30.1 C
Jakarta

BKKBN Jalin Kerjasama dengan Jepang Atasi Masalah Stunting dan Lansia

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menjalin kerjasama dengan pemerintah Jepang dalam upaya percepatan pencegahan stunting serta penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia.

Dalam acara “Ambassador Talks : Redefining Population Dynamic of Elderly by Improving Nutrition Status to Prevent Stunting at Early Ages” bersama Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Mr. Kenji Kanasugi, Kepala BKKBN, Dr. (H.C), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) menjelaskan, target penurunan angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 di angka 14%, sedangkan Jepang memiliki angka Stunting 7,1% Tahun 2014 (kemkes.go.id, 2020).

“Untuk itu dalam penanganan stunting, Indonesia diharapkan dapat mengambil best practices dari Jepang yang giat dalam meningkatkan gizi rakyatnya dengan konsumsi ikan dan pola asuh kepada balitanya. Jepang dapat bersaing secara sumber daya manusia dengan negara-negara di Eropa. Selain itu, Jepang dikenal sebagai negara yang mampu mengatasi masalah lansia,” terang dokter Hasto di Jakarta, Kamis (27/5).

Dokter Hasto juga menerangkan, persentase penduduk lanjut usia di Indonesia terus meningkat, angka ini berbanding terbalik dengan persentase penduduk balita yang cenderung menurun. Persentase penduduk lanjut usia menunjukkan struktur penduduk Indonesia yang mulai mengalami penuaan mulai tahun 2020 diperkirakan mencapai lebih dari 10 persen.

“Bahkan dari hasil proyeksi Badan Pusat Statistik, diperkirakan pada tahun 2045 jumlah lansia di Indonesia akan mencapai hampir seperlima dari total penduduk Indonesia. Perubahan struktur usia terjadi karena adanya perubahan pada tiga aspek penduduk, yaitu kesuburan, kematian, dan migrasi,” terang dokter Hasto.

BKKBN bersama Kedubes Jepang untuk Indonesia dalam acara Ambassador Talks : Redefining Population Dynamic of Elderly by Improving Nutrition Status to Prevent Stunting at Early Ages”, di Jakarta, Kamis (27/5)

Sementara Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kenji Kanasugi  menambahkan, meskipun jumlah penduduk Jepang akan mengalami penurunan rasio lansia terutama penduduk berusia 75 tahun ke atas, namun diproyeksikan kelompok usia ini akan terus meningkat.

Tri Purnajaya, Deputy Chief of Mission Kedubes Indonesia di Tokyo, Japan, menyebutkan, perbandingan penduduk berdasarkan usia antara Indonesia dan Jepang.

“Berdasarkan hasil Sensus Penduduk Tahun 2020 total penduduk Indonesia sebanyak 270,20 juta jiwa dimana jumlah usia produktif lebih mendominasi sebanyak 70,7 persen dari total penduduk; usia 0-14 sebanyak 19,6 persen dari total penduduk; dan usia diatas 65 sebanyak 9,8 persen dari total penduduk, sedangkan berdasarkan Statistic Bureau Home Japan, tahun 2021 total penduduk Jepang 125,36 juta jiwa  dimana jumlah usia produktif penduduk Jepang lebih sedikit dibanding usia produktif penduduk Indonesia yaitu hanya sebesar 59,2 persen dari total penduduk; usia 0-14 tahun sebanyak 12 persen dari total penduduk; dan 28,8 persen di atas usia 65 tahun, nilai ini lebih besar dari jumlah lansia penduduk Indonesia, “kata Tri Purna Jaya.

Menurut Hasto, penduduk lanjut usia di Indonesia terus mengalami peningkatan sejalan dengan kemajuan di bidang kesehatan yang ditandai dengan peningkatan angka harapan hidup dan penurunan angka kematian.

“Perkembangan demografis ini dapat berdampak pada kesehatan, ekonomi dan sosial. Untuk itu, diperlukan data terkait keberlanjutan sebagai bahan pemetaan dan strategi kebijakan agar pertumbuhan penduduk lanjut usia menjadi potensi yang membantu membangun bangsa, “tambah dokter Hasto.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Pelatihan, Penelitian dan Pengembangan BKKBN, Prof. drh. Muhammad Rizal Martua Damanik, MRepSc, PhD menyebutkan sekitar 60,96 persen lansia masih memiliki pasangan atau sudah menikah pada tahun 2020, sedangkan sisanya belum memiliki pasangan, baik karena belum menikah, bercerai, maupun hidup sebagai janda yang ditinggal mati oleh suami.

“Tidak ada perbedaan yang signifikan antara persentase status perkawinan lanjut usia di perkotaan dan perdesaan (60,42 persen berbanding 61,56 persen). Berdasarkan jenis kelamin, persentase lansia pria kawin (81,77 persen) dua kali lipat persentase lansia wanita kawin (41,97 persen),” ujar Rizal Martua Damanik.

Kondisi ini menurut Rizal dimungkinkan, mengingat pria biasanya tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, sehingga membutuhkan pendamping untuk membantu mereka. Dapat dikatakan bahwa ada kecenderungan pria yang lebih tua untuk menikah lagi setelah pasangannya meninggal.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!