JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) telah merevitalisasi 97 bahasa daerah yang terancam punah. Revitalisasi yang telah dilakukan sejak 2021 hingga 2024 tersebut melibatkan 22,4 juta orang yang terdiri ataas pelajar, guru, mahasiswa dan masyarakat umum.
“Tahun lalu angkanya hanya 10,5 juta orang, berarti tahun ini penambahannya ada sekitar 12 juta orang,” kata Kepala Badan Bahasa E Aminudin Aziz pada Taklimat Media, Senin (16/12/2024).
Dari 22,4 juta partisipan dalam program revitalisasi bahasa daerah tersebut, 8 juta diantaranya adalah siswa lintas jenjang.
Aminudin mengakui upaya menghidupkan dan menyegarkan kembali bahasa daerah bagi penuturnya mendapat dorongan dari kalangan orang tua siswa, guru, pengawas sekolah, pegiat bahasa-sastra, budayawan, seniman, fasilitator, dosen, akademisi, ahli bahasa dan sastra, dan duta bahasa, serta perwakilan pemerintah daerah dan BUMN.
Menurut Aminuddin, revitalisasi bahasa daerah sangat penting dilakukan sepanjang ada penuturnya. Dengan cara seperti ini maka bahasa daerah akan terus menerus hidup dengan terus disegarkan agar penggunaannya tidak mengalami kemunduran.
Diakui Aminudin 718 bahasa daerah yang ada di Indonesia memang idealnya harus direvitaalisasi. Namun keterbatsan kemampuan Badan Bahasa membuat revitalisasi bahasa daerah tidak mungkin bisa menyasar semuanya.
Aminuddin menjelaskan urgensi revitalisasi bahasa daerah. Di mana bahasa daerah itu menyimpan khazanah kebudayan dan ilmu pengetahuan yang mungkin tidak bisa diekspresikan dalam bahasa yang lain. “Ada rasa dalam bahasa daerah itu yang tidak akan terungkap dalam bahasa lain. Ini yang tetap ingin kita pertahankan,” ucapnya.
Adapun 97 bahasa daerah yang direvitalisasi per 2024 berangkat dari pilihan masyarakat penuturnya. Ia mengatakan, sejumlah masyarakat juga menilai bahasa daerahnya tidak perlu direvitalisasi karena penuturnya yang tinggal sedikit.
“Tinggal beberapa puluh orang. Jadi daripada mereka bersusah payah, dan mereka juga bermigrasi ke kota, ya sudah akhirnya mereka menggunakan bahasa lain,” tandas Aminuddin.