Oleh : JATIEM, M.A *)
SURABAYA, MENARA62.COM – Kadang pertanyaan itu muncul dan menggelitik di benak kita, kadang pula pertanyaan itu terdengar dari teman-teman kita, sehingga kita makin penasaran untuk mencari jawabannya. Yang jelas bencana alam itu musibah bukan nikmat. Tetapi sebagai orang yang beriman kita kembali kepada siapa yang membuat sebuah musibah itu, bila mendapat musibah mesti kita harus bersabar dan bila mendapat nikmat harus bersyukur. Lantas bagaimana kalau bencana alam itu dikaitkan dengan tiga kata tersebut, ujian, peringatan, atau azab ( hukuman ) inilah yang perlu kita putar otak, agar menemukan jawabawan yang tepat .
Banyak kisah atau peristiwa yang terjadi pada kaum terdahulu yang termaktub dalam ayat -ayat suci Al Qur’an yang menceritakan tentang bagaimana mereka diazab oleh Allah Swt , baik hujan batu, banjir besar, likuifaksi dikubur hidup hidup setelah tanah yang diinjak asalnya menganga kemudian menutup seketika, angin kencang yang memporak porandakan bangunan sekitarnya, udara sangat dingin dan sangat panas dan lain sebagainya. Hal tersebut dikarenakan mereka telah berbuat kerusakan di muka bumi, berbuat dholim dan selalu mendustakan ayat-ayatNya.
Terkadang kita bertanya juga, kenapa musibah itu tak henti-hentinya terjadi di negeri kita ini, padahal negeri kita ini mayoritas muslim tiap tahun ratusan ribu orang melaksanakan ibadah haji pada saat waktu normal, jama’ah pengajian semarak, yang hafal Al Qur’an ribuan, tiap hari minimal lima waktu jutaan umat muslim sholat jama’ah, setiap hari rajin membaca Al Qur’an, bangunan masjid di mana-mana, istighosah selalu, berdoa setiap saat tapi seakan tak pernah berhenti dan bencana terus terjadi di mana-mana. Apa yang salah dengan kita ? Kalau menyimak kisah-kisah dalam Al Qur’an, apa mungkin para pemimpin banyak dosa, apa mungkin wakil rakyatnya sudah tidak peduli nasib rakyatnya, apa mungkin para pemimpin sudah silau oleh kekuasaannya dan sekedar ingin mempertahankan untuk periode berikutnya. Apa mungkin para ulama sudah lupa ilmunya dan sibuk dengan aksesori penampilannya. Apa mungkin orang kaya makin serakah, atau mungkin juga rakyatnya makin jauh dari agama dan kemaksiatan makin merajalela di mana-mana.( salah satu tulisan Agos Musthofa dalam bukunya Menghindari Abad Bencana )
Kalau mengacu pada judul di atas, kita sebagai orang yang beriman tentu menyikapi bencana yang terjadi saat ini sebagai ujian sekaligus peringatan agar dapat menjadikan ibroh atau pelajaran bagi kita sehingga kita lebih dekat kepada Allah dan berusaha untuk melaksanakan segala perintahNya, menjauhi atas segala larangannya. Dan tentunya bencana yang terjadi itu menjadi Azab atau hukuman bagi orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Allah, dan berbuat dholim serta selalu membuat kerusakan di muka bumi sebagai balasan atas segala perbuatannya.
Bagaimana kita menyikapi bencana tersebut, apakah kita anggap sebagai cobaan atau ujian saja, sehingga kita tidak perlu duka lara yang berkepanjangan, atau kita anggap hal ini sebagai gejala alam biasa, atau kita perlu mengintropeksi diri, jangan-jangan ini merupakan peringatan keras dari Allah.Swt , semua tergantung pada kepekaan kita dalam menangkap dan memaknai sebuah masalah dan juga kemampuan melihat sisi positif hadirnya masalah tersebut. Sebab di setiap peristiwa biasanya selalu ada hikmah dan pelajaran di dalamnya.
Bagi orang-orang yang beriman, mereka pasti bisa mengambil hikmah dibalik peristiwa yang terjadi di sekitarnya, hikmah tersebut bakal menjadi pelajaran yang amat berharga untuk menghadapi masalah ke depan serta senantiasa meningkatkan kedekatan dengan Allah Swt. Demikian pula dalam bencana selalu ada hikmah dan pelajaran, hanya orang-orang yang lalai saja yang tidak bisa mengambil pelajaran dibalik peristiwa-peristiwa yang ada. Hal Itu tergantung bagaimana kita mensikapinya, Semoga Allah Swt senantiasa melindungi kita dari mara bahaya yang ada di sekitar kita .Wallahu a’lamu bisshowab, semoga bermanfaat.Aamiin.
*)Kepala SD Muhammadiyah 29 FDS Surabaya