Salah satu sifat buruk manusia adalah senang bicara susah mendengar. Sebagian besar kita lebih senang untuk diperhatikan daripada memperhatikan. Ironisnya, hal ini lazim kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari.
Betapa sering kita jumpai dalam pergaulan sehari-hari, orang-orang yang selalu mendominasi pembicaraan, seolah hanya ucapan serta kata-kata merekalah yang paling penting, sedangkan apa yang dibicarakan orang lain dianggap tidak penting. Mereka ini, orang-orang yang selalu mendominasi dalam percakapan biasanya suka memotong pembicaraan lawan bicaranya. Singkatnya, mereka ini senang bicara, tetapi susah mendengar.
Padahal Rasulullah Saw. mengajarkan kepada kita bagaimana sikap terbaik ketika berbicara dengan orang lain. Dalam banyak riwayat disebutkan, bahwa ketika berbicara dengan orang lain, Rasulullah Saw. tidak pernah mendominasi pembicaraan, bahkan beliau lebih sering mendengar penuh perhatian dengan menatap mata orang lawan bicaranya. Beliau tidak pernah memotong pembicaraan. Beliau benar-benar mendengarkan dengan seksama pembicaraan lawan bicaranya hingga ia menyelesaikan ucapannya.
Berikut penulis kutipkan sebuah kisah yang menunjukkan betapa Rasulullah Saw. adalah seorang pendengar yang baik:
Ketika Rasulullah Saw memulai dakwahnya secara terang-terangan, sebagaian besar masyarakat Quraisy merasa khawatir dan cemas. Mereka berusaha menghalang-halangi dengan berbagai cara untuk menggagalkan dakwah Rasulullah Saw. Salah satu cara yang digunakan adalah melalui jalur negosiasi. Maka diutuslah Utbah bin Rabi’ah yang terkenal piawai dalam bernegosiasi untuk menemui beliau.
Ketika tiba di kediaman Rasulullah Saw dan dipersilakan duduk di sebelah beliau, Utbah memulai pembicaraannya: “Wahai anak pamanku, sesungguhnya engkau mengetahui kedudukanmu ditengah-tengah kaummu. Engkau telah memecah belah mereka. Engkau mencaci maki Tuhan-tuhan mereka. Dan engkau kafirkan nenek moyang mereka. karena itu dengarkanlah kata-kataku. Aku akan menyampaikan sejumlah tawaran, mudah-mudahan engkau berkenan menerima sebagiannya.”
Rasulullah Saw kemudian berkata, “Wahai Abdul Walid, katakanlah, aku akan mendengarnya”. Lalu Utbah bin Rabi’ah menyampaikan panjang lebar segala tawarannya.
Ketika selesai, Rasulullah SAW bertanya, “sudah selesaikah pembicaraanmu wahai Abdul Walid?” Ia pun menjawab, “sudah.” Rasulullah SAW. kemudian berkata, “Sekarang dengarlah kata-kataku.” Utbah pun menjawab, “silakan.” Lalu beliau membacakan beberapa ayat dari surah Fushshilat, sampai pada akhirnya beliau membaca ayat sajadah (ayat 37), yang artinya , “Dan sebagian tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari, dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.”
Setelah membaca ayat tersebut, Rasulullah Saw pun bersujud. kemudian beliau berkata kepada Utbah, “Engkau telah mendengarkannya dan kini silakan tentukan sikapmu.”
Mendengar penjelasan Rasulullah SAW. disertai dengan bacaan ayat suci Al-Qur’an tersebut, hati Utbah pun terketuk. Ia segera bangkit dari tempat duduknya, lalu permisi undur diri. Setibanya Utbah di tengah kaumnya, ia segera meminta agar kaumnya memanggil Muhammad SAW. dengan sebutan Rasulullah. Namun kaumnya tetap enggan. Mereka malah berkata, “ia telah menyihirmu dengan ucapannya.”
Dari riwayat di atas dapat dipahami betapa Rasulullah SAW. begitu sabar mendengar setiap kata-kata yang disampaikan oleh lawan bicaranya hingga selesai. Rasulullah tidak memotong pembicaraan. Beliau baru berbicara ketika lawan bicaranya sudah menuntaskan ucapannya.
Dengan sikap demikian, maka setiap orang yang berbicara dengan Rasulullah SAW, merasa bahwa dia merasa benar-benar diperhatikan oleh Rasulullah SAW.
Demikian juga seharusnya sikap kita terhadap orang lain yang tengah berbicara dengan kita. Perhatikan dengan baik kata-katanya, tatap matanya, jangan potong pembicaraannya. Hanya dengan cara seperti inilah komunikasi akan berjalan dengan baik. Walhasil, pergaulan pun akan terasa menyenangkan.
Ruang Inspirasi, Senin, 24 Februari 2020.