BELIANA Palestina yang akrab dipanggil Bella sejak kecil terbiasa hidup dilingkungan pendidik dan guru. Sebagian besar keluarganya adalah guru. Itu barangkali yang membuat mahasiswa program studi Pendidikan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka (UHAMKA) memutuskan untuk merintis jalan profesi guru.
Perjalanan panjangnya pun dimulai ketika ia mendaftar kuliah di UHAMKA. Mengapa UHAMKA? Satu-satunya alasan adalah inspirasi dari dua kakaknya, yakni kakak kandung dan kakak sepupu. Kedua saudaranya itu kebetulan mengajarnya saat Bella duduk di bangku SMP. Hebatnya kedua guru sang inspirator itu lulusan UHAMKA.
Cara mengajar yang enak, mudah dimengerti dan sistematis membuat Bella jatuh hati. Alhasil, ia pun memilih UHAMKA sebagai kampus untuk menempuh pendidikan calon guru.
Keputusan kuliah di UHAMKA tersebut mendapat dukungan penuh dari kedua orangtuanya. Sebagai seorang gadis, Bella memang tergolong jarang keluar rumah. Entah untuk bermain ke rumah teman atau sekedar kongkow di mall layaknya remaja lain.
“Saya memilih tinggal di rumah dan mengerjakan apa saja. Makanya saya tidak banyak mengenal dunia lain, tak banyak kenal jalan,” katanya.
Bella mengakui sang ayah adalah orang yang paling khawatir jika ia pergi merantau terlalu jauh. Sebagai anak bungsu dari dua bersaudara, sikap orangtuanya tersebut dianggapnya wajar. Maka ketika niatnya melanjutkan pendidikan di UHAMKA, kedua orangtuanya langsung setuju.
Gadis lulusan SMA Negeri 3 Tangerang tersebut sengaja memilih prodi pendidikan Bahasa Inggris. Selain hobinya terhadap bahasa Inggris, keinginannya menjadi guru menjadi motivasi lainnya memilih prodi tersebut.
Bella memang beruntung. Memilih UHAMKA tidak hanya membuka jalan menuju profesi yang dicita-citakan. Dalam perjalanan selanjutnya, UHAMKA ternyata memberikan banyak nilai lebih dibanding kampus-kampus lain bahkan kampus negeri sekalipun.
Kesan pertama yang membuatnya merasa berjodoh di UHAMKA adalah ketika berhadapan dengan para dosen dan pegawai. Bayangan bahwa dosen posisinya selalu berada ‘diatas’ mahasiswa langsung sirna. Karena dosen-dosen UHAMKA ternyata begitu bersahabat.
“Bahkan ada seorang dosen yang sudah seperti teman sendiri, tak sekedar ngajar, bisa jadi teman ngobrol dan curhat,” tambahnya.
Kurikulum tersusun rapi
Gadis kelahiran Bogor 9 Desember 1996 tersebut memang belum pernah kuliah di kampus lain. Tetapi ia sering bertukar pikiran dan pengalaman dengan teman-teman SMA yang kebetulan kuliah di pendidikan guru. Dari tukar pikiran itulah Bela makin memahami bahwa UHAMKA memang benar-benar menjadi kampus professional dalam mendidik calon-calon guru.
“Ya, kurikulumnya menurut saya tersusun dan terkonsep dengan baik, sangat baik. Jadi setiap mata kuliah disusun berdasarkan tingkatan atau stage yang sesuai. Dengan cara demikian maka setiap mahasiswa tidak perlu dibuat bingung atau pusing,” kata mahasiswa semester akhir tersebut.
Hal menarik lainnya pada system perkuliahan di UHAMKA adalah adanya magang 1, 2 dan magang 3. Program magang atau praktek kerja lapangan (PKL) di kampus lain dilakukan langsung di lapangan pada semester 7. Tetapi tidak demikian di UHAMKA.
Di kampus yang terletak di bilangan Pasar Rebo, Jakarta Timur tersebut, mahasiswa dikenalkan dengan program magang 1, 2 dan magang 3. Pada level magang 1, mahasiswa diajak mengenali lingkungan sekolah dimana ia akan PKL (praktik kerja lapangan) atau praktik mengajar.
