BOGOR – Bagaimana sebuah inovasi yang lahir dari kampus dapat memberikan manfaat bagi upaya penurunan stunting, tengoklah Posyandu Jeruk Manis. Posyandu yang beralamatkan di RW 08, Kelurahan Kreo, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang, Banten tersebut menjadi salah satu pemanfaat dari inovasi yang lahir dari kampus Universitas Budi Luhur (UBL) Jakarta.
Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), UBL telah berhasil menginisiasi lahirnya sebuah aplikasi bernama IBU-BIJAK. Ini bukan sekadar aplikasi untuk meningkatkan reputasi riset kampus, tetapi lebih dari itu, memberikan manfaat besar bagi masyarakat sekitar. Aplikasi yang digarap oleh tim terdiri atas mahasiswa dan dosen UBL tersebut, menjadi panduan mudah bagi ibu-ibu di Posyandu Jeruk Manis untuk mengatur keuangan keluarga agar bisa memenuhi gizi anak, sekaligus menggali potensi ibu-ibu dalam hal pemberdayaan diri secara finansial.
“Jika ibu-ibu berdaya secara finansial, maka ujung-ujungnya bisa memberikan tambahan penghasilan bagi keluarga. Itu artinya keluarga memiliki anggaran cukup untuk pemenuhan gizi anak-anak,” ujar Ketua Tim Pelaksana PKM Universitas Budi Luhur, Indah Rahayu Lestari.
Indah menjelaskan penanganan stunting selama ini lebih berfokus bagaimana menambah asupan nutrisi bagi anak-anak yang menjadi sasaran program stunting. Tidak banyak dibahas bagaimana keluarga memiiki kemampuan finansial untuk keberlanjutan perbaikan nutrisi anak. “Padahal tanpa adanya finansial yang sehat di sebuah keluarga, sulit untuk berharap program stunting bisa optimal hasilnya,” lanjut Indah Rahayu.
Ia juga mengingatkan bahwa menangani stunting tidak sesederhana memberikan bantuan berupa makanan bergizi melalui Posyandu atau bantuan uang tunai untuk pembelian makanan bergizi. Penanganan stunting itu cukup kompleks, melibatkan kesadaran orang tua untuk menjadikan anak stunting sebagai pusat perhatian penanganan gizi keluarga.
“Hanya saja, ketika sebuah keluarga tidak memiliki dukungan dana yang cukup dan ajeg, pasti penyediaan makanan bergizi juga tidak maksimal,” tegasnya.
Itulah yang kemudian melatarbelakangi ide pembuatan aplikasi IBU-BIJAK sebagai solusi jangka panjang penanganan stunting di Posyandu Jeruk Manis, RW 08 Keluarahan Kreo. Posyandu yang kini memiliki 100 anak binaan tersebut, mencatat setidaknya ada 5 anak mengalami stunting.
Aplikasi IBU-BIJAK, dikatakan Indah, dibuat sangat sederhana, sehingga mudah dioperasikan oleh ibu-ibu. Fokusnya adalah bagaimana membantu ibu-ibu menyusun anggaran yang dimiliki, guna dapat memenuhi gizi keluarga. “Kami melakukan penguatan dalam bentuk teknologi, untuk membantu ibu-ibu mengelola anggaran rumah tangga yang dimiliki. Keterbatasan pengetahuan dalam pengelolaan anggaran rumah tangga, serta kesulitan dalam merencanakan anggaran tersebut, akan dapat terbantu dengan adanya teknologi yang dibuat oleh Tim PKM, sehingga rencana anggaran rumah tangga dan kebutuhan gizi keluarga dapat tepenuhi,” lanjut Indah.
Luaran Kampus Berdampak
Aplikasi IBU-BIJAK, diakui Indah merupakan luaran dari kegiatan PKM Universitas Budi Luhur yang mendapatkan pendanaan dari Kemendiktisaintek melalui program Kampus Berdampak, dalam program Hibah Pengabdian BIMA 2025. Tema yang diusung adalah “Penguatan Teknologi Penganggaran Memenuhi Gizi Keluarga untuk Pencegahan Stunting dan Pelatihan Marketplace sebagai Upaya Kemandirian Finansial”.
Pelaksanaan kegiatan dilakukan pada bulan September 2025, yang akan terus dimonitor hingga system tersebut sepenuhnya dapat berjalan dengan baik.
Tim UBL tidak hanya menciptakan aplikasi IBU-BIJAK tetapi juga sekaligus melakukan sosialisasi penggunaannya. Sosialisasi melibatkan pengurus RW, pihak kelurahan Kreo, perwakilan kecamatan Larangan, kader Posyandu Jeruk Manis, juga penyusun sistem dan prosedur pengelolaan keuangan, Retno Fuji Oktaviani, SE., MM.
“Dalam kegiatan sosialisasi pemanfaatan aplikasi IBU-BIJAK, tim juga mengadakan pelatihan terkait marketplace bagi ibu rumah tangga. Diharapkan ibu rumah tangga, meskipun hanya berkegiatan di sekitar rumah, tapi juga tetap mampu menjadi ibu yang produktif dan mandiri secara finansial,” jelas Indah.
