya yang ditulis oleh istrinya, Kaditha Ayu, sudah mengalami perbaikan yang luar biasa setelah kondisi aneurismanya diatasi dengan tindakan coiling di RS PON.

Coiling merupakan tindakan memasukkan coil melalui akses pembuluh darah ke lokasi target, sehingga darah tidak lagi masuk ke dalam kantong aneurisma yang pecah tersebut. Dengan tindakan ini, diharapkan Dallas tidak akan kembali mengalami pecah pembuluh darah.

Kini Dallas sudah kembali pulih berkat tim RS PON yang menangani penyakitnya dengan baik. Bahkan sang istri juga menyatakan rasa terima kasihnya kepada dr. Abrar Arham, SpBS.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!