JAKARTA, MENARA62.COM – Vice President for Women and Family Affairs Islamic Republif of Iran, Dr Ensiyeh Khazali melakukan kunjungan ke Rumah Perjuangan Kongres Wanita Indonesia (Kowani) di Jakarta sebagai rangkaian lawatannya ke Indonesia pada Jumat (22/12/2023). Dr Ensiyah diterima langsung oleh Ketua Umum Kowani Dr Ir Giwo Rubianto Wiyogo, M.Pd bersama jajaran DPP Kowani, sttaf ahli dan penasehat juga perwakilan 103 organisasi perempuan dan pengurus yayasan milik Kowani.
Ketua Umum Kowani Giwo Rubianto mengatakan kegembirannnya, pada akhirnya Kowani mendapatkan kunjungan kehormatan dari Vice President for Women and Family Affairs Islamic Republik of Iran. “Saya sangat terharu bahwa pada akhirnya Impian saya agar Vice President for Women and Family Affairs Islamic Republic of Iran untuk berkunjung ke Kowani akhirnya terealisasi,” katanya.
Harapan akan kunjungan Madam Dr Ensiyeh Khazali ke Kowani tersebut disampaikan Giwo saat mengunjungi Iran pada event International Congress for Women Influence (ICWI) di Teheran Iran pada Januari 2023 lalu. Kunjungan Dr Ensyieh sebagai tokoh Perempuan pemberdayaan perempuan dan anak Iran sangat penting dan strategis bagi Kowani untuk bisa saling bertukar pendapat dan pengalaman.
Di hadapan Dr Ensiyeh Khazali dan delegasi Iran lainnya, Giwo menjelaskan bahwa Kowani merupakan organisasi federasi yang membawahi 103 organisasi perempuan di Indonesia. Ini adalah organisasi perempuan terbesar di Indonesia dengan jumlah anggota mencapai 97 juta perempuan.
Ditetapkannya Hari Ibu pada 22 Desember diakui Giwo Rubianto merupakan bentuk apresiasi yang diberikan pemerintah terhadap perjuangan Perempuan Indonesia. Karena itu, Hari ibu diperingati bertepatan dengan lahirnya Kowani.
Pun demikian dengan penetapan Hari Kebaya Nasional, kongres Perempuan Indonesia yang ke-10 tahun 1964 dimana pada saat itu sebanyak 7.500 perempuan yang hadir di Istora Senayan, mengenakan kebaya, telah dijadikan rujukan bagi pemerintah untuk menetapkan Hari Kebaya Nasional.
Giwo mengungkapkan amat banyak kiprah yang sudah dilakukan Kowani dalam perjalanan sejatah perjuangannya. Tidak hanya di tingkat nasional, tetapi juga regional bahwa internasional. Misalnya saja menjadi salah satu inisiator ACWO pada 1981, anggota international council of women sejak 1973, menjadi anggota UN Ecosof pada tahun 1998, menjadi chair Women 20 pada tahun 2022, dan juga menjadi business professional women inernational.
“Pada tahun 2019, Kowani Kerjasama dengan kedutaan Iran mengadakan sosialisasi dan edukasi terkait pendidikan, Kesehatan dan kemajuan Perempuan Iran yang diikuti lebih dari 1000 perempuan melalui aplikasi zoom,” tambah Giwo.
Ia berharap hubungan kerjasama antara Kowani dengan Iran baik secara organisasi maupun pemerintahan akan terus berlanjut bahkan semakin meningkat. Mengingat banyak kesamaan dalam berbagai hal antara perempuan Indonesia dan Perempuan Iran.
“Dua pekan lalu kami juga hadir pada acara Global Peace Foundation sebagai kelanjutan pertemuan di Filipina untuk mendukung perempan sebagai agen perdamaian,” tegas Giwo.
Pada kesempatan yang sama, Dr Ensiyah Khazali mengatakan kunjungannya ke Indonesia merupakan keinginannya untuk mengenalkan lebih banyak berbagai kemajuan yang dicapai oleh perempuan Iran. Juga sebaliknya Iran ingin belajar dari berbagai program pemberdayaan Perempuan Indonesia, mengingat dalam banyak hal, Iran dan Indonesia sejatinya memailiki banyak persamaan.
Saya merasa banyak persamaan antara Iran dan Indonesia khususnya dalam berbagai hasil karya dari UMKM, budaya dan seni. Saya melihat poduk dari industry kerajinan, ukiran dan rajut yang dikerjakan oleh Perempuan Iran dan Indonesia memiliki banyak kesamaan,” katanya.
Karena itu, Dr Ensiyeh memandang perlunya digelar pameran industri bersama yang menggabungkan potensi perempuan Indonesia dengan perempuan Iran. “Mungkin untuk jangka pendek, kita bisa gelar expo bersama melalui virtual untuk memamerkan produk unggulan masing-masing negara terutama sektor UMKM,” tambahnya.
Pameran secara virtual tersebut digelar sambil menyiapkan pameran yang digelar secara offline. Karena pameran secara offline harus berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan pihak bea cukai masing-masing negara.
Selain itu, Dr Ensiyeh juga mengusulkan perlunya kerjasama di bidang social dan kemanusiaan mengingat banyak sekali persoalan yang menimpa perempuan secara umum. Salah satunya adalah persoalan keamanan bagi perempuan Palestina, dimana mereka setipa hari harus menghadapi situasi yang tidak aman dan nyaman. “Kita sebagai perempuan harus menghentikan kebrutalan yang menimpa perempuan Palestina baik melalui tulisan, ucapan, melaporkan atau mendesak organisasi internasional untuk menghentikannya,” tandas Dr Ensiyeh.
Dalam kesempatan tersebut delegasi Iran juga melihat berbagai produk kerajinan yang dihasilkan perempuan Indonesia seperti kain batik dan kain ecoprint.