Bijak Bermedia di Pusaran Tahun Politik
Oleh: Alfonsius Ladi Ola
Pilihan boleh berbeda tetapi harus jauh dari isu-isu SARA. Kata-kata tersebut makin sering terdengar begitu mulai memasuki pesta demokrasi rakyat, contoh seperti masa-masa PILKADA tahun 2018 ini.
Belakangan ini politik di Indonesia sering diwarnai dengan isu-isu yang berkaitan dengan ras, agama dan etnik. Sering juga isu-isu tersebut sengaja dibuat untuk menjatuhkan pasangan calon lainnya. Lalu siapakah yang menjadi korban atas adanya isu-isu politik yang saling menjatuhkan sesama pasangan calon dalam pusaran pemilihan umum?
Tidak lain adalah masyakarat itu sendiri. Diri kitalah yang sangat dirugikan dengan adanya isu-isu SARA yang saling menjatuhkan para pasangan calon. Kita sebagai masyarakat yang memiliki hak pilih kadang kala menjadi terpecahkan satu sama lain tanpa mengetahui penyebab sebenarnya. Banyak perpecahan di antara sesama warga negara yang disebabkan oleh isu SARA ini terjadi karena hanya mendengar atau pun melihat pemberitaan di berbagai media tanpa menyelidiki terlebih dahulu tentang kebenaran dari berita tersebut.
Dengan banyaknya beredar berita – berita dari berbagai media, seperti online, cetak dan digital sehingga dapat membuat masyarakat menjadi bingung dan tidak dapat menyelidiki kebenaran sebuah berita. Maka di sini lah peran pers sangat dibutuhkan untuk menangkal isu – isu SARA yang tersebar di masyakarat berdekatan dengan pesta – pesta politik seperti PILKADA yang akan segera terlaksana.
Media sosial merupakan salah satu penyebar isu SARA terbesar di Indonesia pada saat ini. Indonesia merupakan salah satu negara pengguna media sosial terbesar di dunia saat ini, di mana hampir setiap warga negara memiliki akses internet dan media sosial. Hampir tidak dapat temukan warga negera yang tidak memiliki setidaknya satu akun media sosial. Seperti contohnya saja facebook, media sosial satu memiliki banyak fitur – fitur yang dapat mempermudah komunikasi antar sesama.
Akan tetapi banyak pihak yang secara sengaja atau pun secara tidak sengaja menggunakan fitur tersebut dalam menyebarkan berita – berita hoax atau yang tidak benar dan yang mengandung isu SARA. Fitur tersebut adalah fitur “share” atau berbagi pada Facebook. Fiture share ini pada awalnya digunakan untuk membagikan hal – hal yang menarik perhatiaan pemilik akun untuk dibagikan kepada teman – temannya. Dan seiiring berkembangnya dunia pers, di mana pers mulai memasuki media sosial atau facebook, maka para pemilik akun pun mulai membagikan berita – berita dalam berupa link atau gambar.
Namun sangat disayangkan karena banyak dari pemilik akun tersebut tidak mengetahui secara pasti kebenaran berita – berita yang mereka dapatkan dari internet tersebut, sehingga tanpa mereka menyadarinya, mereka telah menyebarkan berita – berita hoax dan yang mengandung SARA.
Berita – berita tersebut yang di kemudian hari akan meresahkan masyarakat dan menimbulkan kebenciaan di antara sesama warga negara. Hal ini semua terjadi karena ketidakpahaman masyarakat terhadap bagaimana cara membedakan berita yang benar dengan banyaknya berita yang tidak benar yang sekarang banyak terdapat di berbagai media – media online.
Salah satu cara untuk menghentikan berkembangnya isu SARA ini menjadi semakin luas di masyarakat adalah dengan mengikut sertakan pers dalam mendidik masyarakat. Masih banyak kalangan pers yang tidak mau atau masih ragu untuk menanggapi isu – isu SARA dan berita – berita hoax yang beredar di masyarakat.
