32.9 C
Jakarta

Belajar dari Covid-19 di India, Gubernur Anies: Pelonggaran Ibadah Jangan Kendorkan Prokes

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengimbau kelonggaran aturan beribadah di masjid selama pandemi Covid-19 harus tetap disertai penerapan protokol kesehatan secara ketat. Hal tersebut disampaikan Gubernur Anies pada Webinar yang digelar RS Premier Jatinegara bertema Belajar Dari India – Babak Baru Virus COVID 19 , Siapkah Kita ?”, Senin (10/5/20021).

“Tahun ini kita mendapatkan nikmat dari Allah bisa menjalankan kegiatan beribadah di masjid walaupun dibatasi kapasitasnya 50 persen dan semuanya harus mengikuti prokes yang ketat,” kata Gubernur Anies.

Menurut Anies, meski ada pelonggaran aturan pembatasan sosial, masyarakat harus tetap waspada. Prokes jangan sampai kendor selama pandemi Covid-19 masih melanda tanah air.

Ia mengimbau masyarakat ikut peduli untuk menahan laju penularan Covid-19. Jangan sampai usaha yang telah dilakukan bersama-sama selama lebih dari satu tahun termasuk vaksinasi Covid-19 menjadi sia-sia.

“Kita tahu saat ini masih kondisi pandemi apalagi ada varian-varian dari Sars-coV-2 yang mulai terlihat muncul di dalam negeri,” lanjutnya.

Gubernur Anies juga meminta masyarakat tidak gegabah beraktivitas di ruang publik. Lebih baik menahan diri di masa Ramadhan yang tinggal dua hari lagi berakhir.

Senada juga dikemukakan Ketua Badan Perubahan Perilaku Satgas Penanganan Covid-19 Sonny Harry B Harmadi. Dalam paparannya ia mengingatkan larangan mudik Lebaran semata-mata untuk menghambat penularan Covid-19.

“Berkaca dari pengalaman India yang lengah, melonggarkan aturan, lalu terjadi ledakan kasus pada April lalu,” kata Sonny.

India kini mencatat 21 juta penduduknya terkena Covid-19, peringkat kedua dunia setelah Amerika Serikat. Saat ini tambahan kasus baru di India mencapai 409 ribu kasus dengan angka kematian lebih dari 4000 orang.

Sonny mengatakan Indonesia tentu tidak ingin seperti India. Karena itu larangan mudik Lebaran semestinya ditaati oleh masyarakat sebagai bentuk dukungan terhadap upaya pemerintah mengatasi pandemi.

Menurut Sonny, penyekatan mobilisasi masyarakat melalui mudik Lebaran dinilai perlu mengingat data tahun 2020 menunjukkan peningkatan angka Covid-19 yang sidnifikan dari 4 momen libur panjang. “Februari 2021 setelah liburan natal dan tahun baru, terjadi penambahan kasus yang sangat signifikan. Waktu itu kasusnya mencapai 176 ribu kasus, angka kematian meningkat 37-119 persen dan kita sudah kewalahan mencari rumah sakit. Jadi ini perlu kita perhatikan,” tambahnya.

Salah satu kuncinya selain menerapkan prokes dengan ketat adalah mengendalikan mobilisasi penduduk melalui momen Idulfitri. Karena pada momen Idulfitri, mobilisasi penduduk di Indonesia sangat tinggi. Puluhan juta orang mudik ke kampung halaman.

Sonny mengakui upaya-upaya pengendalian Covid-19 di Indonesia salam 3 bulan terakhir ini menunjukkan situasi yang terus membaik. Positivity rate turun dari 27 persen ke angka 11 sampai 12 persen. Jumlah kasus juga mulai turun dari 176 ribu kasus aktif menjadi 98 ribu kasus aktif.

Data dunia mencatat Indonesia peringkat 19 dalam hal penanganan kasus Covid-19. Angka tersebut menunjukkan bahwa upaya penanganan wabah di Indonesia tergolong cukup baik.

Sementara itu  Prof dr Menaldi Rasmin Sp. P(K) Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi (Paru) yang aktif melayani pasien di RS Premier Jatinegara mengingatkan setelah terjadi peningkatan kasus Covid-19 di India, beberapa negara di sekitarnya juga mulai terancam seperti Srilanka, Thailand dan lainnya. Sehingga meski penanganan Covid-19 di Indonesia cukup berhasil, kondisi tersebut tidak boleh membuat kita lengah.

“Peningkatan kasus Covid-19 diprediksi akan melanda negara di kawasan Asia Tenggara. Itu sebabnya Indonesia harus waspada,” kata Prof Menaldi.

Menurutnya Covid-19 tidak boleh dianggap enteng meski jumlah penderita yang berhasil sembuh termasuk tinggi. Karena berdasarkan laporan, 63,5 persen pasien Covid-19 mengalami gejala-gejala seperti muncul nyeri dada, masalah di saluran pencernaan, jantung, mengalami lemas dan alinnya pasca sembuh dari Covid-19.

“Sehingga pasca serangan Covid-19, tetap masih membutuhkan layanan kesehatan. Dan kita harus siapkan itu,” tutupnys.

Ia mengingatkan menerapkan prokes secara ketat seperti memakai masker, rajin cuci tangan, menjaga jarak aman tidaklah cukup untuk mengendalikan Covid-19. Perlu upaya-upaya lain agar penularan Covid-19 di Indonesia bisa diatasi, salah satunya pelarangan mudik Idulfitri 1442 H.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!