31.7 C
Jakarta

Berkah Melimpah Ruah

Baca Juga:

Setiap manusia pasti menginginkan kehidupan yang baik. Dalam bahasa ‎agama, kehidupan yang baik adalah kehidupan yang berkah. Ya, berkah yang ‎melingkupi seluruh aspek kehidupan. Berkah rezekinya, berkah ilmunya, ‎berkah keluarganya, berkah segala-galanya.‎

Pertanyaannya kemudian, apa sebetulnya yang disebut dengan berkah ‎itu?‎

Kata berkah adalah kata serapan dari bahasa Arab, Al-Barakah. Dalam ‎sejumlah kamus Bahasa Arab dijelaskan bahwa kata barakah mengandung ‎arti: kebahagiaan, berkembang, tumbuh, bertambah, dan kebaikan. ‎

Kata barakah selalu dikaitkan dengan konteks agama. Al-Qur’an ‎menyebut kata ini sebanyak dua kali dan selalu dalam bentuk jamak, ‎barakaat, tidak dalam bentuk mufrad (tunggal), barakat, seperti terdapat pada ‎Q.S. 7: 96, dan Q.S. 11: 48, yang kemudian diterjemahkan menjadi berkah ‎‎(dalam jumlah yang besar/banyak). ‎

Dalam Kamus Lisan al-‘Arab dijelaskan bahwa kata ‘barakah’ berasal ‎dari gambaran tentang unta yang mendekam. Orang Arab biasa mengatakan ‎ba-ra-ka al-ba’ir, unta itu mendekam. Biasanya, ketika unta kekenyangan ‎setelah makan, ia segera menekuk lututnya untuk kemudian mendekam ‎dalam waktu yang lama. Pengertian ini kemudian berkembang, bahwa setiap ‎yang “mendekam” dan “menetap” dalam waktu lama diungkapkan dengan ‎kata ba-ra-ka. Sehingga kata al-barakah kemudian diartikan dengan khairat ‎tsabitah, kebaikan (nikmat) yang “menetap”. ‎

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata ‘berkah’ didefinisikan ‎dengan “karunia Tuhan yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan ‎manusia”. ‎

Ulama

Para ulama mendefinisikan makna al-barakah dengan kalimat yang ‎berbeda, tetapi memiliki hakekat makna yang sama. Ibnu Abbas, misalnya, ‎menjelaskan makna al-barakah sebagai al-katsrah fi kulli khair, keberlimpahan ‎pada setiap nikmat yang baik. Ar-Raghib Al-Asfahany mendefinisikan berkah ‎dengan tetapnya kebaikan Allah terhadap sesuatu. Sedangkan Ibn al-Qayyim ‎Al-Jauziyah mendefinisikan berkah sebagai kenikmatan atau kebaikan yang ‎banyak dan terus menerus. Al-Zarqani juga mengutip pandangan ulama-‎ulama bahwa al-barakah adalah al-ziyadah min al-khair wa al-karamah, ‎kenikmatan dan kemurahan yang bertambah-tambah.‎

Dari beragam makna tentang berkah tersebut, dapat disimpulkan ‎bahwa berkah adalah sebuah anugerah karunia nikmat berlimpah yang datang ‎dari Allah dan bersifat menetap dalam waktu yang lama.‎

Hidup berkah adalah sebuah kondisi kehidupan seseorang yang diliputi ‎kebaikan dalam waktu yang lama, hingga akhir hayatnya. Kebaikan yang ‎dimaksud tidak sekadar ketika hidup di dunia ini saja, tetapi juga hingga kelak ‎ketika hidup di akhirat.‎

Setelah kita memahami definisi makna berkah dan kehidupan yang ‎berkah, maka pertanyaan berikutnya adalah: Bagaimana agar kita dapat ‎meraih hidup berkah itu? Bahkan, lebih jauh lagi, bagaimana agar berkah ‎melimpah melingkupi hari-hari kita?‎

Jika merujuk ke sejumlah ayat al-Qur’an, maka dapat kita ambil sebuah ‎kesimpulan, bahwa untuk meraih berkah melimpah setiap saat, sepanjang ‎masa, baik ketika hidup di dunia ini, maupun saat di akhirat kelak adalah ‎dengan bertakwa. Ya, takwa adalah kata kuncinya.‎

Definisi takwa secara umum dapat diartikan dengan menjalankan ‎perintah Allah Swt dan menjauhi larangannya. Sebuah definisi yang singkat, ‎tetapi mengandung konsekuensi yang tidak ringan.‎

Orang yang bertakwa akan selalu merasakan kehadiran Allah dalam ‎hidupnya. Dia selalu merasa diawasi setiap langkah kakinya, setiap ‎ucapannya, setiap tindakannya, bahkan setiap desah nafasnya. Walhasil, ‎orang yang bertakwa akan selalu berusaha menjaga diri agar tidak melakukan ‎hal yang mengundang murka-Nya.‎

Karena merasa selalu diawasi Allah (muraqabah), maka orang yang ‎bertakwa akan berusaha mencari rezeki yang halal, ilmu yang bermanfaat, ‎pasangan yang salih dan salihah, serta aktivitas yang diridai-Nya. ‎

Tersebab keyakinan yang mantap tentang kehadiran Allah ‎bersamanya, orang yang bertakwa akan menggunakan setiap waktu yang ‎dilaluinya untuk menghadirkan manfaat sebanyak-banyaknya kepada sesama. ‎

Karena dia sadar sepenuhnya bahwa ajal bisa datang kapan saja, maka ‎dia berusaha mempersiapkan bekal sebanyak-banyaknya untuk kehidupan di ‎akhirat kelak. ‎

Tersebab keimanannya, maka apa yang dilakukannya hanya ‎berorientasi pada rida Allah semata, bukan pada sanjung puja orang-orang di ‎sekelilingnya.‎

Orang yang bertakwa hanya berharap keberkahan dan kelimpahan ‎anugerah yang dihadirkan Allah kepadanya, bukan kelimpahan materi tanpa ‎arti, apalagi sekadar penghargaan manusia yang tak seberapa.‎

Ruang Inspirasi, Jumat (3/7/2020)

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!