28.2 C
Jakarta

Berhasil Dalam Pengembangan Panas Bumi, PT Supreme Energy Dapat Penghargaan Lifetime Achievement Award

Baca Juga:

MENARA62.COM – Pengembangan panas bumi (geothermal) merupakan usaha yang beresiko tinggi dan membutuhkan waktu penyelesaian yang sangat panjang. Sebagai contoh adalah apa yang dikerjakan PT Supreme Energy di PLTP Muara Laboh di Sumatera Barat dan PLTP Rantau Dedap di Sumatera Selatan yang sangat sulit dan beresiko tinggi serta memerlukan waktu penyelesaian masing-masing 12 tahun dan 13 tahun mulai dari survei 3G sampai dengan tercapainya operasi secara komersial.

Karena hasil explorasi yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kedua proyek tersebut hanya menghasilkan tenaga listrik kurang dari setengah dari yang direncanakan semula.

Permasalahan utama yang menyebabkan lambatnya pengembangan panas bumi adalah adanya gap antara kelayakan keekonomian investasi dengan kebijakan Pemerintah yang menekankan pada harga energi yang “affordable”.

Disampaikan Founder dan Chairman PT Supreme Energy, Supramu Santosa penghargaan Lifetime Achievement Award dari Asosiasi Panasbumi Indonesia – Indonesian Geothermal Association (API-INAGA) ini ia terima pada acara The 8th Indonesia International Geothermal Convention & Exhibition 2022 di Jakarta, pada Rabu (14/9/2022).

“Penghargaan tersebut diterima kita terima berkat sumbangsih PT Supreme Energy dalam pengembangan industri panas bumi di Indonesia selama ini,”ungkapnya, Senin (19/9/2022) dalam siaran persnya didampingi Humasnya Jhanson Parliatan.

Kemudian, Supramu menyampaikan ucapan terima kasih atas penghargaan tersebut kepada semua pihak akan kerjasama dalam pengembangan panas bumi.

“Penghargaan ini merupakan apresiasi untuk para partner dan seluruh karyawan PT Supreme Energy yang sudah berjuang bersamanya dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia melalui segala tantangan berat dan panjang. Maka itu, ucapan terima kasih atas semua suport dan dukungan itu,”ucapnya.

Selanjutnya Supramu menyarankan agar API-INAGA bersama sama investor/pengembang dan Pemerintah harus bekerja bersama mencari solusi atas permasalahan yang ada, yaitu mencari titik temu antara keekonomian investasi PLTP dan harga listrik yang lebih ‘affordable’. Kontribusi PLTP jangan hanya dilihat sebagai sumber energi yang handal tapi harus dilihat secara utuh seperti kontribusi terhadap lingkungan dan pembangunan ekonomi daerah.

“Kami telah melewati waktu 12-13 tahun dengan penuh semangat dan keyakinan bahwa panas bumi adalah suatu kebutuhan mutlak untuk mendukung ketahanan energi nasional dimasa yang akan datang” pungkasnya. (//)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!