28.8 C
Jakarta

Awas, Haji Prestise

Baca Juga:

 

Oleh : Pujiono*)

 

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِي اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ.
يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ. أَمَّا بَعْدُ؛

Kaum muslimin yang dirahmati Allah!

Pada bulan Dzulhijah  ini kita saksikan bersama hiruk pikuk  pemberangkatan para jemaah calon haji. Betapa kebahagiaan telah menghiasi wajah mereka, manakala saudara-saudara kita tadi meninggalkan kampung halamannya terbang menuju Ka’bah umat Islam sedunia, memenuhi panggilan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana Firmannya dalam Al Hajj : 27 :

وَأَذِّن فِى ٱلنَّاسِ بِٱلْحَجِّ يَأْتُوكَ رِجَالًا وَعَلَىٰ كُلِّ ضَامِرٍ يَأْتِينَ مِن كُلِّ فَجٍّ عَمِيقٍ

 

Artinya: Dan berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh,

Berbagai persiapan di siapkan dengan ragam acara sesaui dengan kekuatan dan motivasi masing – masing. Sehingga tak bisa dipungkiri bila menambah cost biaya perjalanan haji. Kejadian pernah jamaah mengadakan pamitan besar-besaran, tapi ternyata tidak jadi berangkat. Ada yang mensikapi biasa saja, tapi ada yang malu dan menggerutu karena tidak tertunda mendapatkan “gelar Haji” .  Maka jamaah rahimakumullah pada kesempatan hari ingin kami ketengahkan khutbah Jumat dengan tema Jenisnya Haji:

Pertama Haji Prestisi, yakni keberangkatan dan motivasi haji seseorang hanya untuk mendapatkan atau meningkatkan wibawa strata sosial atau gelar “Haji “ hajah. jika melihat pada KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), istilah “prestise” ini memiliki definisi sebagai ‘wibawa yang berkenaan dengan prestasi atau kemampuan seseorang’. Sementara dalam ilmu sosiologi, istilah “prestise” ini dianggap sebagai ‘status sosial, kehormatan, dan kedudukan yang dimiliki oleh suatu individu dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Sedangkan  definisi dari “wibawa” adalah ‘pembawaan untuk dapat menguasai, mempengaruhi, dan dihormati oleh orang lain.

Maka keberangkatan Haji yang hanya dilandasi Motivasi Prestise di atas, di antara tipikal manusia jenis ini bila sepulang haji akan marah bila tidak dipanggil pak haji atau bu hajjah. Karena target dari prestise yang diharapkan tidak terpenuhi. Pernah kami jumpai di lingkungan masyarakat mendapatkan Undangan Ulem dalam penulisan kepada tidak dikasih tambahan huruf “H” di depan nama yang bersangkutan  tidak mau menerima, dan dalam sebuah acara hanya karena MC tidak menyebut Haji langsung menyebut namanya, marah dan protes pada pembawa acara. Ini fenomena nyata ada di lingkugan masyarakat, ibadah haji hanya ingin mendapatkan gelar pak Haji/Hajjah. Padahal Ijazah Haji dan hajjah ini menurut sejarah di antara beberapa literasi ada yang menyebutkan Gelar Haji adalah warisan Belanda yang menandai orang-orang pribumi agar tidak mengadakan provokasi pada penduduk pribumi. Sehingga bisa dipastikan Haji Prestisi tak akan mampu memperbaiki diri sebagaimana harapan Ibadah haji yang mabrur.

Namun kenyataannya adalah masih jauh dari harapan, masih banyak yang tidak mengambil manfaat dari ibadah haji selain menambah gelar Pak Haji atau Bu Hajjah. Perilaku korup tetap korup, yang suka porno tetap porno, yang lintah darat tetap lintah darat, yang jahat tetap jahat. Maka tidak heran jika Rofats, Fusuq dan Jidal marak dimana-mana sampai terjadi krisis moral dimana mana. Haji hanya sebagai ibadah Artificial keindahan belaka.

 

Kedua Haji Panggilan Ilahi, Yakni Ibadah yang benar – benar mengharap ridho Allah semata. Ibadah dilakukan sewajarnya. Takut riya’, yang menjadikan hilang pahala. Tiada lain bekalnya hanaya Taqwa Kepada Allah SWT

وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى.

