JAKARTA, MENARA62.COM– Indonesia kaya akan ragam makanan tradisional. Tetapi hingga kini, belum ada pemain kuliner Indonesia yang mendunia sebagaimana halnya makanan-makanan khas Jepang dan Korea yang kini menjamur di Indonesia.
Dibanyak negara, kuliner khas Indonesia sebagian besar disatukan dengan kuliner dari Malaysia atau negara-negara Asia lainnya.
Karena itu Badan Ekonomi Kreatif mendorong pengusaha kuliner Indonesia untuk mulai merambah pasar luar negeri.
“Kita belum menemukan pemain kuliner yang mau main di luar negeri, padahal potensinya sangat besar,” kata Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf saat menjadi pembicara kunci pada pelantikan pengurus DPP Asosiasi Perusahaan Jasaboga Indonesia (APJI) periode 2019-2024, Senin (18/3).
Menurutnya, kuliner khas Indonesia tidak hanya menjadi solusi bagi orang-orang Indonesia yang tinggal di luar negeri atau berkunjung ke luar negeri. Turis asing yang pernah berkunjung dan menikmati menu makanan Indonesia sering merindukan makanan khas Indonesia di negeri mereka.
“APJI harus bantu identifikasi kuliner khas Indonesia yang berpotensi besar untuk dikembangkan dan bisa mendunia,” tambah Triawan.
Untuk membuka usaha kuliner di negara asing, diakui Triawan memang tidak mudah. Karena aturan dan standar kuliner di banyak negara sangat ketat. Terutama di negara-negara maju.
Salah satu solusinya adalah bekerjasama dengan diaspora Indonesia. Kaum akademisi asal Indonesia yang sudah lama bermukim di negara asing, tentu mengetahui seluk beluk dan tata aturan membuka usaha di negara dimana mereka bermukim.
Selain belum banyaknya kuliner atau restoran khas Indonesia di negara asing, hal lain yang perlu mendapatkan perhatian APJI adalah soal kebersihan dan standar produk kuliner Indonesia. Belum semua pengusaha kuliner memberikan perhatian besar pada kebersihan dan standar produknya.
“Padahal masalah kebersihan dan standar produk itu menyangkut citra dan nama baik kuliner Indonesia.,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Umum APJI Irwan Iden Gobel mengakui hingga kini persoalan kebersihan dan standar produk kuliner Indonesia masih menjadi persoalan yang harus segera diatasi APJI. Karena itu, pihaknya akan bekerjasama dengan Bekraf untuk mengedukasi pelaku industri kuliner terkait kebersihan dan standar produk.
“Kita akan perbanyak edukasi kepada pelaku industri kuliner untuk memperbaiki citra produk. Kita juga akan perbanyak pelatihan bekerjasama dengan dinas kesehatan dan instansi terkait lainnya,” jelas Irwan.
Diakui hingga kini belum semua pelaku usaha kuliner baik kuliner mikro, pengusaha besar dan pengusaha catering mau bergabung dengan APJI. Tetapi ke depan, APJI akan merangkul mereka untuk memudahkan melakukan pembinaan dan pelatihan kepada pengusaha industri kelas mikro.
APJI yang kini berubah nama menjadi Perkumpulan Penyelenggara Jasaboga Indonesia dibawah kepemimpinan Irwan bahkan akan menambah kantor cabang (DPD) di 10 propinsi, sehingga nantinya APJI ada di semua propinsi.
“Sekarang kita ada di 24 propinsi. Kepengurusan APJI tahun 2019-2024 berencana membuka 10 kantor DPD lagi di 10 propinsi,” kata Afrinaldi, Sekjen DPP APJI.
Untuk 100 hari pertama kepengurusan, APJI berjanji akan memperbanyak pelatihan bagi para pengusaha kuliner di daerah-daerah. APJI juga akan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang dihadapi pengusaha kuliner di lapangan.
Sedang jangka panjang, selain memperbanyak promosi juga memperbanyak bazaar atau festival yang menyajikan produk-produk unggulan kuliner Indonesia.
“Terutama soal standar produk, kita benar-benar akan memberikan perhatian besar melalui pelatihan dan edukasi secara rutin kepada pelaku industry kuliner,” tandas Afrinaldi.
Selain itu APJI kata Tata Indra Yatna, Wasekjen 1 APJI akan melakukan pendataan anggota. Ini penting untuk mempermudah pembinaan terhadap anggota APJI.