JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) melalui Pusat Sains dan Teknologi Nuklir Terapan (PSTNT) memiliki fasilitas laboratorium hewan uji radioaktif. Laboratorium ini menjadi satu-satunya di Indonesia yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan senyawa bertanda dengan menggunakan hewan percobaan.
Kepala PSTNT, Jupiter Sitorus Pane mengatakan, laboratorium hewan ini sudah ada sejak 1979. Namun belum dilengkapi dengan fasilitas pengujian yang sesuai dengan standar, sehingga pemanfaatannya belum maksimal.
“Pada awalnya laboratorium ini hanya digunakan untuk melakukan kontrol terhadap produk radioisotop dan senyawa bertanda yang dihasilkan reaktor TRIGA 2000 dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik radioisotop dan senyawa bertanda melalui hewan percobaan dan beberapa uji praklinis sederhana,” kata Jupiter dalam siaran persnya, Senin (30/3/2020).
Sejak tahun 2019 dilakukan perbaikan tahap awal berbagai fasilitas laboratorium dan pada bulan Februari 2020 selesai dan siap dimanfaatkan.
“Pada perkembangannya, laboratorium ini digunakan untuk uji pra-klinis terhadap penelitian senyawa bertanda untuk diagnosis dan terapi kanker dan penyakit infeksi lainnya,” lanjut Jupiter.
Dikatakan Jupiter, laboratorium ini akan lebih ditingkatkan pemanfaatannya dengan mengacu pada standar yang ditetapkan internasional. Seiring dengan ditetapkannya PSTNT sebagai Pusat Unggulan Iptek di bidang senyawa bertanda dan radiometri, dan dengan dilengkapi laboratorium hewan ini, diharapkan PSTNT dapat menghasilkan produk penelitian senyawa bertanda dan radiometri yang teruji, unggul, dan terpakai oleh masyarakat.
Hal senada dikatakan peneliti BATAN bidang kedokteran hewan, Ahmad Kurniawan, laboratorium hewan uji ini fokus pemanfaatannya untuk penelitian dasar pengembangan senyawa bertanda mulai dari uji biodistribusi dan farmakokinetik pada hewan uji normal dan hewan dengan kanker serta infeksi.
“Laboratorium hewan uji radioaktif ini digunakan untuk melakukan penelitian dengan menggunakan hewan uji rodent (mencit dan tikus) dalam pengembangan radiofarmaka ataupun riset biomedis lainnya. Kegiatannya meliputi pembuatan hewan model kanker (cell line dan karsinogen), hewan model infeksi, implant tulang dengan material hasil iradiasi, model osteoporosis dan lain sebagainya,” kata Ahmad.
Karena keberadaan laboratorium hewan uji radioaktif ini satu-satunya di Indonesia, maka selain para peneliti BATAN, menurut Ahmad, laboratorium ini dapat juga dimanfaatkan oleh peneliti di luar BATAN baik dari perguruan tinggi atau lembaga litbang lainnya. Saat ini BATAN tengah menggodok kerja sama dengan stakeholder lain yakni Unpad, UGM, LIPI, ITB, BBLITVET Bogor dan Kementerian Kesehatan untuk kegiatan litbang yang membutuhkan fasilitas pemeliharaan dan penelitian terkait riset biomedis memanfaatkan teknologi nuklir.
Menurut Ahmad, laboratorium ini akan terus disempurnakan terutama dengan melengkapi fasilitas lain agar nantinya dapat digunakan untuk preclinical imaging menggunakan preclinical SPECT/PET/CT khusus rodensia yang saat ini Indonesia belum memilikinya serta terhubung dengan fasilitas laboratorium uji in vitro. Di laboratorium uji in vitro inilah BATAN memanfaatkan cell line kanker untuk diimplementasikan ke hewan model dan uji senyawa bertanda secara in vitro.
“Fasilitas laboratorium yang kami miliki saat ini meliputi ruang isolasi untuk mencit dan tikus, ruang breeding, ruang bedah dan tempat penyimpanan alat bahan. Setiap ruangan diisi kandang standar khusus rodent,” tutur Ahmad.
Untuk melengkapi fasilitas tersebut, kata Ahmad, laboratorium ini juga memiliki peralatan pengujian berupa meja bedah, alat bedah, mesin sterilisasi alat, mesin anastesi inhalasi khusus rodent dengan chamber khusus, restrainer khusus rodent, metabolic cage, timbangan analitik, Automatic Gamma Counter Wizard 2, dan freezer kadaver. Agar laboratorium hewan uji radioaktif ini berfungsi maksimal maka dalam pemanfaatannya diawasi dua orang dokter hewan yang memang fokus melakukan litbang in vitro dan in vivo terkait hewan uji untuk riset biomedis.
Ahmad berharap, laboratorium ini dapat dimanfaatkan secara maksimal baik oleh para peneliti termasuk dari luar BATAN.
“Dengan adanya laboratorium ini kedepannya semoga semakin banyak kolaborasi riset baik di dalam ataupun luar negeri. Fasilitas masih belum sempurna tetapi seiring berjalannya waktu dan komitmen pimpinan semoga menjadi salah satu lab hewan uji radioaktif yang terkemuka di Indonesia,” harap Ahmad.