26.1 C
Jakarta

BPPT Akan Teliti Penyebab Tsunami Selat Sunda

Baca Juga:

JAKARTA, MENARA62.COM –  Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) akan meneliti penyebab tsunami Selat Sunda yang terjadi pada Sabtu (22/12). Penelitian tersebut akan mengerahkan Kapal Riset (KR) Baruna Jaya I.

“Nanti pakai Baruna Jaya I, karena kapal riset lainnya sedang dipakai di timur (wilayah timur Indonesia). Kami lakukan penelitian geologi dan oseanografi,” kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam (TPSA) BPPT Hammam Riza seperti dikutip dari Antara, Selasa (25/12).

Fokus penelitian BPPT tersebut, menurut Hammam Riza, mencari tahu penyebab tsunami Selat Sunda mengingat bencana tersebut tidak didahului gempa tektonik.

“Apakah benar ada longsor (di bawah laut)? Karena tidak ada yang terdeteksi sehingga tidak ada peringatan dini apa pun dari BMKG kan,” ujar Hammam.

Saat ditanya kapan penelitian BPPT tersebut akan dimulai ia mengatakan segera setelah delapan peneliti geologi dan oseanografi dan enam orang dari tim kapal riset terkumpul.

Baca juga: Jenazah Korban Tsunami Mulai Membusuk di RSUD Berkah

Sebelumnya ia mengatakan bahwa tim dari Pusat Teknologi Reduksi dan Risiko Bencana (PTRRB) BPPT saat ini sedang melakukan kajian di wilayah terdampak bencana tsunami di Selat Sunda.

Berdasarkan kaji cepat pakar gempa dan tsunami BPPT Widjo Kongko, ada indikasi tsunami di Selat Sunda tersebut disebabkan oleh erupsi Anak Krakatau.

“Kemungkinan besar terjadi `flank failure atau ‘ollapse’ akibat aktivitas Anak Krakatau pada Sabtu petang (22/12) dan akhirnya menimbulkan tsunami,” katanya.

Jika benar hal itu menjadi penyebab, menurut dia, maka fenomena tsunami di Selat Sunda ini diduga masih berpotensi terjadi lagi.

“Aktivitas Anak Krakatau belum selesai dan “flank” atau`”ollapse” yang terjadi bisa memicu ketidakstabilan berikutnya,” lanjut Hammam.

Baca juga: Semua Rumah Sakit di Lampung Wajib Layani Korban Tsunami

Sesuai arahan BMKG maka diimbau agar masyarakat di daerah gempa tsunami Selat Sunda tetap tenang dan siaga dengan mengikuti instruksi aparat yang berwenang, lanjutnya.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan mengoordinasikan para ahli untuk menyelidiki dan mengidentifikasi penyebab terjadinya bencana tsunami di Selat Sunda.

“Bahwa ini bukan tsunami karena gempa vulkanik tapi karena longsor seluas 64 hektare dari Gunung Anak Krakatau,” kata Luhut.

Ia mengemukakan bahwa dugaan gempa vulkanik yang menyebabkan longsor tersebut merupakan teori awal yang disimpulkan oleh tim yang sudah mulai bekerja sejak Minggu (23/12). Koordinasi dilaksanakan dengan melibatkan para ahli dari berbagai instansi seperti BPPT, LIPI, BMKG, BIG, Lapan, Pushidros TNI-AL dan Kementerian ESDM.

Tsunami di Selat Sunda yang melanda Banten dan Lampung disebabkan longsor ke laut akibat erupsi Gunung Anak Krakatau. Kepastian ini diperoleh setelah BMKG mengumpulkan data lebih lanjut usai tsunami.

Baca juga: Tsunami Selat Sunda Dipicu Longsoran Anak Krakatau

Kepala BMKG Dwikorita Kurnawati menjelaskan berdasarkan pengamatan citra satelit Anak Gunung Krakatau ternyata kolaps. Kondisi kolaps  inilah yang akhinya mengakibatkan longsor ke arah laut dan akhirnya menimbulkan tsunami.

“Jadi tsunami ini memang ada kaitannya dengan erupsi Gunung Anak Krakatau,” kata Dwikorita.

Geteran tremor setara dengan gempa berkekuatan magnitudo 3,4 itu merupakan gempa vulkanik.

“Dari data yang kami peroleh berikutnya di situ tercatat ada tremor yang diklasifikan tremor itu adalah gempa vulkanik. Jadi kejadian tsunami ini erat kaitannya sebagai dampak lanjut tidak langsung dari erupsi Gunung Anak Krakatau,” ucapnya.

- Advertisement -
- Advertisement -

Terbaru!