25 C
Jakarta

Aplikasi ISTRY, Bantu Dokter Lakukan Tatalaksana Terapi Sistemik pada Kanker

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Untuk memudahkan para dokter mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik kanker, Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Onkologi Indonesia (Peraboi) luncurkan aplikasi ISTRY (Indonesian Sistemic Therapy), Jumat (25/6/2021). Ini adalah aplikasi yang digunakan untuk tatalaksana terapi sistemik pada kanker yang ditujukan bagi professional dalam bidang perawatan kesehatan.

Dalam keterangan persnya, dr. Walta Gautama, SpB(K) Onk, Ketua Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia mengatakan kanker adalah tumor ganas yang menyerang salah satu organ dan dalam perkembangannya dapat menyebar ke banyak organ tubuh lain. Salah satu terapi kanker adalah dengan terapi sistemik menggunakan obat, atau yang banyak dikenal dengan istilah kemoterapi.

Perkembangan terapi sistemik dalam penanganan kanker mengalami kemajuan pesat dalam beberapa tahun terakhir. Berbagai obat baru baik kemoterapi maupun terapi target terus bermunculan. “Perkembangan informasi yang masif ini tidak semuanya dapat terekam dalam memori para dokter. Inilah yang melatarbelakangi lahirnya ISTRY, singkatan dari Indonesian Sistemic Therapy,” kata dr Walta.

Aplikasi ISTRY lanjut dr Walta menjadi bagian dari kontribusi Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia untuk penanganan kanker di Indonesia. Ini adalah aplikasi gawai pintar pertama di Indonesia yang dapat menyediakan informasi bagi dokter untuk mengambil keputusan klinis dalam bidang terapi sistemik kanker.

ISTRY adalah aplikasi mobile berbayar, berbasis android yang menyediakan platform interaktif bagi tenaga medis untuk memperoleh informasi tentang terapi kanker terbaru yang beredar di Indonesia, terutama kanker payudara, kanker tiroid, kanker kepala leher, kanker jaringan lunak, kanker kulit, dan limfoma. Aplikasi ini memuat tentang pengobatan, regiment, dosis, efek samping  dan drug interaction. Juga menyangkut administrasi, bagaimana dan kapan obat dapat diberikan kepada pasien.

Sesditjen Pelayanan Kesehatan dr Azhar Jaya

Project Manager ISTRY dr Febriyanto Kurniawan, SpB(K)Onk menyampaikan bahwa sasaran pengguna ISTRY adalah dokter ahli bedah onkologi, dokter ahli hematologi onkologi, dan dokter bedah umum yang menangani pasien kanker. “Dengan aplikasi ISTRY, dokter dapat langsung menghitung dosis obat kemoterapi, obat hormonal, dan obat penunjang terapi kanker lainnya. Ini akan sangat memudahkan dokter serta meningkatkan ketepatan terapi, yang akhirnya akan menguntungkan pasien,” ujar dr. Febriyanto yang akrab disapa dengan dr. Anton.

Aplikasi ini juga memiliki fitur informasi cara pemberian/administrasi obat serta data efek samping obat kemoterapi dan terapi target. “Data efek samping ini penting karena seringkali pasien bertanya tentang efek samping bahkan sebelum kemoterapi dimulai,” jelas dr. Anton. Selanjutnya ia juga menyampaikan bahwa aplikasi ini akan dievaluasi dan diperbaharui setiap 2 tahun untuk menjamin akurasi dan kekinian informasi.

Direktur Jendral Pelayanan Kesehatan Kemenkes RI, Prof.dr. Abdul Kadir, PhD, SpTHTKL(K) dalam sambutan tertulisnya yang dibacakan oleh Sesditjen Pelayanan Kesehatan dr Azhar Jaya menyampaikan apresiasinya atas diluncurkannya aplikasi ISTRY.

“Saya menyampaikan penghargaan setinggi-tingginya kepada teman-teman ahli bedah onkologi yang telah mengintegrasikan teknologi informasi ke dalam pelayanan kesehatan, semoga aplikasi ini dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para dokter di Indonesia yang merawat pasien kanker,” kata Prof Kadir.

Ia mengingatkan bahwa perkembangan teknologi yang sangat pesat membuat dunia kedokteran juga harus melakukan adaptasi secara cepat. Termasuk dalam bidang pelayanan kanker, mengingat prevalensi kanker di Indonesia cukup tinggi.

Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2019 menunjukkan 1,8 per 1000 penduduk mengidap kanker, dengan urutan tertinggi kanker payudara, disusul kanker leher rahim. BPJS Kesehatan juga melaporkan pengobatan kanker menduduki peringkat kedua dalam alokasi anggaran BPJS Kesehatan mencapai Rp3,5 triliun.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!