31.7 C
Jakarta

Bersikap Moderat

Baca Juga:

Iu Rusliana

Semoga ibadah shaum tahun 1438 H/2017 M ini memberikan kekuatan untuk bersabar dari segala bentuk tindakan tidak etis kepada saudara Muslim lainnya. Menguatkan sikap moderat dan menahan diri untuk tidak mudah menuding, menstigmatisasi saudara kita yang berbeda pendapat.

Mari kita berpuasa dari mudahnya memberikan label (labelisasi). Berusaha bersama mencari kebenaran dengan sikap terbuka kepada kebenaran, menghormati perbedaan pendapat dan tetap rendah hati. Yakin dengan kebenaran pengetahuan yang dikuasai dan dipahami, namun santun dan tetap hormat dengan pandangan orang lain. Sehingga tidak perlu dengan mudah kita menyebut saudara se agama sebagai orang yang telah sesat, kafir, munafik, anti NKRI, wahabi, syiah dan label-label menyakitkan lainnya.

Mari berpuasa dari bertengkar di media sosial yang penuh ujaran kebencian, jauh dari argumentasi cerdas, kritis dan mencerahkan. Mari lalui hari-hari dengan menghisab diri. Sekedar merenung dan mempertanyakan, sudah mendalamkah ilmu agama, lengkapkah informasi yang didapat, sudah benarkah ibadah yang kita lakukan. Hal ini akan jauh lebih bermanfaat dibandingkan sibuk menilai orang lain. Jauh lebih menentramkan hati, membasuh jiwa yang gersang dari cinta menjadi lebih tunduk, pasrah, merasa bergelimpangan dosa dan terus merasa kurang dalam beribadah.

Mari bersama tingkatkan latihan tentang pentingnya keterbukaan pemikiran, berlapang dada menerima kebenaran, kukuh dengan keyakinan namun menghargai sikap berbeda dari orang lain dan bermusyawarah dalam mengambil keputusan.

Jauhi sesat pikir yang bisa menyeret pada konflik tiada akhir. Ketidakwarasan berpikir yang menjadikan solusi membangun sebagai jalan keluar ditolak karena ditentukan oleh siapa yang menyampaikan, bukan apa isi pesan. Kecurigaan kepada pihak lain menguat, api kebencian dipelihara agar tetap menyala dan ego kelompok dikuatkan.

Butuh sikap moderat sebagai jalan keluar. Moderat bukan tidak punya sikap, apalagi sekedar cari aman, berlindung dari kelemahan. Beberapa kawan yang keliru memahami sikap moderat menuding bahwa itu model berpikir dan bertindak yang sekedar mencari untung, menyelamatkan diri. Sikap moderat adalah ketegasan pada prinsip dan pengetahuan yang dipahami.

Moderat merupakan jalan tengah dari semua sikap yang berkembang atas dasar sikap kritis dan keterbukaan untuk setiap jalan kebenaran yang dipilihkan. Sikap yang dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 143 diilustrasikan sebagai sikap sosial umat yang disebut dengan istilah ummatan wasathan. Kata wasath berarti tengah, pertengahan, moderat, jalan tengah, seimbang antara ekstrim kiri dan kanan. Ummatan washatan adalah umat yang bersikap, berpikiran, dan bertindak adil dan proporsional antara kepentingan material dan spiritual. Prinsip kesimbangan (mizan) menjadi dasar. Tidak perlu berlebihan dan lebay.

Perbedaan pendapat adalah hal yang biasa, tidak perlu merasa benar sendiri. Rasulullah SAW mengingatkan: “Engkau tidak menjadi alim sehingga engkau belajar, dan engkau tidak disebut mengerti ilmu sampai engkau mengamalkannya. Cukuplah dosamu bila kamu selalu mendebat, dan cukuplah dosamu bila kamu selalu menentang. Cukuplah dustamu bila kamu selalu berbicara bukan dalam zikir tentang Allah.” (HR Darimi).

Setiap orang memiliki pengalaman, pengetahuan, dan sikap yang kadang berbeda. Hanya saja, perbedaan itu harus dibingkai komunikasi yang santun, mendorong pada dialog yang terbuka, dan tetap memelihara sikap menghargai satu sama lain. Kebenaran yang disampaikan, tapi bila caranya salah, dengan sikap yang arogan dan ingin menang sendiri, akan diterima salah. Perdebatan yang dilakukan hendaknya terpelihara dari sikap menghinakan lawan bicara.

Kebenaran masih dalam proses pencarian. Sikap yang mencintai kebenaran, meminta selalu kepada pemiliknya, rendah hati, menghormati siapapun, terus belajar tiada henti, akan mengarahkan kepada arah kebenaran. Secara fitrah, manusia itu pasti menginginkan kebenaran. Manusia bisa berubah untuk menjadi lebih baik atau kebalikannya. Berdoalah selalu agar memperoleh petunjuk kepada Allah yang Maha Benar. Wallaahu’alam. (Iu Rusliana, Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat)

 

 

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!