26.9 C
Jakarta

Berubah Nama, Ini Perbedaan Kampus Merdeka dengan Diktisaintek Berdampak!

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Melanjutkan transformasi menuju dampak nyata bagi bangsa, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sain dan Teknologi (Kemendiktisaintek) luncurkan program Diktisaintek Berdampak bertepatan dengan Peringatan Hari Pendidikan Nasional pada Jumat (2/5/2025). Ini adalah program kelanjutan dari Kampus Merdeka era Menteri Nadiem Makarim.

“Kami hari ini, pagi ini bersama-sama seluruh stakeholder meluncurkan apa yang disebut Diktisaintek Berdampak,” kata Menteri Pendidikan Tinggi Sains Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto setelah acara peluncuran di Gedung Kemdiktisaintek, Jakarta.

Diktisaintek Berdampak ini berfokus pada transformasi pendidikan tinggi, sains, dan teknologi sebagai pusat solusi nyata bagi masyarakat, melampaui peran pengajaran dan penelitian. “Jika pada Merdeka Belajar terdapat peningkatan relevansi kualitas lulusan, menciptakan ekosistem fleksibel dan lincah, kinerja berbasis luaran (output) yang terfokus dan menghubungkan riset/kepakaran perguruan tinggi dengan DUDI dan masyarakat, maka pada Diktisaintek Berdampak kami ingin kampus atau perguruan tinggi dapat menjadi motor transformasi sosial dan ekonomi, menghasilkan inovasi yang relevan dan mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan,” tegas Brian.

Mendiktisaintek menjelaskan dalam program Diktisaintek Berdampak, terdapat tiga hal yang menjadi focus garapan. Pertama, menjadikan kampus sebagai Simpul Pertumbuhan Ekonomi. Hal ini dilakukan dengan cara mendorong hilirisasi produk akademik melalui hilirisasi yang meliputi program saintek untuk inovasi berdasarkan skema pembinaan/afirmasi, penugasan, dan Asta Cita, penguatan platform dan skema pendanaan padanan serta penguatan PT Vokasi.

Kedua sebagai pusat riset & akselerator kebijakan strategis. Dalam hal ini kamapus harus dapat memberikan solusi berbasis riset untuk kebijakan publik & pembangunan nasional.

Ketiga, perluasan delegasi kewenangan ke perguruan tinggi. Brian mengatakan otonomi menjadi landasan utama agar tiga aspek agregator “berdampak” dapat terwujud. Hal ini bisa dilakukan melalui tata kelola kelembagaan, pembelajaran transformative, tatakelola keuangan, mentoring perguruan tinggi dan penguatan otonomi PT Vokasi.

Adapun perilaku kunci dari Diktisaintek Berdampak ini meliputi fokus pada outcome dan impact, riset dan inovasi yang menjawab masalah nyata, pemanfaatan sains dan teknologi untuk solusi sosio-ekologis, peningkatan kesejahteraan melalui hilirisasi riset dan kemitraan serta evaluasi dampak secara terukur dan akuntabel.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Kemdiktisaintek, Togar Mangihut mengatakan meski namanya tidaka lagi menggunakan Kampus Merdeka, namun semua fasilitas dari mulai pembiayaan dan peluang kerjaa sama masih ada. Jadi intinya Diktisaintek Berdampak merupakan penyempurnaan dari Kampus Merdeka.

“Perbedaan antara Kampus Merdeka dan Diktisaintek Berdampak adalah terlihat dari output atau luaran,” kata Togar.

Ia mencontohkan paada program Kartu Indonesia Pintar (KIP)-Kuliah. “Dulu beasiswa KIP-K itu kan dulu angka-angkanya adalah berapa persentase atau berapa yang mendapatkan. Kalau sekarang, ya dia bisa lulus dapat kerja, gitu loh. Jadi enggak cuma dapat saja, tapi dia bisa lulus dapat kerja, menyelesaikan tugas-tugasnya,” ujar Togar.

Jadi dalam konsep Diktisaintek Berdampak, focus pada hasilnya, tidak berhenti pada angka-angka tetapi bagimana memberikan dampak, memberikan kontribusi atau perubahan riil bagi masyarakat.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!