Seluruh peserta juga dipandu, bagaimana memulai usaha dari rumah, kemudian kiat-kiat apa saja yang menjadi tips dan trik dalam menjalankan usaha tersebut. Peserta diberikan beberapa alternatif dalam memilih usaha. Bisa menjadi afiliasi marketplace, atau menjadi agen suatu produk, ataupun menjual produk yang diproduksi sendiri.
Peserta juga diajarkan membuat konten-konten melalui media social untuk mempromosikan produknya. Di bawah monitoring dari Kader Posyandu, diharapkan masyarakat mampu merencanakan anggaran rumah tangga yang memperhatikan keseimbangan gizi yang nantinya dapat meningkatkan kualitas hidup keluarga dan meningkatkan pencegahan stunting.
“Harapan kami dari system yang dibuat ini, tidak hanya bisa digunakan oleh Posyandu Jeruk Manis RW 08 Kelurahan Kreo saja, tetapi juga dapat digunakan oleh seluruh Posyandu di kelurahan Kreo. Sehingga ibu rumah tangga bisa menjadi lebih terampil dalam memanfaatkan teknologi untuk kegiatan yang bermanfaat, di antaranya untuk keperluan kesehatan dan gizi keluarga dan kemandirian finansial,” tambah Indah Rahayu.
Sementara itu, Okta, Ketua Posyandu Jeruk Manis menyampaikan aplikasi IBU-BIJAK hasil inovasi tim UBL merupakan aplikasi yang sangat membantu ibu-ibu posyandu Jeruk Manis. Melalui aplikasi ini, pra ibu mendapatkan pemahaman bagaimana mengelola keuangan keluarga sehingga ibu-ibu bisa mengalokasi anggaran untuk menjaga nutrisi anak. “Pada akhirnya jika nutrisi keluarga terutama anak bisa dijaga, maka ini akan menjadi cara yang paling efektif menangani stuanting,” ujarnya.
Apalagi tim UBL juga memberikan edukasi terkait pemberdayaan ekonomi keluarga dan potensi-potensi usaha yang bisa digarap oleh ibu-ibu. Ini adalah hal baru yang selama ini belum terpikirkan oleh para ibu-ibu di Posyandu. “Mereka kalau ke Posyandu lebih kepada menimbang berat anak, ambil bantuan makanan pendamping dan cek kesehatan anak. Sekarang ada kegiatan tambahan yakni pemberdayaan ekonomi melalui aplikasi IBU-BIJAK,” katanya.

Ia berharap nantinya aplikasi ini tidak hanya dimanfaatkan oleh ibu-ibu di Posyandu Jeruk Manis, tetapi juga ibu-ibu lain di Kelurahan Kreo, bahkan Kota Tangerang. Karena melalui aplikasi ini, ibu-ibu tidak hanya belajar mengelola keuangan keluarga, tetapi juga ada pelatihan pemberdayaan ekonomi.
Belajar dari Standford University
Inovasi IBU-BIJAK dari kampus UBL adalah praktik baik dari program Kampus Berdampak. Menurut Direktur Kelembagaan Ditjen Dikti Kemendikdasmen Muhammad Najid, Kampus Berdampak sesungguhnya merupakan aksi nyata yang telah dilakukan oleh banyak kampus kelas dunia. Salah satunya adalah Standford University di California. Kampus yang secara konsisten berada dalam jajaran universitas terbaik di dunia, baik dalam hal pengajaran sekaligus penelitian tersebut dalam satu tahun mampu melahirkan sekitar 40 ribu start-up setiap tahun dan merekruit lebih dari 5,7 juta lapangan kerja baru.
“Dampak keberadaan kampus benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Dan kita ingin kampus-kampus di Indonesia juga demikian,” kata Najib.
Kampus Berdampak juga sekaligus menghilangkan stigma bahwa kampus hanya sebagai menara gading yang hanya indah untuk dilihat tetapi tidak memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. “Kampus harus bisa menjadi lokomotif pembangunan ekonomi, melahirkan SDM dan melahirkan inovasi yang bermanfaat,” tegasnya.
Najib mengatakan untuk memberikan dampak nyata bagi masyarakat, riset dan inovasi yang dilakukan kampus menjadi kunci utamanya. Sayangnya, dari sekitar 4.000 perguruan tinggi yang ada di Indonesia, baru sekitar 5 persen saja universitas yang benar-benar sudah memiliki kegiatan riset atau sudah menjadi riset university.
“Mayoritas kampus kita masih sekadar menjadi pusat kegiatan belajar mengajar dan belum menjadi pusat inovasi. Sehingga ke depan, kita akan dorong universitas bertransformasi dari teaching university menjadi riset university,” tambahnya.
Sebagai bagian dari komiten tersebut, tahun ini pemerintah melalui Kemendiktisaintek telah mengalokasikan anggaran senilai Rp2,1 triliun untuk membiayai riset di kampus-kampus. “Tahun 2026 kami sudah mengusulkan kenaikan anggaran riset ini,” tutup Najib.
