30 C
Jakarta

Belajar Karya Seni Dekoratif, Murid SD Muhammadiyah PK Kottabarat Praktik Membatik di Kampoeng Batik Laweyan

Baca Juga:

 

SOLO, MENARA62.COM – Sejumlah 82 murid kelas III SD Muhammadiyah Program Khusus Kottabarat Surakarta mengikuti kegiatan outing class di Kampoeng Batik Laweyan, Rabu (23/8/2023).

Mengambil tema “Mengenal Karya Seni Dekoratif Melalui Teknik Membatik”, kegiatan ini selaras dengan pembelajaran Seni Budaya dan Prakarya (SBdP) KD 3.1 mengetahui unsur-unsur seni rupa dalam karya dekoratif.

Eka Pratiwi Nugrahini, selaku guru SBdP, menyampaikan kegiatan outing class merupakan salah satu program kelas III yang sudah direncanakan pada awal tahun ajaran 2023/2024.

“Kegiatan ini bertujuan memberikan keterampilan dan keahlian dasar murid sebagai sarana menumbuhkan kreativitas. Selaras dengan penerapan Kurikulum Merdeka, kegiatan outing class ini dapat dijadikan metode pembelajaran yang menyenangkan untuk menambah pengetahuan tentang sejarah, budaya, serta kearifan lokal,” jelasnya.

Kegiatan outing class diawali dengan sambutan dari pihak pengelola Kampoeng Batik Laweyan, Syifaul Karim.

Pengelola Kampoeng Batik Laweyan, Syifaul Karim menceriterakan sejarah berdirinya Kampoeng Batik Laweyan yang merupakan kampung batik tertua di Indonesia.

Dalam sambutannya, ia menjelaskan terciptanya ragam batik di Indonesia serta sejarah berdirinya Kampoeng Batik Laweyan yang merupakan kampung batik tertua di Indonesia.

“Batik perlu dilestarikan karena seni membatik memerlukan ketelitian dan kesabaran dalam membuatnya. Proses awal pembuatan batik tulis mempengaruhi hasil akhirnya, semakin rapi hasil lukisan semakin bagus pula proses pewarnaanya,” jelasnya saat memberikan sambutan.

Selanjutnya, murid dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil. Setiap kelompok terdiri dari 4 murid. Proses membatik dimulai dengan melukis menggunakan malam. Berbekal canting dan kain mori ukuran 35 cm x 35 cm, murid mulai membubuhkan malam di atas motif lukisan yang telah disediakan pihak Kampoeng Batik Laweyan.

Tahap selanjutnya adalah pewarnaan. Proses ini sangat menyenangkan karena para murid diberi kebebasan untuk mengkombinasikan warna sesuai kreativas yang diinginkan. Pewarna yang digunakan terdiri 4 warna primer, yaitu hijau, kuning, biru, dan merah. Proses inilah yang nantinya akan menentukan keindahan batik tulis yang dibuat.

Tahap terakhir adalah proses penjemuran di bawah sinar matahari. Proses ini membutuhkan waktu yang lama karena sebelum proses pencelupan NaCl kain harus dipastikan dalam keadaan kering.

Ratih Laila Rahmawati, selaku koordinator kelas III, menjelaskan untuk proses nglorot atau merebus kain pada air mendidih yang sudah dicampur dengan baking soda tidak dipraktikkan para murid.

“Hasil kreativitas membatik akan dikirim ke sekolah tiga hari setelah kegiatan ini berlangsung. Tentunya para murid tak sabar menunggu hasil praktik kegiatan membatik hari ini,” terangnya.

Salah satu murid kelas III, Attiyah Dzikirya, mengungkapkan rasa ketertarikannya mengikuti kegiatan outing class kali ini.

“Seru sekali, baru pertama kali aku melukis kain mori menggunakan canting tulis sebagai alat bantu untuk melekatkan cairan malam di kain. Di akhir sesi kita juga diajak berkeliling melihat galeri batik dari masa ke masa,” ungkapnya. (*)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!