JAKARTA, MENARA62.COM – Aktivitas Gunung Anak Krakatau yang terus meningkat membuat pemerintah meningkatkan kewaspadaan. Sejumlah langkah antisipatif mulai dilakukan seperti penyiapan pos pengungsian, dan layanan kesehatan.
Dikutip dari laman sehatnegeriku, beberapa kemungkinan akibat erupsi Gunung Anak Krakatau dibahas mendetil dalam rapat koordinasi kesiapan penanggulangan erupsi Gunung Anak Krakatau yang melibatkan sejumlah kementerian dan instansi serta pakar gunung berapi dan pakar tsunami.
Jika terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, diperkirakan massa material vulkanik mencapai 11 juta kilo meter kubik (mendekati volume erupsi tahun 1883). Kandungan silika material mencapai 52%, lebih rendah dari erupsi tahun 1883 yang mencapai 64%.
Selain itu, tsunami setinggi 4-5 meter melanda seluruh daratan Sumatera dan Jawa yang menghadap Selat Sunda dalam 20-30 menit dengan capaian 300-1000 meter daratan.
Peluang pengurangan risiko erupsi besar adalah kondisi fisik kaldera Gunung Anak Krakatau.
Dimana Gunung Anak Krakatau sudah terbelah dan terbuka ke arah Barat Daya pada saat erupsi tanggal 22 Desember 2018 lalu. Sehingga memungkinkan magma yang keluar saat ini langsung menyentuh air laut dan menimbulkan uap air yang sangat banyak. Kondisi ini diharapkan akan sangat menurunkan tekanan magma juga risiko tsunami.
Langkah antisipasi pemerintah akan segera menata ulang lokasi rawan tsunami pada radius 1.500 meter dari bibir pantai. Semua titik pengungsian dan layanan kesehatan harus di bangun pada jarak lebih dari 1.500 meter dari bibir pantai.
Kemenkes dan Kementerian Sosial akan memastikan fasilitas layanan kesehatan mana saja yang akan dijadikan rujukan, evakuasi korban, penataan ulang titik-titik pengungsian oleh pemerintah daerah termasuk sistem jalur logistik. Selain itu, BNPB dibantu TNI akan merencanakan pembuatan jalur jalur evakuasi.