 

“Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baiknya bekal adalah taqwa”(al-Baqarah; 197).

Karena hajinya panggilan Ilahi, dan mengharap penilaian Allah, maka sepulang menunaikan ibadah haji tidak akan marah ketika tidak dipanggil pak haji / Bu Hajjah.

Tentu saja kita tau bahwa taqwa itu tidak bisa dicapai kecuali dengan bertaubat dan meninggalkan segala jenis perbuatan maksiat. Kalau calon haji sudah bertaubat maka ia akan mampu memahami dan menjiwai syiar haji yang teramat indah itu yaitu.

 

لَبَّيْكَ اللَّهُمَّ لَبَّيْكَ، لَبَّيْكَ لاَ شَرِيْكَ لَكَ لَبَّيْكَ.

 

Ia akan menghayati ucapanya “  Ya Allah aku datang, akau datang, memenuhi panggilanMu, lalu aku berdiri di depan pintuMu. Aku singgah di sisiMu. Aku pegang erat kitabMu, aku junjung tinggi aturanMu, maka selamatkan aku dari adzabMu, kini aku siap menghamba kepadaMu, merendahkan diri dan berkiblat kepadaMu. BagiMu segala ciptaan, bagiMu segala aturan dan perundang-undangan, bagiMu segala hukum dan hukuman tidak ada sekutu bagiMu. Aku tidak peduli berpisah dengan anak dan istriku, meninggalkan profesi dan pekerjaan, menanggalkan segala atribut dan jabatan, karena tujuanku hanyalah wajah-Mu dan keridhaanMu bukan dunia yang fana dan bukan nafsu yang serakah maka amankan aku dari adzabMu.

 

Ma’asiral muslimin rahimakumullah.

Jika calon haji sudah bertaubat maka ia pasti akan mampu mencapai hakekat haji yang telah digariskan oleh Allah, dalam firman-Nya

“ Barang siapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan Haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji”. (Al-Baqarah: 197)

Seorang yang beribadah haji tidak boleh melakukan rofats yaitu jima dan segala ucapan dan perbuatan yang behubungan dengan seksual. Tidak boleh melakukan Fusuq yaitu segala bentuk maksiat dan tidak boleh melakukan jidal yaitu perdebatan yang mengikuti hawa nafsu, bukan untuk mencari kebenaran.

Maka barang siapa yang telah sukses memenuhi perintah Allah tersebut ia akan mendapatkan haji yang mabrur, yang di antara tandanya adalah sepulang haji ia tidak akan mengulang maksiat, dosa-dosa yang lalu, ia akan tampil sebagai muslim yang shalih dan muslimah yang shalihah. Maka sebuah negara semakin banyak muslim dan muslimah yang taat, negara itu akan semakin aman makmur dan sentosa. Maksiat dan kemungkaran akan menepi, perjudian dan pencurian akan sepi, perzinaan dan pembunuhan akan mudah diatasi. Apalagi jika yang pergi haji adalah  pejabat tinggi negeri ini. Haji yang Mabrur  Sepulang haji yang kikir akan menjadi dermawan, yang kasar akan menjadi lembut  yang biasakan nya menyebar kejahatan berubah menebar salam. Itu semua manakala hajinya mabrur.

 

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah.

Demikianlah sekelumit tentang Jenis haji, semoga Allah menjadikan haji kita yang dahulu dan yang akan datang menjadi haji yang mabrur, dan semoga dijauhkan dari haji Prestisi yang hanaya maghrur (tertipu) tak bernilai dihadapan Allah.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ.

 

Khutbah Kedua dan doa

إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهَ وَسَلَّمْ تَسْلِمًا. أَمَّا بَعْدُ:

إِنَّ اللهَ وَمَلآَئِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِي يَآ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آَمَنُواْ صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُونَا بِالإِيْمَانِ وَلاَ تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلاًّ لِلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَآ إِنَّكَ رَءُوفُ رَّحِيْمٌ، رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ الْخَاسِرِيْنَ، رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَاْرحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا. رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

*)Kepala SD Muhammadiyah PK Banyudono Boyolali

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!