JAKARTA, MENARA62.COM– Arsip KH Abdurahman Wahid atau Gus Dur diserahkan kepada negara. Penyerahan arsip Presiden RI ke-4 tersebut dilakukan oleh istri Gus Dur Ibu Sinta Nuriyah Wahid.
“Saya mewakili keluarga besar Gus Dur berharap arsip ini bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas baik sebagai sumber informasi, sumber ilmu pengetahuan maupun inspirasi,” kata Mantan Ibu Negara tersebut, Rabu (2/8).
Diakui sosok Gus Dur bukanlah orang yang sempurna. Tetapi selama kepemimpinannya, tentu banyak hal0hal positif yang sudah dilakukan almarhum.
Karena itu Sinta Nuriyah meminta agar masyarakat mengambil sisi positif untuk dijadikan contoh, dan ditauladani.
Keluarga lanjut Sinta selama ini melihat Gus Dur bukan saja sosok pemikir. Tetapi sekaligus sebagai seorang pemimpin dan negarawan. Gagasan dan pemikiran Gus Dur bukan hanya menjadi obor bagi bangsa ini tetapi juga sumber energi untuk terus bergerak maju.
Sementara itu Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia mengatakan semua arsip terkait Gus Dur akan disimpan dengan baik di ANRI bersama arsip-arsip penting lainnya. Dengan demikian pada saatnya nanti masyarakat akan bisa belajar dan mengenal sosok Gus Dur dari arsip yang ada.
Arsip-arsip yang diserahkan sebanyak 180 album dengan jumlah 14.116 lembar arsip foto. Adapun arsip-arsip yang diserahkan antara lain Pengangkatan dan pengambilan sumpah/ janji Presiden RI ke-4 KH. Abdurahman Wahid dan penyerahan hasil-hasil sidang umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI kepada Presiden RI ke-4.
Selain itu, terdapat pula arsip-arsip mengenai kunjungan kerja kepresidenan dalam dan luar negeri.
Penyerahan Arsip Presiden RI ke-4 KH. Abdurahman Wahid merupakan program kerja ANRI dalam rangka penyelamatan arsip kepresidenan. Penyelamatan Arsip Kepresidenan ini bertujuan untuk dapat dilestarikan di ANRI dan dimanfaatkan seluas-luasnya untuk kepentingan kebangsaan, kemasyarakatan, pemerintahan, dan pembangunan.
Hal itu lanjut Mustari sejalan dengan salah satu tugas penting yang diemban oleh ANRI sebagai lembaga negara yang salah satu tugasnya menyelamatkan arsip statis, yakni arsip yang memiliki nilai guna kesejarahan dari perjalanan negara dan bangsa Indonesia.
Gus Dur merupakan putera tokoh Nahdlatul Ulama, Wahid Hasyim. Beliau pernah menjabat sebagai Ketua Umum PBNU (1984-1999), Ketua Forum Demokrasi (1990), Ketua Konferensi Agama dan Perdamaian Sedunia (1994), Anggota MPR (1999), Presiden RI (20 Oktober 1999-24 Juli 2001)dan Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Gus Dur dijuluki sebagai Bapak pluralisme karena perjuangannya untuk mewujudkan plurarisme di Indonesia. Beliau sangat menghargai keberagaman dalam berbagai hal, terutama keberagaman suku, agama, dan ras.
Guna melengkapi khazanah arsip Gus Dur, rencananya Tim Sejarah Lisan ANRI akan mewawancarai Ibu Sinta Nuriyah Wahid. Wawancara akan menggali seputar kehidupan Gus Dur.