Namun ada satu hal yang perlu di tekankan, yaitu dengan berkembangnya dunia teknologi dan informasi, maka pers adalah salah satu yang diuntungkan dari hal tersebut. Hal ini disebabkan karena pers menjadi semakin mudah untuk memberikan informasi dengan biaya yang terjangkau juga. Dengan demikian maka sudah saatnya juga lah pers juga ikut berperan aktif dalam mengakhiri isu – isu SARA dan berita – berita hoax yang banyak tersebar di kalangan masyarakat.
Ada banyak yang dapat dilakukan oleh pers untuk mengurangi isu – isu SARA yang akhir – akhir ini banya menyebar di kalangan masyarakat, di antaranya sebagai berikut :
- Menjadi Lebih Bijak dalam memilih berita
Pers memiliki kepercayaan masyarakat dalam menjadi nara sumber atau pemberi informasi yang valid. Banyak masyarakat yang memang dengan mudah mempercayai semua yang di tulis oleh kalangan jurnalis, terutama yang berasal dari media – media terkemuka dan akan menanggap segala yang di beritakan adalah benar adanya. Hal ini juga lah yang harus di hayati oleh kalangan pers.
Kalangan pers harus lebih bijak dan cerdas dalam memilih berita mana yang harus di publikasikan dan yang mana yang akan mengganggu ketenangan masyarakat atau pun mengganggu stabilitas negara. Salah satu cara pers untuk menjadi lebih bijak dalam memberitakan berita – berita yang mengandung SARA atau yang dapat memprovokasi masyarakat.
Hal ini dapat dilakukan dengan memilih dengan benar dan teliti narasumber – narasumber dari berita – berita yang akan di beritakan. Sebagai contohnya, untuk berita – berita yang membawa isu – isu SARA alangkah baiknya untuk tidak memberitakan dengan menggunakan narasumber berdasarkan status – status yang berada atau di update melalui media sosial, dan lebih baik untuk melakukan pengecekan terlebih dahulu kepada pihak – pihak yang bersangkutan.
- Mendidik Masyarakat
Dengan maraknya berita – berita yang mengandung SARA dan yang meresahkan masyarakat, ada baiknya kita juga mengingat bahwa berita – berita banyak yang bersumber dari berita – berita hoax atau yang tidak benar yang banyak beredar di media sosial. Lalu bagaimana pers berperan dalam mengurangi tersebarnya berita – berita hoax yang menjadi dasar dari muncul isu – isu SARA di tengah masyarakat?
Ada dua langkah yang dapat diambil oleh pers untuk mengurangi tersebarnya isu – isu SARA. Yang pertama adalah dengan mendidik masyarakat bagaimana cara – cara agar masyarakat agar tidak terkecoh dan terpengaruh atas pemberitaan – pemberitaan yang tidak benar atau HOAX. Langkah yang ke dua adalah dengan memberitahukan sanksi – sanksi yang akan diterima oleh para penyebar berita hoax jika terbukti bahwa berita yang di sebarkan adalah berita yang tidak benar.
Adanya berita – berita yang berisukan SARA memang sengaja di sebarkan dengan tujuan untuk menimbulkan provokasikan di antara masyarakat. Adapun provokasi – provokasi yang timbul akibat isu – isu SARA ini tidak akan menguntungkan masyarakat atau pun pihak penyebar berita tersebut. Hal tersebut akan berdampak dengan kehidupan kekeluargaan di antara masyarakat dan juga dapat merusak pertahan negara.
Oleh karena itu sebagai masyarakat negara republik Indonesia yang menjunjung tinggi nilai – nilai Pancasila dan menghormati Bhineka Tunggal Ika, marilah kita bersama – sama bekerja untuk mengurangi tersebarnya berita – berita yang tidak benar dan dapat meresahkan masyarakat. Marilah bersama – sama kita mewujudkan PILKADA yang aman, damai dan bebas dari isu SARA. ***(Penulis adalah Mahasiswa Universitas Flores)