31.7 C
Jakarta

Bangun Citra Radikal, Jamaah Tabligh Gadungan Dakwah dengan Paksaan

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Narasi radikalisme yang gencar dilakukan untuk menyudutkan umat Islam, ternyata diduga diikuti dengan gerakan dakwah dan penampilan fisik mirip Jamaah Tabligh (JT). Namun, JT gadungan itu melakukan dengan cara-cara memaksa  dan kasar layaknya debtcollector sehingga timbul kesan radikal.

“Di beberapa kelurahan di Jakarta, Medan, dan Surabaya mendadak muncul kehadiran kelompok tertentu berciri fisik berjenggot, celana cingkrang, baju gamis, dan seterusnya. Mereka mendatangi rumah warga, memaksa warga untuk mendengar ceramah mereka di masjid atau mushala,” bunyi peringatan yang tersebar di grup percakapan WhatsApp (WAG).

Aktivitas JT gadungan itu mulai terdetiksi pada Ahad (27/10/2019). “Analisa sementara, diduga mereka adalah binaan oknum atau elite politik yang sedang menjalankan operasi legitimasi isu radikalisme dengan memancing kemarahan warga untuk merusak citra Islam dan umat Islam,” lanjut pesan berantai itu.

Bahkan, disebutkan pula, ajakan paksa yang mereka lakukan menyasar juga ke kalangan non-muslim. Padahal, JT yang sesungguhnya hanya membujuk dengan persuasif umat Islam untuk mau shalat fardu berjamaah dan memakmurkan masjid dengan amalan-amalan sunnah Nabi Muhammad SAW.

Kepada warga yang menemukan kelompok ini dimohon untuk memotret wajah mereka, menanyakan identitas, alamat, ormasnya, dan buntuti sampai diketahui markasnya.

Sementara kepada JT yang murni, di zaman penuh fitnah ini diimbau untuk tetap istiqomah dan semangat dalam melaukan amar ma’ruf nahyi munkar. Dan, tetaplah berlemah-lembut terhadap siapapun yang ditemui.

Sekedar tahu saja, JT sendiri bukan nama resmi, sebab gerakan dakwah ini tidak berada dalam naungan organisasi. Julukan lainnya adalah jamaah jaulah (keliling) atau jamaah silaturahim. Bahkan, ada yang menyebutnya “jamaah kompor”, karena untuk kebutuhan makan mereka memasak sendiri.

Termasuk, biaya perjalanan dakwah mereka kemana pun dengan merogoh kocek sendiri. Mereka terbiasa dengan tantangan dakwah seperti dialami Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya; dicaci-maki, dianggap suka menelantarkan keluarga, dan menghabiskan harta untuk agama.

Tapi, tak sedikit pula yang memuji mereka. Pengikutnya beragam strata sosial dan ekonomi, yaitu mulai dari kaum melarat sampai konglomerat, preman bertato yang tobat sampai kaum terpelajar/santri/ustad, pengangguran hingga pejabat, orang kampung sampai perkotaan, dan orang awam hingga ulama.

Gerakan mereka sepi dari publikasi. Mereka tidak bicara kebesaran kecuali tentang  kebesaran Allah SWT. Manusia idola dan teladan mereka adalah Rasullullah SAW dengan sekuat tenaga menjalankan sunnah-sunnahnya dan berpatokan pada ajaran ahlussunnah wal jamaah serta menyatu dalam perbedaan mazhab.

Aturan main mereka dalam berdakwah antara lain tidak berbicara khilafiah, aib masyarakat, dan politik praktis. Hal ini demi kesatuan hati dan menghindari perdebatan tidak perlu antarjamaah serta warga yang ditemui. Mereka hanya saling mengajak untuk taat kepada Allah SWT dengan mencontoh Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya.

 

 

 

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!