YOGYAKARTA,MENARA62.COM – Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasyid sekaligus penulis buku mengatakan, kelahiran Muhammadiyah adalah awal dari gerakan kewirausahaan sosial di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Arsjad Rasjid dalam acara “Launching Buku dan Talkshow Bangkitnya Kewirausahaan Sosial: Kisah Muhammadiyah” yang diselenggarakan oleh Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bekerja sama dengan Serikat Usaha Muhammadiyah (SUMU) di Museum Muhammadiyah, Yogyakarta pada Senin (13/1/2025).
Arsjad Rasjid menyampaikan, ketika dunia belakangan hari baru membicarakan tentang sosial entreprises atau kewirausahaan sosial, Indonesia telah mempratekkannya sejak lama, yaitu sejak kelahiran Muhammadiyah.
“Di dunia baru membicarakan social entreprises, padahal social entrepresies sudah lahir dan lahirnya di Indonesia, yaitu waktu berdirinya Muhammadiyah. Jadi saya sangat kagum dengan Muhammadiyah,” ungkapnya.
Menurut Arsjad Rasjid, kelahiran Muhammadiyah sebagai tanda adanya gerakan social entreprises di Indonesia. Namun pada saat itu, social entreprises belum diteorikan dan banyak diperbincangkan. Sehingga gerakan kewirausahaan sosial yang dilakukan oleh Muhammadiyah belum terdefenisikan.
Gerakan yang dilakukan oleh Muhammadiyah, imbuhnya, bersemangatkan social entreprises. Sehingga gerakan social entreprises Muhammadiyah ini adalah kunci yang membawa Indonesia maju.
Ia menjelaskan, keriwausahaan sosial akan menjadi kunci memajukan Indonesia, sebab ekonomi tidak hanya bermotif keuntungan, tetapi juga ingin hadir menyelesaikan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
“Kewirausahaan sosial akan menjadi bandul penengah dari ketimpangan sosial dan ekonomi, kesenjangan akses kesehatan, ketimpangan pendidikan, isu lingkungan, dan lain sebagainya yang perlu diatasi dengan kewirausahaan sosial,” tegas Ketua Umum KADIN itu.
Arsjad Rasjid meneyebut, kewirausahaan sosial berbeda dengan kewirausahaan biasa atau sekalipun yayasan sosial. Perbedaaan itu terletak di profit for impact. Kewirausahaan sosial tidak hanya berbicara profit hanya berupa keuntungan saja, tetapi keuntungan yang memberi dampak.
“Selain itu, kewirausahaan sosial tidak bergantung pada donasi, melainkan untuk memberikan dampak sosial lewat dana yang diputar agar semakin membesar. Inilah model yang sangat lekat dengan apa yang dilakukan oleh Muhammadiyah selama ini,” tandasnya. (*)