LONDON, MENARA62.COM — Angin Mamiri dan Poco-poco Buka Harmony of Indonesia. Alunan lembut lagu angin mamiri dan hentakan lincah tarian poco-poco mengiringi pembukaan Harmony of Indonesia, sebuah pameran produk perdagangan dan budaya yang diadakan KBRI Bern-Swiss, Sabtu (29/9/2018).
Antara melansir, pensosbud KBRI Bern Sasanti Nordewati menjelaskan, cuaca berangin musim gugur tidak menyurutkan ribuan orang hadir di pusat ibu kota Swiss, tepatnya di alun-alun Weisenhausplatz, Kota Bern, tempat kegiatan berlangsung.
Ia menyebutkan, sebanyak 20 gerai berjualan atau memamerkan produk unggulan dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Kabupaten Luwu, Kota Makassar, Kabupaten Gowa, serta dari Kementerian Pariwisata , Sinar Indonesia Display, dan Pasar Indonesia.
Dubes RI untuk Swiss, Muliaman Hadad, dalam sambutan pada acara pembukaan mengajak hadirin yang ada di lapangan Weisenhausplatz Kota Bern, untuk sejenak mengheningkan cipta dan berdoa bersama atas bencana gempa tsunami yang menghantam Kota Palu dan sekitarnya di Sulawesi Tengah.
Dikatakannya, kekuatan Sulawesi terletak pada harmonisasi keragaman budaya dan potensi ekonomi yang luar biasa.
“Itulah mengapa acara ini diberi judul Harmony of Indonesia,” katanya.
Ia berharap, melalui pameran perdagangan dan budaya ini, produk-produk unggulan asal Sulawesi, seperti single origin coffee dan coklat, akan lebih dikenal oleh masyarakat di Swiss.
Sementara itu, Wakil Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, yang hadir dan membuka Harmony of Indonesia mengatakan, Pemprov Sulawesi Selatan mendukung penuh itu dengan mendatangkan produk unggulan, serta pengusaha dan penampilan budaya dari Sulawesi Selatan.
Harmony of Indonesia berhasil menghadirkan nuansa Sulawesi di Negeri Alpen Swiss. Setiap gerai dihias kain Laming Makassar, kain Sarita Toraja, dan aksesoris khas daerah masing-masing.
Para penjaga gerai juga tidak mau kalah mengenakan busana khas daerah dan menampilkan tari-tarian. Selain menampilkan produk kerajinan tangan dan produk UKM, kuliner khas Sulawesi juga turut menghangatkan musim gugur di ibu kota Swiss, seperti coto Makassar, konro bakar, konro kuah, es palu butung, dan es pisang hijau.
Cuaca dingin tidak menyurutkan ratusan warga Swiss antri mencoba es palu butung khas Kota Makassar.
“Saya beberapa kali datang ke Jakarta untuk tujuan bisnis, tapi belum pernah sampai ke Sulawesi,” ujar Barbara Moeckli, warga Zurich yang khusus datang Bern untuk menyaksikan pagelaran budaya pameran.
“Begitu mendengar informasi tentang Harmony of Indonesia bertema Sulawesi, saya penasaran sekali dengan kuliner khas Sulawesi. Ternyata lezat dan tidak rugi datang jauh-jauh dari Zurich ke Bern,” ujar Barbara saat melahap konro bakar dan sirup markisa.
“Sejak empat puluh tahun di Swiss, baru kali ini ada acara yang menghadirkan lengkap satu pulau Sulawesi dari Utara hingga Selatan, dari mulai produk, pakaian, lagu, makanan, hingga tari-tarian,” ujar Didi Moningka, warga Manado yang tinggal di Bern sejak 1975.
Ketua Panitia sekaligus Fungsi Ekonomi KBRI Bern, Nuradi Noeri mengatakan, Harmony of Indonesia merupakan rangkaian kegiatan yang terdiri dari Business Forum dan Pameran produk dan budaya.
Dalam Business Forum hadir ratusan pengusaha dari Sulawesi dan Swiss. Sementara pameran produk dan budaya ditujukan untuk outreach yang lebih luas tentang keunggulan Sulawesi kepada publik Swiss.
Meskipun tertajuk utama Sulawesi, namun panganan populer Indonesia hasil kreasi warga juga hadir menghangatkan perut orang Swiss di musim gugur, seperti nasi padang, bakmi goreng, sate ayam, dan bajigur.