“Program magang 1 dan 2 ini kita diberi kesempatan mempelajari sekolah dari awal, kita diberi kesempatan mengenal sisi yang umum hingga lebih detail. Misal di magang 1, calon guru datang ke sekolah untuk mempelajari sekolah dan kultur di sana dan itu sangat membantu kita sebagai calon guru. Karena mengetahui sekolah di mana kita akan mengajar itu penting,” tukas Bella.
Pada magang 2, mahasiswa jelas Bella, lebih spesifik berkecimpung dan belajar mengenai kurikulum serta mengoperasikannya.
“Jadi kita mengubek-ubek apa saja yang akan kita lakukan sebelum ngajar. Dan disitu saya baru tahu bahwa menjadi guru adalah luar biasa. Tidak sekedar mengajar tetapi juga membutuhkan kecakapan merancang dan itu jelas membutuhkan pikiran,” lanjutnya.
Dengan melewati proses magang 1 dan magang 2, menurut Bella, seorang mahasiswa menjadi lebih paham dan siap saat terjun pada PKL. Mahasiswa sudah tahu apa dan bagaimana mengajar itu, apa dan bagaimana menjadi guru yang baik.
Belajar ahlak
UHAMKA diakui Bella tidak sekedar menawarkan ilmu dunia. Di kampus ini, ia juga belajar ahlak dari berbagai mata kuliah keagamaan.
“Jangan salah, di UHAMKA manners juga diajarkan lho. Mata kuliah keagamaan ini membuat mahasiswanya juga ikut memperdalam ilmu agama mereka. Seperti yang kita ketahui, zaman sekarang sudah minim sekali moral. Maka dari itu sangat lah beruntung saya bisa belajar agama dan pendidikan secara bersamaan,” kata Bella.
Untuk menguji pemahaman kita tentang agama, UHAMKA juga menyelenggarakan tes AIKA. Dimana tes ini merupakan puncak dari ujian mata kuliah keagamaan yang dipelajari setiap mahasiswa.
Tes AIKA sekilas memang seram dan menegangkan. Tetapi nyatanya tidak. Bella mengatakan bahwa pengujinya baik-baik, setiap mahasiswa diberi kesempatan untuk membaca ulang jika keliru atau lupa jawabannya. Tes ini membuat mahasiswa yang tadinya mungkin kurang rajin, jadi semakin rajin beribadah.
Apakah seusia mahasiswa masih perlu belajar tajwid? Disini Bella makin memiliki komunitas dan lingkungan yang tepat untuk kembali belajar tajwid. Hal yang mungkin tidak lumrah dipelajari seusia mahasiswa dizaman seperti sekarang ini.
“Mungkin seusia mahasiswa ada yang merasa malu belajar tajwid. Tapi dengan adanya tes AIKA, bisa membuat mahasiswa belajar lagi mengenai ilmu yang dipelajari sewaktu kecil ini. Bahkan ada beberapa yang belum pernah belajar tajwid, jadi menguntungkan sekali untuk yang kuliah di UHAMKA, dapat ilmunya double-double,” tutup Bela.
Sebelum kuliah di UHAMKA, Bella tergolong sarat prestasi. Diantaranya pernah menjadi Wakil 1 Nong Kabupaten Tangerang tahun 2014, lolos 10 Top Nong Propinsi Banten pada tahun yang sama.
Dibidang pageant, gadis dengan tinggi tubuh 168 cm tersebut pernah menjadi altet bola voli propisni Jawa Barat pada ajang O2SN tahun 2010.
Menginjak kuliah, ia dipercaya menjadi Duta Promosi Prodi Pendidikan Bahasa Inggris UHAMKA dari tahun 2018 hingga 2019 serta mendapatkan beasiswa.
Ia berharap, selepas dari UHAMKA bisa menjadi guru Bahasa Inggris yang baik, guru yang diidolakan oleh anak muridnya, guru yang mampu mengelola kelas, mengelola sekolah dan mengantarkan setiap siswanya menjad pribadi yang mandiri dan sukses.
Sukses ya Bella….